Jumat, 26 September 2014

REPTILIA




Kata Reptilia berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptilia bergerak dengan cara melata. Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang membedakan dengan Kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan pada beberapa anggota ordo atau sub-ordo tertentu dapat mengelupas atau melakukan pergantian kulit baik secara total maupun sebagain. Pengelupasan secara total misalnya pada anggota sub-ordo ophidia dan pengelupasan sebagian pada anggota sub-ordo lacertilia. Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada Reptil memiliki sedikit sekali kelenjar kulit

Reptil merupakan hewan berdarah dingin yaitu suhu tubuhnya bergantung pada suhu lingkungan atau poikiloterm. Untuk mengatur suhu tubuhnya, Reptil melakukan mekanisme basking yaitu berjemur di bawah sinar matahari. Saluran ekskresi Kelas Reptilia berakhir pada kloaka. Ada dua tipe kloaka yang spesifik untuk ordo-ordo reptilia. Kloaka dengan celah melintang terdapat pada ordo squamata yaitu sub-ordo lacertilia dan sub-ordo ophidia. kloaka dengan celah membujur yaitu terdapat pada ordo chelonia dan ordo crocodilia.

Pada anggota lacertilia, lidah berkembang baik dan dapat digunakan sebagai ciri penting untuk identifikasi. Semua Reptil memiliki gigi kecuali pada ordo testudinata. Pada saat jouvenile, Reptil memiliki gigi telur untuk merobek cangkang telur untuk menetas, yang kemudian gigi telur tersebut akan tanggal dengan sendirinya saat mencapai dewasa. Beberapa jenis reptil memiliki alat pendengaran dan ada yang yang dilengkapi telinga luar ataupun tidak. Pada beberapa jenis lainnya, alat pendengaran tidak berkembang. Mata pada Reptil ada yang berkelopak dan ada yang tidak memiliki kelopak mata. Kelopak mata pada reptil ada yang dapat digerakkan dan ada yang tidak dapat digerakkan dan ada juga yang berubah menjadi lapisan transparan.


Ciri Umum Reptilia

Secara umum reptilia memiliki karakteristik sebagai berikut :

1.  Tubuh ditutupi kulit kering bertanduk (tidak licin), biasanya dilengkapi sisik atau kuku, dan kelenjar dipermuakaan hanya sedikit.
2.  Memiliki dua pasang anggota badan, masing-masing dengan lima jari yang pada bagian ujungnya terdapat cakar dan dapat digunakan untuk berlari, merayap atau memanjat. Anggota badan menyerupai dayung pada penyu, memendek pada kadal, dan tidak ada anggota badan pada beberapa jenis kadal dan semua jenis ular.
3.  Kerangka terdiri dari tulang keras, tengkorak dilengkapi rongga oksipital.
4.  Jantung terdiri dari empat ruang yang belum terpisah sempurna, dua serambi dan vertikel yang sebagian saling terpisah, satu pasang berkas aorta, sel darah merah oval bikonkaf dengan inti.
5.  Respirasi dengan paru-paru, pada kura-kura air dilengkapi dengan respirasi kloaka.
6.  Terdapat 12 pasang saraf cranial.
7.  Suhu tubuh berubah-ubah bergantung suhu lingkungan (poikilothermis).
8.  Fertilisasi internal, menggunakan organ kopulasi, telurnya besar mengandung kuning telur yang terbungkus cangkang licin atau berkulit, biasanya telur ditetaskan tetapi pada beberapa jenis ular dan kadal embrio berkembang didalam tubuh betina.

Hewan Reptilia lebih maju dibanding amphibi karena memiliki diantaranya:
Penutup tubuh yang kering dan bersisik sebagai adaptasi terhadap kehidupan di darat.
-   Anggota tubuh memungkinkan hewan untuk berlari.
-   Pemisahan darah bersih dan kotor di jantung.
-   Skeleton terdiri dari tulang sejati.
-   Telur dilengkapi dengan membrane dan cangkang sebagai pelindung embrio sehingga memungkinkan untuk berkembang di darat.


