Minggu, 14 Februari 2016

KOMODO



Sejarah Penemuan Komodo

Penemuan Komodo berawal sejak tahun 1910 yaitu ketika armada kapal Belanda menemukan makhluk misterius yang awalnya diduga sebagai "Naga" yang mendiami wilayah Kepulauan Sunda Lesser. Pada perkembangan selanjutnya penemuan ini ditindaklanjuti Letnan Steyn Van Hensbroek, seorang penjabat Administrasi Kolonial Belanda di kawasan Flores. Kemudian pada tahun 1912, Peter A. Ouwens, direktur Museum Zoologi di Bogor mempublikasikan komodo kepada dunia lewat papernya, Ouwens memberi saran nama kadal raksasa " Varanus komodoensis" untuk komodo, sebagai pengganti julukan Komodo Dragon (Naga Komodo). Komodo kemudian dipercaya sebagai hewan unik yang langka, kemudian pada tahun 1915 pemerintah Belanda akhirnya menetapkan Pulau Komodo sebagai wilayah konservasi. Oleh masyarakat setempat biasa Komodo dinamakan Ora.


Ciri - ciri dan Habitat Komodo ( Varanus komodoensis)

Pada habitat liar, Komodo pada umumnya merupakan hewan soliter, kecuali selama musim kawin. Dengan panjang tubuh mencapai 3 meter menjadikan komodo sebagai spesies reptil terbesar di Dunia. Habitat Komodo hanya terbatas yaitu di kepulauan Sunda Lesser Rinca, Komodo, Flores dan pulau-pulau kecil Gili, Montang dan Padar. Padar tidak memiliki populasi permanen. Total jarak kurang dari 1.000 persegi. Km. Taman Nasional Komodo terdiri dari semua pulau di kawasan itu kecuali Flores.

Biasanya komodo jantan dewasa dapat tumbuh lebih besar daripada betina, sehingga pada usia dewasa komodo jantan dapat dibedakan secara visual. Sampai saat ini belum ditemukan ciri fisik yang dapat memastikan perbedaan komodo jantan dengan betina, terutama pada usia muda.

Komodo jantan memiliki warna kulit dari abu-abu gelap sampai merah batu bata. Sementara komodo betina berwarna hijau buah zaitun, dan memiliki potongan kecil kuning pada tenggorokannya. Komodo muda lebih berwarna, dengan warna kuning, hijau dan putih dengan latar belakang warna hitam. Berat komodo jantan dewasa sekitar 50 sampai 60 kg, sedangkan berat komodo betina jarang yang melebihi 30 kg. Komodo juga memiliki ekor yang panjangnya sama dengan tubuhnya.

Komodo tidak mempunyai indera pendengaran, meskipun memiliki lubang telinga. Komodo mampu melihat hingga sejauh 300 m, namun kurang baik ketika melihat di kegelapan malam. Lidah Komodo digunakan untuk mendeteksi rasa dan mencium stimuli, seperti reptil lainnya, dengan indera vomeronasal memanfaatkan organ Jacobson, suatu kemampuan yang dapat membantu navigasi pada saat gelap. Dengan bantuan angin komodo dapat mendeteksi keberadaan daging bangkai sejauh 4 sampai 9.5 kilometer jauhnya. Komodo juga dapat berlari hingga 20 kilometer per jam pada jarak dekat, serta dapat menyelam sampai sedalam 4.5 meter. Komodo juga diketahui pandai memanjat pohon menggunakan cakar mereka yang kuat untuk menangkap mangsa yang berada di atas pohon.

Pola Makan Komodo

Komodo dapat makan sampai 80% dari berat tubuhnya. Komodo memiliki sekitar 60 buah gigi yang bergerigi tajam masing-masing gigi sepanjang sekitar 2.5 cm. Lidah komodo panjang, berwarna kuning dan bercabang. Air liur Komodo sering bercampur dengan sedikit darah dan giginya hampir seluruhnya dilapisi oleh jaringan Gingiva dan jaringan ini akan tercabik selama makan. Kondisi demikian menciptakan lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan bakteri mematikan yang hidup di mulut Komodo. Dalam hal ini terdapat sekitar 50 jenis bakteri mematikan (lebih dari 28 bakteri Gram-negatif dan 29 Gram-positif) yang terdapat pada air liur Komodo. Hal inilah yang membuat gigitan komodo fatal karena infeksi bakterinya. Biasanya setelah mengigit komodo akan membiarkan mangsanya mati perlahan dulu sebelum memakannya. Komodo sendiri tahan kepada infeksi bakteri dari gigitan mereka sendiri

