Kata Reptilia berasal dari
kata “reptum” yang berarti melata.
Reptilia bergerak dengan cara melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat
pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini
yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh
kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada
beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan
pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan secara total
misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota
sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya
hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil
memiliki sedikit sekali kelenjar kulit
Reptil merupakan hewan
berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau
poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, Reptil melakukan mekanisme basking
yaitu berjemur di bawah sinar matahari. Saluran ekskresi Kelas Reptilia
berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo
reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada ordo squamata yaitu
sub-ordo lacertilia dan sub-ordo ophidia. kloaka dengan celah membujur yaitu
terdapat pada ordo chelonia dan ordo crocodilia.
Pada anggota lacertilia,
lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk
identifikasi. Semua Reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada
saat jouvenile, Reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk
menetas, yang kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat
mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang
yang dilengkapi telinga luar ataupun tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat
pendengaran tidak berkembang. Mata pada Reptil ada yang berkelopak dan ada yang
tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan
dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan
transparan.
Ciri
Umum Reptilia
Secara umum reptilia
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin),
biasanya dilengkapi sisik atau kuku, dan kelenjar dipermuakaan hanya sedikit.
2. Memiliki dua pasang anggota badan,
masing-masing dengan lima jari yang pada bagian ujungnya terdapat cakar dan
dapat digunakan untuk berlari, merayap atau memanjat. Anggota badan menyerupai
dayung pada penyu, memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada
beberapa jenis kadal dan semua jenis ular.
3. Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak
dilengkapi rongga oksipital.
4. Jantung terdiri dari empat ruang yang belum
terpisah sempurna, dua serambi dan vertikel yang sebagian saling terpisah, satu
pasang berkas aorta, sel darah merah oval bikonkaf dengan inti.
5. Respirasi dengan paru-paru, pada kura-kura
air dilengkapi dengan respirasi kloaka.
6. Terdapat 12 pasang saraf cranial.
7. Suhu tubuh berubah-ubah bergantung suhu lingkungan
(poikilothermis).
8. Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi,
telurnya besar mengandung kuning telur yang terbungkus cangkang licin atau
berkulit, biasanya telur ditetaskan tetapi pada beberapa jenis ular dan kadal
embrio berkembang didalam tubuh betina.
Hewan Reptilia lebih maju
dibanding amphibi karena memiliki diantaranya:
Penutup tubuh yang kering
dan bersisik sebagai adaptasi terhadap kehidupan di darat.
- Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.
- Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.
- Skeleton terdiri dari tulang sejati.
- Telur dilengkapi dengan membrane dan cangkang sebagai
pelindung embrio sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.
Struktur
Morfologi dan Ukuran
Fosil Reptilia ditemukan
dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai berukuran besar. Dari Reptilia
yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika Serikat dapat tumbuh sampai
990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki panjang tubuh 285 cm. Beberapa
jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos mencapai panjang 120 cm. Buaya yang
ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina mencapai panjang 610 cm. Ular
Laptotyphlops dari Siria berukuran seperti jarum renda, dan ada pula kadal
Lepidoblepharis dari Panama yang panjangnya 5 cm. sebagian besar di Amerika
Utara berukuran 20 120 cm, dan kadal dengan panjang di bawah 30 cm.
Morfologi Reptilia meliputi
kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor, angggota tubuh berukuran pendek
dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi cakar dan begitupun
ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak memiliki jari. Mulutnya yang
panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di dekat ujung moncong terdapat
dua lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak lateral, dengan kelopak
atas dan bawah, serta membrane nictatin transparan yang dapat bergerak di bawah
kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak dibelakang mata. Anus terletak
longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.
Semua Reptilia memiliki
kulit yang kering yang terdiri dari epidermis berlapis dan dermis kompleks.