Struktur Morfologi dan Ukuran

Fosil Reptilia ditemukan dalam ukuran yang bervariasi, dari kecil sampai berukuran besar. Dari Reptilia yang ada pada masa sekarang, anaconda di Amerika Serikat dapat tumbuh sampai 990 cm, komodo (varanus komodoensis) memiliki panjang tubuh 285 cm. Beberapa jenis kura-kura darat dari pulau Galapagos mencapai panjang 120 cm. Buaya yang ditemukan tahun 1821 di Luzzon Philipina mencapai panjang 610 cm. Ular Laptotyphlops dari Siria berukuran seperti jarum renda, dan ada pula kadal Lepidoblepharis dari Panama yang panjangnya 5 cm. sebagian besar di Amerika Utara berukuran 20 120 cm, dan kadal dengan panjang di bawah 30 cm.

Morfologi Reptilia meliputi kepala yang terpisah, leher, tubuh, dan ekor, angggota tubuh berukuran pendek dengan sejumlah jari yang pada bagian ujungnya dilengkapi cakar dan begitupun ada juga sebagaian subordo yang lain yang tidak memiliki jari. Mulutnya yang panjang dilengkapi dengan gigi. Buaya mialnya di dekat ujung moncong terdapat dua lubang hidung. Mata berukuran besar dan terletak lateral, dengan kelopak atas dan bawah, serta membrane nictatin transparan yang dapat bergerak di bawah kelopak mata, telinga berukuran kecil terletak dibelakang mata. Anus terletak longitudinal dibelakang pangkal kaki belakang.

Semua Reptilia memiliki kulit yang kering yang terdiri dari epidermis berlapis dan dermis kompleks. Epidermis menghasilkan beberapa lapisan sel yang tumbuh kearah luar. Mengalami kornifikasi dan menutup seluruh bagian tubuh. Sel-sel epidermis saling melekat dengan kuat sehingga tahan terhadap gangguan mekanik. Lapisan dermis terdiri dari jaringan ikat dan mengandung pigmen, pembuluh darah dan saraf, pada jenis tertentu dilengkapi dengan tulang dermal. Serat jaringan ikat berupa lapisan kuat yang membatasi permukaan, saling menumpuk membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu tubuh. Selain itu terdapat serat yang lebih halus yang melekatkan dermis ke lapisan epidermis. Struktur dermis dan epidermis seperti ini memberikan kekuatan mekanis yang sifatnya elastis sehingga kulit dapat meregang, seperti yang diperlukan ular jika menelan mangsa yang besar. Pola sisik dermal pada satu spesies selalu sama, sehingga bentuk dan susunannya digunakan untuk melakukan klasifikasi.

Ular dan kadal mengalami pergantian kulit 2-6 kali dalam setahun. Pada pergantian kulit, lapisan epidermis luar yang mengalami kornifikasi terlepas dan digantikan. Sebelumnya, sel epidermal menghasilkan kutikula dibawah lapisan yang akan lepas. Kemudian dihasilkan secret diantara lapisan baru dan lama, sehingga sel-sel di bagian bawah lapisan epidermis yang akan melepas melarut, dan epidermis lama menjadi longgar. Pada ular, secret yang dihasilkan menutupi kutikula di bagian mata sehingga dapat mempengaruhi pandangan. Pada ular dan beberapa jenis kadal, selongsong kulit terlepas secara utuh, tetapi ada juga kadal yang melepaskan kulitnya dalam beberapa potongan. Ujung ekor rattlesnake mengalami kornifikasi lebhi serta tidak terlepas pada saat ganti kulit. Kura-kura dan buaya tidak mengalami pergantian kulit, tapi permukaan luarnya dapat terlepas.

Ular dan bebrapa jenis kadal memiliki pola motif dan warna yang menarik, garis-garis atau pita dengan macam-macam warna, dengan penanda bintik-bintk, bentuk wajik atau segi empat. Bunglon dapat berubah warna secara terus menerus. Control pigmen pada Reptilia ditentukan oleh peranan kelenjar adrenalin.