Mangsa komodo dewasa di habitat asli bervariasi seperti babi hutan, rusa Timor, kerbau liar, bahkan pula komodo lain yang bertubuh lebih kecil. Kadangkala mereka juga bisa memangsa penyu, kuda liar, monyet, dan lain sebagainya. Komodo dengan ukuran yang lebih kecil akan turut makan hasil tangkapan komodo besar jika komodo besar telah selesai makan atau mereka berusaha mencurinya walau sering diusir komodo besar. Sementara itu Anak komodo yang masih muda memangsa ular, burung, tikus, kadal, dan serangga.


Reproduksi Komodo

Harapan hidup dari Komodo adalah antara 20 sampai 40 tahun dan dapat hidup lebih dari 50 tahun. Musim kawin komodo yaitu antara bulan Mei dan Agustus, sementara telur komodo diletakkan pada bulan September. Komodo betina bersifat antagonis dan melawan dengan gigi dan cakar mereka selama awal fase berpasangan. Selanjutnya, jantan harus sepenuhnya mengendalikan betina selama masa kawin agar tidak terluka. Komodo bisa bersifat monogamus dan membentuk pasangan yang merupakan sifat yang langka untuk bangsa reptil.

Selama musim kawin komodo jantan akan mempertahankan betina dan wilayahnya walaupun harus bertarung dengan jantan lainnya. Betina kemudian akan meletakkan telurnya di lubang tanah, mengorek tebing bukit atau gundukan sarang burung yang telah ditinggalkan. Komodo lebih suka menyimpan telur-telurnya di sarang yang telah ditinggalkan. Dalam sebuah sarang komodo berisi rata - rata 20 telur yang akan menetas setelah 7 - 8 bulan. Betina akan berbaring di atas telur-telur itu untuk mengerami dan melindunginya sampai menetas di sekitar pada bulan april, tepat pada akhir musim hujan ketika terdapat sangat banyak serangga yang akan menjadi makanan bagi komodo muda.

Komodo muda akan menghabiskan tahun-tahun pertamanya di atas pohon, tempat mereka relatif aman dari predator, termasuk dari komodo dewasa yang juga bersifat kanibal. Sekitar 10% dari makanannya adalah biawak-biawak muda yang berhasil diburu. Komodo membutuhkan rentang antara tiga sampai lima tahun untuk menjadi komodo dewasa. Di samping proses reproduksi yang normal, terdapat beberapa contoh kasus komodo betina menghasilkan anak tanpa kehadiran pejantan (partenogenesis), fenomena yang juga diketahui muncul pada beberapa spesies reptil lainnya seperti pada Cnemidophorus.

Klasifikasi Ilmiah Komodo

Klasifikasi ilmiah komodo yaitu Kerajaan : Animalia; Filum : Chordata; Kelas : Reptilia; Ordo : Squamata; Upaordo : Autarchoglossa; Famili : Varanidae; Genus: Varanus; Spesies : Varamus komodoensis



Jumat, 06 November 2015

POPULASI (BIOLOGI)


A.  Pengertian Populasi

Populasi berasal dari bahasa latin yaitu ‘populus’ yang berarti rakyat atau penduduk. Populasi sendiri memiliki pengertian sekelompok individu sejenis yang menempati suatu daerah pada waktu tertentu. Dalam ilmu biologi populasi dikemukakan untuk menjelaskan bahwa individu- individu suatu jenis organisme tersebar luas di muka bumi, namun tidak semuanya dapat saling berhubungan untuk mengadakan perkawinan atau pertukaran informasi genetik, karena tempatnya terpisah. Individu- individu yang hidup disuatu tempat tertentu dan antara sesamanya dapat melakukan perkawinan sehingga dapat mengadakan pertukaran informasi genetik dinyatakan sebagai satu kelompok atau disebut dengan populasi. Contoh populasi adalah populasi manusia yang bisa diartikan sebagai sekumpulan atau sekelompok manusia yang hidup pada daerah tertentu seperti desa atau kota. Contoh lain yaitu Populasi Ayam domestik yang dapat diartikan sebagai kumpulan atau sekelompok ayam domestik pada suatu tempat seperti peternakan ayam.