Epidermis menghasilkan beberapa lapisan sel yang tumbuh kearah luar. Mengalami
kornifikasi dan menutup seluruh bagian tubuh. Sel-sel epidermis saling melekat
dengan kuat sehingga tahan terhadap gangguan mekanik. Lapisan dermis terdiri
dari jaringan ikat dan mengandung pigmen, pembuluh darah dan saraf, pada jenis
tertentu dilengkapi dengan tulang dermal. Serat jaringan ikat berupa lapisan
kuat yang membatasi permukaan, saling menumpuk membentuk sudut 45 derajat
terhadap sumbu tubuh. Selain itu terdapat serat yang lebih halus yang
melekatkan dermis ke lapisan epidermis. Struktur dermis dan epidermis seperti
ini memberikan kekuatan mekanis yang sifatnya elastis sehingga kulit dapat
meregang, seperti yang diperlukan ular jika menelan mangsa yang besar. Pola
sisik dermal pada satu spesies selalu sama, sehingga bentuk dan susunannya
digunakan untuk melakukan klasifikasi.
Ular dan kadal mengalami
pergantian kulit 2-6 kali dalam setahun. Pada pergantian kulit, lapisan
epidermis luar yang mengalami kornifikasi terlepas dan digantikan. Sebelumnya,
sel epidermal menghasilkan kutikula dibawah lapisan yang akan lepas. Kemudian
dihasilkan secret diantara lapisan baru dan lama, sehingga sel-sel di bagian
bawah lapisan epidermis yang akan melepas melarut, dan epidermis lama menjadi
longgar. Pada ular, secret yang dihasilkan menutupi kutikula di bagian mata
sehingga dapat mempengaruhi pandangan. Pada ular dan beberapa jenis kadal,
selongsong kulit terlepas secara utuh, tetapi ada juga kadal yang melepaskan
kulitnya dalam beberapa potongan. Ujung ekor rattlesnake mengalami kornifikasi
lebhi serta tidak terlepas pada saat ganti kulit. Kura-kura dan buaya tidak
mengalami pergantian kulit, tapi permukaan luarnya dapat terlepas.
Ular dan bebrapa jenis
kadal memiliki pola motif dan warna yang menarik, garis-garis atau pita dengan
macam-macam warna, dengan penanda bintik-bintk, bentuk wajik atau segi empat.
Bunglon dapat berubah warna secara terus menerus. Control pigmen pada Reptilia
ditentukan oleh peranan kelenjar adrenalin.
Kulit yang keras membungkus
tubuh dan ekor buaya. Sisik berbaris melebar secara transversal dengan
diantaranya terdapat celah dan kulit yang lunak. Hewan dengan penutup tubuh
terkornifkasi tidak mengalami pergantian kulit, tapi ada proses pergantian
dengan lapisan baru yang terkornifikasi yang berasal dari epidermis di
bawahnya. Buaya dewasa memiliki eksoskeleton berupa keping dermal dan leher
sampai ekor dan terletak dibawah sisik dorsal. Keping dermal ada yang berbentuk
segi empat ada yang oval atau meruncing. Terdapat tiga pasang kelenjar di
bagian bawah kepala, di dalam mulut dan di dalam kloaka.
Rangka
dan Sistem Otot
Reptilia termasuk dalam
vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya
tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan
sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya
memiliki 5 jari atau Pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada
Reptilia mengalami osifikasi sempurna.
Tengkorak buaya meliputi
moncong yang panjang, dan sejumlah tulang. Rahang bawah memanjang sampai ke
batas posterior tengkorak. Di bagian ventral cranium terdapat tulang palatal
keras, tepat diatas saluran pernafasan. Kolom vertebra terdiri lima tipe
vertebra, yaitu 9 sevical, 10 toraks, 5 lumbar, 2 sacral, dan sekitar 39
caudal. Pada vertebra servical terdapat rusuk servical bebas. Vertebra toraks
dan sternum dihubungkan oleh rusuk toraks yang mengandung kartilago pada bagian
ventral. Diantara sternum dan tulang pubis terdapat tujuh pasang rusuk
abdominal berbentuk V. jika dibandingkan dengan katak, otot buaya lebih
variatif untuk membantu pergerakan di darat dan di air. Otot bagian kepala,
leher dan kaki sudah mengalami diferensiasi sempurna.