Kulit yang keras membungkus tubuh dan ekor buaya. Sisik berbaris melebar secara transversal dengan diantaranya terdapat celah dan kulit yang lunak. Hewan dengan penutup tubuh terkornifkasi tidak mengalami pergantian kulit, tapi ada proses pergantian dengan lapisan baru yang terkornifikasi yang berasal dari epidermis di bawahnya. Buaya dewasa memiliki eksoskeleton berupa keping dermal dan leher sampai ekor dan terletak dibawah sisik dorsal. Keping dermal ada yang berbentuk segi empat ada yang oval atau meruncing. Terdapat tiga pasang kelenjar di bagian bawah kepala, di dalam mulut dan di dalam kloaka.


Rangka dan Sistem Otot

Reptilia termasuk dalam vertebrata yang pada umumnya tetrapoda, akan tetapi pada beberapa diantaranya tungkainya mengalami reduksi atau hilang sama sekali seperti pada serpentes dan sebagian lacertilia. Reptilia yang tidak mengalami reduksi tungkai umumnya memiliki 5 jari atau Pentadactylus dan setiap jarinya bercakar. Rangkanya pada Reptilia mengalami osifikasi sempurna.

Tengkorak buaya meliputi moncong yang panjang, dan sejumlah tulang. Rahang bawah memanjang sampai ke batas posterior tengkorak. Di bagian ventral cranium terdapat tulang palatal keras, tepat diatas saluran pernafasan. Kolom vertebra terdiri lima tipe vertebra, yaitu 9 sevical, 10 toraks, 5 lumbar, 2 sacral, dan sekitar 39 caudal. Pada vertebra servical terdapat rusuk servical bebas. Vertebra toraks dan sternum dihubungkan oleh rusuk toraks yang mengandung kartilago pada bagian ventral. Diantara sternum dan tulang pubis terdapat tujuh pasang rusuk abdominal berbentuk V. jika dibandingkan dengan katak, otot buaya lebih variatif untuk membantu pergerakan di darat dan di air. Otot bagian kepala, leher dan kaki sudah mengalami diferensiasi sempurna.


Sistem Pencernaan

Mulut Reptilia misalnya, buaya berukuran besar dapat terbuka lebar dengan dilengkapi gigi yang digunakan untuk menyerang dan mempertahankan diri, selain itu juga untuk menarik dan memutar mangsa yang berukuran besar. Lidah tipis terdapat di dasar rongga mulut. Pada bagian belakang lidah, terdapat lipatan melintang, yang berhadapan dengan lipatan yang terdapat pada langit- langit mulut, jika kedua lipatan menempel, maka rongga mulut tertutup kearah faring, sehingga ketika buaya berada di dalam air mulutnya dapat terbuka tanpa ada air yang masuk ke paru-paru. Diatas faring terdapat esofgus, berupa saluran panjang menuju lambung. Lambung terdiri dari fundus yang berbentuk bulat berukuran besar, dan pylorus yang berukuran lebih kecil di sebelah kanannya. Selanjutnya terhubung ke usus halus dan rectum menuju kloaka dan anus. Hati terdiri dari dua lobus terletak anterior dari lambung. Pancreas merupakan terdapat pada lekukan duodenum dari usus halus. Saluran hati dan pancreas bermuara ke usus halus bagian awal. Kloka merupakan bagian akhir dari saluran pencernaan, eksresi dan reproduksi.


Sistem Sirkulasi

Jantung pada Reptil memiliki 4 lobi, 2 atrium dan 2 ventrikel. Pada beberapa Reptil sekat antara ventrikel kanan dan ventrikel kiri tidak sempurna sehingga darah kotor dan darah bersih masih bisa bercampur.

Pada buaya jantung terdapat pada bagian anteroventral dari toraks, terdiri dari satu sinus venosus kecil, dua serambi dan dua bilik. Pada buaya kedua bilik terpisah dengan sempurna, tetapi tidak demikian pada hewan Reptilia lainnya. Darah dari vena mengalir dengan arah sebagai berikut:
1)  Sinus venosus
2)  Serambi kanan
3)  Bilik kanan
4)  Arteri pulmonary ke setiap lobus paru-paru
5)  Vena pulmonary dari paru-paru
6)  Serambi kiri
7)  Bilik kiri

Selanjutnya darah keluar dari jantung melalui sepasang pembuluh aorta yang melewati dorsal esofagus, pembuluh bagian bawah bercabang menjadi dua arteri carotid yang menuju leher dan kepala, sedangkan pembuluh aorta satunya berlanjut ke kiri depan. Kedua pembuluh aorta bergabung di bagian dorsal sebagai aorta dorsal dan bercabang ke berbagai organ di dalam rongga badan dan ke kaki belakang serta ekor.
Darah kotor mengalir dari :
1)  Vena cava anterior di setiap sisi kepala
2)  Vena cava posterior yang mengumpulkan darah dari ginjal dan organ reproduksi
3)  Vena porta hepatica mengumpulkan darah dari saluran pencernaan yang ke kapiler di hati dan berperan sebagai vena hepatica yang pendek.
4)  Vena epigastrik yang terdapat di setiap sisi rongga perut, mengumpulkan darah dari kaki belakang, ekor dan tubuh. Keempat vena mengalirkan darah ke sinus venosus.


Sistem Respirasi

Semua Reptil bernafas dengan paru-paru. Udara masuk ke lubang hidung, melewati bagian atas langit-langit keras menuju rongga hidung yang terdapat di bawah velum, melewati glottis pada faring yang terletak di belakang lidah. Glottis terdiri dari tiga tulang katilago dan pita suara, dan selanjutnya terhubung ke trakea yang berupa cicin kartilago. Trakea memanjang ke bagian depan toraks, selanjutnya bercabang menjadi dua bronchi pendek, menuju lobus paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru terdiri dari kapiler pulmonary.


Sistem Ekskresi

Terdapat dua ginjal berbentuk bulat pipih pada buaya, yang terletak pada rongga tubuh bagian dorsal posterior. Dari setiap ginjal terdapat ureter yang memanjang ke kloaka.


Sistem Saraf dan Alat Indera

Otak Reptilia contohnya buaya memiliki dua lobus olfaktori yang panjang, yang terhubung ke cerebral hemispher yang berukuran besar. Dibelakang cerebral hemisphere terdapat lobus optikus. Berikutnya cerbellum berbentuk buah pir dan terletak di tengah, yang ukurannya lebih besar daripada yang terdapat pada hewan Amphibia. Medula oblongata terletak di bawah cerebellum, dan memanjang ke sumsum tulang belakang. Di bagian ventral, terdapat saraf optic dilanjutkan infundibilum dan hipofisis. Terdapat 12 pasang saraf cranial dan saraf spinal berpasangan.

Di lidah terdapat saraf pengecap (laste bud), dan di setiap lubang hidung terdapat organ olfaktori. Pada mata terdapat kelenjar lachrymal yang menjaga kornea atau permukaan bola mata tetap lembab, ketika hewan berada dipermukaan air. Telinga buaya memiliki tipe telinga vertebrata darat. Setiap telinga memiliki saluran auditori eksternal yang pendek, yang terdapat dibawah daun telinga. Saluran telinga berlanjut ke membrane timpani, didalam rongga timpani atau telinga tengah terdapat tiga saluran semisirkuler dan organ pendengar. Dari setiap rongga timpani, terdapat tabung eustachian di bagian tengah yang terhubung ke rongga bagian atas faring di belakang rongga hidung.


Sistem Reproduksi

Reptilia berkembang biak dengan bertelur (ovipar). Ada juga yang bertelur dan beranak (ovovivipar). Pada buaya yang masih muda, gonad jantan dan betina tampak serupa. Pada jantan dewasa, dua testis berbentuk bulat terdapat sebuah vasdeferens menuju kloaka, yaitu disebelah anterior dan ureter, yang berlanjut ke penis tunggal yang terdapat pada bagia yang sama, yang melekat dekat ventral kloaka. Pada betina dewasa terdapat dua ovarium yang sama melekat dekat dengan ginjal. Disebelah anterior dari setiap ginjal terdapat saluran oviduct, yang merupakan tempat terjadinya fertilisasi. Selanjutnya telur yang sudah di fertilisasi akan di selaputi albumin, membrane dan cangkang, kemudian dikeluarkan dari tubuh betina untuk ditetaskan.