Sistem
Pencernaan
Mulut Reptilia misalnya,
buaya berukuran besar dapat terbuka lebar dengan dilengkapi gigi yang digunakan
untuk menyerang dan mempertahankan diri, selain itu juga untuk menarik dan
memutar mangsa yang berukuran besar. Lidah tipis terdapat di dasar rongga
mulut. Pada bagian belakang lidah, terdapat lipatan melintang, yang berhadapan
dengan lipatan yang terdapat pada langit- langit mulut, jika kedua lipatan
menempel, maka rongga mulut tertutup kearah faring, sehingga ketika buaya
berada di dalam air mulutnya dapat terbuka tanpa ada air yang masuk ke
paru-paru. Diatas faring terdapat esofgus, berupa saluran panjang menuju
lambung. Lambung terdiri dari fundus yang berbentuk bulat berukuran besar, dan
pylorus yang berukuran lebih kecil di sebelah kanannya. Selanjutnya terhubung
ke usus halus dan rectum menuju kloaka dan anus. Hati terdiri dari dua lobus
terletak anterior dari lambung. Pancreas merupakan terdapat pada lekukan
duodenum dari usus halus. Saluran hati dan pancreas bermuara ke usus halus
bagian awal. Kloka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan, eksresi dan
reproduksi.
Sistem
Sirkulasi
Jantung pada Reptil
memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa Reptil sekat antara
ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan
darah bersih masih bisa bercampur.
Pada buaya jantung terdapat
pada bagian anteroventral dari toraks, terdiri dari satu sinus venosus kecil,
dua serambi dan dua bilik. Pada buaya kedua bilik terpisah dengan sempurna,
tetapi tidak demikian pada hewan Reptilia lainnya. Darah dari vena mengalir
dengan arah sebagai berikut:
1) Sinus venosus
2) Serambi kanan
3) Bilik kanan
4) Arteri pulmonary ke setiap lobus paru-paru
5) Vena pulmonary dari paru-paru
6) Serambi kiri
7) Bilik kiri
Selanjutnya darah keluar
dari jantung melalui sepasang pembuluh aorta yang melewati dorsal esofagus,
pembuluh bagian bawah bercabang menjadi dua arteri carotid yang menuju leher
dan kepala, sedangkan pembuluh aorta satunya berlanjut ke kiri depan. Kedua
pembuluh aorta bergabung di bagian dorsal sebagai aorta dorsal dan bercabang ke
berbagai organ di dalam rongga badan dan ke kaki belakang serta ekor.
Darah kotor mengalir dari :
1) Vena cava anterior di setiap sisi kepala
2) Vena cava posterior yang mengumpulkan darah
dari ginjal dan organ reproduksi
3) Vena porta hepatica mengumpulkan darah dari
saluran pencernaan yang ke kapiler di hati dan berperan sebagai vena hepatica
yang pendek.
4) Vena epigastrik yang terdapat di setiap sisi
rongga perut, mengumpulkan darah dari kaki belakang, ekor dan tubuh. Keempat
vena mengalirkan darah ke sinus venosus.
Sistem
Respirasi
Semua Reptil bernafas
dengan paru-paru. Udara masuk ke lubang hidung, melewati bagian atas
langit-langit keras menuju rongga hidung yang terdapat di bawah velum, melewati
glottis pada faring yang terletak di belakang lidah. Glottis terdiri dari tiga
tulang katilago dan pita suara, dan selanjutnya terhubung ke trakea yang berupa
cicin kartilago. Trakea memanjang ke bagian depan toraks, selanjutnya bercabang
menjadi dua bronchi pendek, menuju lobus paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru
terdiri dari kapiler pulmonary.
Sistem
Ekskresi
Terdapat dua ginjal
berbentuk bulat pipih pada buaya, yang terletak pada rongga tubuh bagian dorsal
posterior. Dari setiap ginjal terdapat ureter yang memanjang ke kloaka.