Habitat

Habitat dari kelas reptilia ini bermacam-macam. Ada yang merupakan hewan akuatik seperi penyu dan beberapa jenis ular, semi akuatik yaitu ordo Crocodilia dan beberapa anggota ordo Chelonia, beberapa sub-ordo Ophidia, terrestrial yaitu pada kebanyakan Sub-kelas Lacertilia dan Ophidia, beberapa anggota ordo Testudinata, sub terran pada sebagian kecil anggota sub-kelas Ophidia, dan arboreal pada sebagian kecil sub-ordo Ophidia dan Lacertilia.

Reptilia hidup di rawa atau di sungai, atau di tapi laut. Untuk tempat perlindungan, misalnya buaya menggali lubang di tepi sungai. Makanan terdiri dari berbagai hewan. Reptilia mencakup empat ordo besar yaitu Chelonia atau Testudines, Squamata atau Lepidosauria, Rhynchocephalia, dan Crocodilia.


Pembagian Kelas Reptilia

Kelas Reptilia dibagai menjadi 4 ordo, yaitu Rhyncocephalia (contohnya: Tuatara), Chelonia (contohnya: Penyu, Kura-kura, dan Bulus), Squamata (Contohnya: Serpentes, Lacertilia, dan Amphisbaena) dan Crocodilia (contohnya: Buaya, Aligator, Senyulong, dan Caiman). Berikut dipaparkan dari keempat ordo dari Kelas Reptilia :

(1)  Ordo Chelonia
Chelonia adalah reptilia yang memiliki cangkang. Cangkang bagian atas disebut karapaks, sedangkan bagian bawahnya disebut plastron. Cangkang merupakan bagian dari tulang belakang dan modifikasi tulang rusuk yang berfungsi sebagai pelindung dari pemangsanya. Chelonia yang hidup di laut adalah penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea) yang memiliki kaki berbentuk dayung untuk berenang. Cangkang chelonia lebih tipis dibandingkan Chelonia darat. Contoh chelonia darat adalah kura-kura paua (Chelodina novaeguineae). Chelonia termasuk hewan berumur panjang hingga mencapai 200 tahun.

(2)  Ordo Squamata
Squamata adalah reptilia yang umumnya memiliki kulit bersisik. Reptil yang termasuk golongan ini adalah kadal dan ular. Kadal memiliki sisik yang licin dan berbentuk membulat, tubuhnya kebanyakan berkaki empat, bertubuh kecil, dan memiliki ekor. Contoh hewan kadal bertubuh kecil misalnya, kadal kebun (Mabuya multifasciata), cecak dinding (Cosymbotus paltyurus) dan bunglon kebun (Bronchocela jubata), hingga kadal yang bertubuh besar seperti biawak komodo (Varanus komodoensis).

Ular tidak memiliki kaki dan bertubuh panjang serta memiliki sisik. Tulang rahang ular bersambungan secara longgar sehingga memungkinkan menelan mangsa yang lebih daripada tubuhnya. Gigi di mulut ular memiliki fungsi untuk mengunyah, melainkan untuk memegang mangsanya agar tidak mudah lepas. Ular berbisa memiliki sepasang gigi berlubang dan tajam untuk menyuntikkan bisa ke mangsanya. Lidahnya dapat dijulurkan untuk mengipas bau ke arah organ penciumannya. Ular memiliki kepekaan terhadap getaran yang berperan untuk mencari mangsanya, ular tertentu memiliki kepekaan terhadap suhu mangsanya, dan sebagian jenis ular bersifat ovovivipar, yaitu telur menetas di dalam tubuh induk. Contohnya adalah ular sendok (Naja sumatrana), ular kobra (Ophiophagus hannah), dan ular sanca (Phyton sp.) dll. Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu Subordo Lacertilia (Sauria), subordo Serpentes (Ophidia), dan Subordo Amphisbaenia

Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kutikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia.

Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania.

(3)  Ordo Rhynchocephalia
Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210-220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun.

Anggota Ordo Rhynchocephalia mempunyai satu familia yaitu Sphenodontidae dan hanya satu genus Sphenodon. Genus ini terdiri dari dua spesies yaitu Sphenodon punctatus dan Sphenodon guntheri (Tuatara). Keduanya merupakan hewan endemik Selandia Baru.

(4)  Ordo Crocodyllia
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput

Crocodilia memiliki sisik tebal dari keratin dan diperkuat dengan lempengan tulang yang disebut skuta sebagai pelindung, sisik rontok satu persatu tidak seperti ular. Contoh spesies dari ordo ini adalah buaya. Buaya memiliki ekor tebal berotot, kaki depannya berjari lima, sedangkan kaki belakang berjari emapat sebagian berselaput untuk berenang. Lubang hidung terletak di ujung moncongnya yang memungkinkan untuk bernapas saat di dalam air, jantungnya beruang empat namun memiliki pori di antara bilik kiri dan kanan. Contoh spesies buaya adalah buaya muara (Crocodylus porosus).

Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari, Crocodilia dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan.


Peranan Reptilia Terhadap Kehiduan Manusia

Banyak jenis kadal dan ular yang menguntungkan manusia karena memakan serangga dan rodentia. Kulit buaya, ular, dan biawak serta penyu yang diperdagangkan sebagai bahan baku pembuatan tas, sepatu dll. Bagi sebagian orang daging ular di jadikan makanan karena dipercaya memiliki khasiat sebagai obat. Bisa ular juga sebagai penawar gigitan ular.



CHLOROPHYTA



Chlorophyta ada yang bersifat uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Reproduksi seksualnya dengan cara konjugasi, Reproduksi aseksual dengan cara pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan zoospora.

Chlorophyta terdiri dari kelompok besar (lebih dari 7000 spesies) yang anggotanya terdiri dari algae hijau yang hidup sebagai plankton di air tawar dan sebagian kecil di air laut. berbentuk filamen nonmotil atau thaloid, dan mempunyai flagella. Sel-selnya dikelilingi oleh dinding selulosa yang sama dengan tanaman hijau multiseluler seperti halnya kloroplasnya. Hal ini mendukung argumentasi bahwa Chlorophyta termasuk dalam kingdom tumbuhan. Diduga ancestornya merupakan autotrof fotosintetik yang merupakan penyatuan endosimbiotik antara eukariotik heterotrofik dan Cyanobacteria.

Diantara spesies Chlorophyta, yang paling sederhana yaitu uniseluler adalah Chlamydomonas, sedangkan yang lebih kompleks umumnya hidup berkoloni. Kelompok multiseluler dan berkoloni berevolusi dari uniseluler berflagella.

Chlamydomonas banyak dijumpai di kolam dan danau. Jika populasinya sangat banyak bisa menyebabkan danau berwarna merah. Haematococcus merupakan spesies yang sangat mirip dengan Chlamydomonas, sama-sama memp[unyai dua flagella, namun isi selnya ada di dalam tubuh sentral yang dihubungkan dengan bagian luarnya dengan suatu pelebaran protoplas. Chlamydomonas memiliki kloroplast tunggal dengan beberapa pirenoid dan satu atau beberapa vakuola kontraktil.

Sel-sel Gonium, Pandorina, dan Eudorina menyusun sejumlah koloni dari 4 sampai 64 sel yang saling berpegangan pada materil mucoid. Koloni yang sangat besar berbentuk speris cekung seperti pada Volvox dan Pleodorina yang mengandung ratusan sel yang bagian dalamnya dihubungkan oleh untaian protoplasmik yang ditambahkan dengan material mucoid. Semua koloni mengorientasikan dengan gerakan flagella dan berenang ke arah depan.

Volvox merupakan Chlorophyta berkoloni yang banyak dijumpai di perairan tawar. Koloni berbentuk bola sferis yang dindingnya terdiri atas ribuan sel biflagella yang saling bergandengan di dalam suatu matriks bergelatin. Sel dihubungkan dengan sitoplasma. Koloni besar akan melepaskan koloni anakan berukuran kecil yang berada di dalamnya.




PROTOZOA


Protozoa hidup di air tawar, air laut, tempat lembap, tubuh hewan, dan tubuh manusia. Dalam suatu komunitas, Protozoa berfungsi sebagai konsumen, Makanannya yaitu bakteri, Protozoa lain, dan sampah organik.