Sistem
Saraf dan Alat Indera
Otak Reptilia contohnya
buaya memiliki dua lobus olfaktori yang panjang, yang terhubung ke cerebral
hemispher yang berukuran besar. Dibelakang cerebral hemisphere terdapat lobus
optikus. Berikutnya cerbellum berbentuk buah pir dan terletak di tengah, yang
ukurannya lebih besar daripada yang terdapat pada hewan Amphibia. Medula
oblongata terletak di bawah cerebellum, dan memanjang ke sumsum tulang
belakang. Di bagian ventral, terdapat saraf optic dilanjutkan infundibilum dan
hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial dan saraf spinal berpasangan.
Di lidah terdapat saraf
pengecap (laste bud), dan di setiap lubang hidung terdapat organ olfaktori.
Pada mata terdapat kelenjar lachrymal yang menjaga kornea atau permukaan bola
mata tetap lembab, ketika hewan berada dipermukaan air. Telinga buaya memiliki
tipe telinga vertebrata darat. Setiap telinga memiliki saluran auditori
eksternal yang pendek, yang terdapat dibawah daun telinga. Saluran telinga
berlanjut ke membrane timpani, didalam rongga timpani atau telinga tengah
terdapat tiga saluran semisirkuler dan organ pendengar. Dari setiap rongga
timpani, terdapat tabung eustachian di bagian tengah yang terhubung ke rongga
bagian atas faring di belakang rongga hidung.
Sistem
Reproduksi
Reptilia berkembang biak
dengan bertelur (ovipar). Ada juga yang bertelur dan beranak (ovovivipar). Pada
buaya yang masih muda, gonad jantan dan betina tampak serupa. Pada jantan
dewasa, dua testis berbentuk bulat terdapat sebuah vasdeferens menuju kloaka,
yaitu disebelah anterior dan ureter, yang berlanjut ke penis tunggal yang
terdapat pada bagia yang sama, yang melekat dekat ventral kloaka. Pada betina
dewasa terdapat dua ovarium yang sama melekat dekat dengan ginjal. Disebelah
anterior dari setiap ginjal terdapat saluran oviduct, yang merupakan tempat
terjadinya fertilisasi. Selanjutnya telur yang sudah di fertilisasi akan di
selaputi albumin, membrane dan cangkang, kemudian dikeluarkan dari tubuh betina
untuk ditetaskan.
Habitat
Habitat dari kelas reptilia
ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi penyu dan beberapa
jenis ular, semi akuatik yaitu ordo Crocodilia dan beberapa anggota ordo
Chelonia, beberapa sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan
Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, beberapa anggota ordo Testudinata, sub terran
pada sebagian kecil anggota sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil
sub-ordo Ophidia dan Lacertilia.
Reptilia hidup di rawa atau
di sungai, atau di tapi laut. Untuk tempat perlindungan, misalnya buaya
menggali lubang di tepi sungai. Makanan terdiri dari berbagai hewan. Reptilia
mencakup empat ordo besar yaitu Chelonia atau Testudines, Squamata atau
Lepidosauria, Rhynchocephalia, dan Crocodilia.
Pembagian
Kelas Reptilia
Kelas Reptilia dibagai
menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara), Chelonia (contohnya:
Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan
Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan
Caiman). Berikut dipaparkan dari keempat ordo dari Kelas Reptilia :
(1) Ordo
Chelonia
Chelonia adalah reptilia
yang memiliki cangkang. Cangkang bagian atas disebut karapaks, sedangkan bagian
bawahnya disebut plastron. Cangkang merupakan bagian dari tulang belakang dan
modifikasi tulang rusuk yang berfungsi sebagai pelindung dari pemangsanya.
Chelonia yang hidup di laut adalah penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu
belimbing (Dermochelys coriacea) yang memiliki kaki berbentuk dayung untuk
berenang. Cangkang chelonia lebih tipis dibandingkan Chelonia darat. Contoh
chelonia darat adalah kura-kura paua (Chelodina novaeguineae). Chelonia
termasuk hewan berumur panjang hingga mencapai 200 tahun.