Tubuh terdiri satu sel, ukuran 3-1000 mikron, eukariotik, habitat ditempat yang basah, sebagai zooplankton di perairan, protozoa hidup soliter atau berkoloni. Protozoa dibagi menjadi empat kelompok yaitu Rhizopoda/sarcina, Flagellata atau Mastigophora, Ciliata, dan Sporozoa.

Sel Protozoa umumnya terdiri atas membran sel, sitoplasma, vakuola makanan, vakuola kontraktil dan inti sel. Membran sel berfungsi sebagai pelindung serta pengatur pertukaran makanan dan gas. Sitoplasma adalah cairan sel yang berada di dalam membran sel. Vakuola makanan adalah vakuola pencernaan makanan masuk melalui membran sel atau sitoplasma (mulut sel). Vakuola kontraktil adalah vakuola yang mengeluarkan sisa makanan. Inti sel berfungsi untuk mengatur aktifitas sel.


1.  Rhizopoda (Sarcina)

Contoh Rhizopoda antara lain Amoeba, Arcella, Foraminifera, Difflugia, Radiolaria. Amoeba mempunyai pseudopodum (kaki semu) sebagai alat gerak, bentuk tidak tetap, membran sel sangat tipis dan bersifat elastis disebut plasmolema, vakuola makanan untuk mencerna makanan, vakuola kontraktil untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme dan osmoregulasi. Amoeba mengambil makanan dengan fagositosis, reproduksi dengan vegetatif yaitu membelah diri. Habitat amoeba ada dua jenis ektoameba dan entameba. Ektoameba di luar tubuh contohnya Amoeba proteus, entameba di dalam tubuh. Entameba ada tiga yaitu entameba gingivalis di dalam mulut, entameba coli diare di dalam usus besar, entameba histolytica disentri di dalam usus halus.

Arcella kerangka luar tersusun dari zat kitin. Foraminifera terdiri dari silika/zat kapur, fosilnya sebagai petunjuk dalam pencarian sumber minyak bumi, genus yang terkenal yaitu Globigerina. Difflugia kerangka luar mengeluarkan selaput lendir dan menyebabkan adanya butir-butir pasir halus dan benda lain dapat melekat. Radiolaria banyak duri dari zat kitin dan stronsium sulfat yang akan mengendap di dalam perairan membentuk endapan disebut lumpur radiolaria, sebagai bahan penggosok, bahan dinamit/peledak. Contoh Acanthometron dan Collospaera.


2.  Flagellata (Matigophora)

Habitat di air tawar, air laut dan ada juga yang parasit di dalam tubuh manusia (hewan). Flagellata dibagi menjadi dua yaitu Fitoflagellata dan Zooflagellata. Fitoflagellata dapat melakukan fotosintesis dibagi menjadi tiga berdasarkan sifatnya yaitu halofilik mengubah zat anorganik menjadi organik (seperti tumbuhan), holozoid mampu memakan zat organik sebagai makanannya (seperti hewan), saprofitik memanfaatkan organisme yang telah mati. Fitoflagellata dibagi menjadi tiga kelompok yaitu Euglenoida, Dinoflagellata, dan Volvocida. Euglenoida tidak memiliki kloroplas (astasia), lapisan luar berupa pelikel tersusun oleh sitoplasma padat mengandung protein, contohnya Euglena viridis gerakannya disebut euglenoid. Dinoflagellata contohnya Noctiluca miliaris akan memancarkan sinar/cahaya bila terkena rangsang mekanik ketika air kena karangn, memiliki 2 flagel yang tidak sama panjangnya. Volvocida contohnya Volvox globator setiap satu sel memiliki 2 flagel, ada yang bersifat soliter dan ada yang berkoloni.