(2) Ordo
Squamata
Squamata adalah reptilia
yang umumnya memiliki kulit bersisik. Reptil yang termasuk golongan ini adalah
kadal dan ular. Kadal memiliki sisik yang licin dan berbentuk membulat,
tubuhnya kebanyakan berkaki empat, bertubuh kecil, dan memiliki ekor. Contoh
hewan kadal bertubuh kecil misalnya, kadal kebun (Mabuya multifasciata), cecak
dinding (Cosymbotus paltyurus) dan bunglon kebun (Bronchocela jubata), hingga
kadal yang bertubuh besar seperti biawak komodo (Varanus komodoensis).
Ular tidak memiliki kaki
dan bertubuh panjang serta memiliki sisik. Tulang rahang ular bersambungan secara
longgar sehingga memungkinkan menelan mangsa yang lebih daripada tubuhnya. Gigi
di mulut ular memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan untuk memegang
mangsanya agar tidak mudah lepas. Ular berbisa memiliki sepasang gigi berlubang
dan tajam untuk menyuntikkan bisa ke mangsanya. Lidahnya dapat dijulurkan untuk
mengipas bau ke arah organ penciumannya. Ular memiliki kepekaan terhadap
getaran yang berperan untuk mencari mangsanya, ular tertentu memiliki kepekaan
terhadap suhu mangsanya, dan sebagian jenis ular bersifat ovovivipar, yaitu
telur menetas di dalam tubuh induk. Contohnya adalah ular sendok (Naja
sumatrana), ular kobra (Ophiophagus hannah), dan ular sanca (Phyton sp.) dll.
Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu Subordo Lacertilia (Sauria),
subordo Serpentes (Ophidia), dan Subordo Amphisbaenia
Adapun ciri-ciri umum
anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat
dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut
molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kutikula
baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya
terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya
terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai
dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral
melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi
tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas
kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo
Lacertilia.
Perkembangbiakan ordo
squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran
Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik,
Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania.
(3) Ordo
Rhynchocephalia
Ordo ini diketahui
berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210-220 juta
tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid.
Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30
cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari.
Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi
secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu
lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam
waktu 1 tahun.
Anggota Ordo
Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan hanya satu
genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon punctatus
dan Sphenodon guntheri (Tuatara). Keduanya merupakan hewan endemik Selandia
Baru.
(4) Ordo
Crocodyllia
Ordo crocodylia mencakup
hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit
mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun
teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal.
Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian
ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat,
dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak
di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi
selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga
lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi
dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat
berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat.
Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang,
berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput
Crocodilia memiliki sisik
tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan tulang yang disebut skuta
sebagai pelindung, sisik rontok satu persatu tidak seperti ular. Contoh spesies
dari ordo ini adalah buaya. Buaya memiliki ekor tebal berotot, kaki depannya
berjari lima, sedangkan kaki belakang berjari emapat sebagian berselaput untuk
berenang. Lubang hidung terletak di ujung moncongnya yang memungkinkan untuk
bernapas saat di dalam air, jantungnya beruang empat namun memiliki pori di
antara bilik kiri dan kanan. Contoh spesies buaya adalah buaya muara
(Crocodylus porosus).
Jantung buaya memiliki 4
ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang
menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen
panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan
berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam
hari, Crocodilia dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri,
namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka
menyempit akibat kekeringan.
Peranan
Reptilia Terhadap Kehiduan Manusia
Banyak jenis kadal dan ular
yang menguntungkan manusia karena memakan serangga dan rodentia. Kulit buaya,
ular, dan biawak serta penyu yang diperdagangkan sebagai bahan baku pembuatan
tas, sepatu dll. Bagi sebagian orang daging ular di jadikan makanan karena
dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Bisa ular juga sebagai penawar gigitan
ular.
0 komentar :
Posting Komentar