Zooflgellata flagella yang tidak berkloropas dan meyerupai hewan, hidupnya parasit. Contohnya Trypanosoma dan Leishmania. Trypanosoma bentuk tubuh pipih panjang seperti daun, hidupnya melekat disel lambung (mengisap darah manusia, hidup di dalam darah merah/darah putih), memiliki dua bentuk yaitu berflagel pada fase ekstraseluler, dan tidak berflagel pada fase intraseluler. Jenis-jenis Trypanosoma yaitu T. lewis pada tukus hospes perantaranya kutu tikus, T. evansi penyakit sura/malas pada ternak hospes perantara lalat tabanus, T. brucei penyakit nagono pada ternak hospes perantaranya lalat tse-tse, T. gabiensi dan T. rhodosiensis penyakit tidur pada manusia perantaranya lalat tse-tse, T. cruzi penyakit cagas (anemia pada anak-anak). Leishmania penyakit pada sel endotelium, pembuluh darah. Endotelium sel epitelium yang melapisi jantung pembuluh darah dan pembuluh limfa. Jenis-jenis Leishmania ada tiga yaitu L. donovani penyakit kalaazar perantaranya lalat pitak (tabanus) ditandai dengan demam dan anemia di Mesir dan India, L. tropica penyakit kulit di Asia dan Amerika selatan, L. brasilliensis penyakit kulit di Meksiko dan Amerika Tengah. Infeksi karena Trypanosoma disebut Trypanosomiasis dan karena Leishmania disebut Leishmaniasis.


3.  Ciliata (Infusoria)

Ciliata berukuran mikroskopis 3 mm tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, ditandai dengan adanya organ silia (bulu getar untuk mencari makan). Berbentu asimetris, lepisan luar berupa pelikel, mempunyai dua tipe inti sel yaitu makronukleus dan mikronukleus, vakuola kontraktil menjaga keseimbangan air di dalam tubuhnya, memiliki mulut/sitosom. Ada 2 macam mulut pada ciliata berupa mulut membran berombak/membran yang bergerak merupakan silia yang menyatu dalam barisan panjang dan mulut membran yang berupa barisan pendek dari silia yang bersatu membentuk piringan. Fungsi silia pada mulut menghasilkan aliran makanan dan mendorong partikel makanan menuju sitofaring. Contohnya Paramecium, Stentor, Didinium, Vorticella, Stylonichia dan Balantidium coli.

Paramecium tubuhnya dilapisi pelikel, reproduksi vegetatif dengan membelah diri jika tidak mampu dengan konjugasi dan generatif. Stentor bentuk seperti terompet dan menetap. Didinium predator ekosistem perairan pemangsa Paramecium. Vorticella bentuk seperti lonceng bertangkai panjang dengan bentuk lurus atau spiral dilengkapi dengan silia. Stylonichia seperti siput silianya berkelompok banyak ditemukan pada permukaan daun yang terendam air. Balantidium coli hidup di kolon manusia dan dapat menimbulkan balantidiosis (gangguan pada perut).


4.  Sporozoa

Reproduksi secara vegetatif terjadi pada tubuh si penderita malaria yang disebut skizogoni, sporogoni terjadi pada tubuh nyamuk. Hidupnya parasit pada sel darah, tidak memiliki alat gerak (mengikuti aliran darah). Contohnya Plasmodium. Jenis-jenis Plasmodium: P. falciparum penyakit malaria tropika, P. Vivax penyakit malaria tertina, P. malariae penyakit malaria kuartana, P. ovale penyakit limpa.

Siklus hidup Plasmodium sebagai berikut :
Bila nyamuk Anopheles menghisap darah mengeluarkan zat anti pembekuan darah untuk menjaga agar darah korban tidak membeku (zat antikoagulan). Mengeluarkan sporozoit dari mulut nyamuk dan masuk kedalam luka gigitan ditubuh korban. Sporozoit masuk di dalam sel-sel parenkima hati fasenya eksoeritrositair (selama 3 hari). Sporozoit keluar menyerang sel-sel darah dan memasukinya. Tropozoit (di dalam sel-sel darah merah) fasenya erisoeritair. Tropozoit membelah menjadi merozoid disebut skizogoni. Merozoid pecah membentuk gametosit. Gametosit menjadi gamet jantan dan betina disebut gamogoni, terjadi fertilisasi menjadi zigot, zigot menjadi ookinet (gelembung yang berbentuk seperti cacing). Ookinet menerobos dinding usus dan perut nyamuk, ookinet menjadi oosista. Oosista menjadi sporozoit yang secara sporogoni dan sporozoid menjadi kelenjar liur nyamuk untuk ditularkan lagi.




Template by : kendhin x-template.blogspot.com