B.  Ciri - ciri Populasi

Populasi memiliki dua ciri yaitu ciri - ciri biologi dan ciri- ciri statistik. Berikut penjelasannya.

1.  Ciri - ciri Biologi
Ciri - ciri biologis merupakan ciri - ciri yang dimiliki oleh individu - individu yang membangun populasi itu sendiri. Berikut ciri - ciri biologi.

a.  Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang sifatnya ada yang konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
b.  Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua  = senessens, dan mati)
c.  Dapat dipengaruhi oleh dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan lingkungan.
d.  Terdapat hereditas
e.  Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditas (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi). Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan keturunan untuk waktu yang lama.

2.  Ciri - ciri Statistik
Ciri - ciri statistik merupakan ciri - ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri - ciri individu itu sendiri, antara lain:
a.  Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas dan mortalitas.
b.  Sebaran (agihan, struktur) umur
c.  Komposisi genetik (“gene pool” = genangan gen)
d.  Dispersi (sebaran individu intra populasi)


C.  Parameter Utama Populasi

1.  Natalitas

Merupakan kemampuan suatu populasi untuk bertambah dan meningkatkan jumlahnya, melalui produksi individu baru seperti kelahiran atau ditetaskan dari telur melalui aktifitas perkembangan. Natalitas biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau laju yang didapatkan dari jumlah individu baru yang dihasilkan dibagi dengan waktu atau jumlah individu baru per satuan waktu.

Ada dua aspek yang berkaitan dengan natalitas ini antara lain:
a.  Fertilitas
Fertilitas adalah tingkat kinerja perkembangbiakan yang direalisasikan dalam populasi, dan tinggi rendahnya aspek ini diukur dari jumlah anak yang dilahirkan atau jumlah telur yang ditetaskan.
b.  Fekunditas
Fekunditas adalah tingkat kinerja potensial populasi itu untuk menghasilkan individu baru.

Dalam ekologi dikenal dua macam natalitas yaitu natalitas maksimum dan natalitas ekologi atau yang sesungguhnya.

a.  Natalitas Maksimum
Natalitas maksimum disebut juga natalitas mutlak atau natalitas fisiologis merupakan produksi maksimun individu-individu baru secara teoritis dalam keadaan yang ideal dimana faktor fisiologis ditiadakan. Ini merupakan ketetapan untuk suatu populasi tertentu.
Untuk keperluan praktis, natalitas maksimum dapat diduga dengan metode-metode percobaan. Misalnya hasil rata-rata biji tertinggi yang dicapai dalam suatu seri percobaan suatu jenis tanaman, dalam kondisi lengkap, temperatur yang terbaik serta pemupukan yang baik dapat diambil sebagai natalitas maksimum.

Natalitas maksimum dapat memberikan gambaran atau ukuran untuk membandingkan dengan natalitas ekologi yang sebenarnya. Misalnya ada suatu pernyataan tentang natalitas populasi tikus misalnya 6 ekor untuk setiap tikus betina per tahun, ini berarti dapat lebih bila kondisi lingkungan tikus itu maksimum. Natalitas maksimum juga merupakan ketetapan, dalam membentuk persamaan-persamaan untuk mengukur atau meramalkan kecepatan pertambahan di dalam suatu populasi.

b.  Natalitas Ekologi
Natalitas ekologi yaitu pertambahan populasi di bawah kondisi lingkungan yang spesifik atau sesungguhnya. Natalitas ini berbeda dengan Natalitas maksimun yang meniadakan faktor fisiologis.

2.  Mortalitas

Mortalitas dapat diartikan sebagai tingkat kematian individu-individu dalam populasi. Mortalitas merupakan kebalikan dari natalitas (kelahiran). Seperti natalitas, mortalitas dapat dinyatakan sebagai individu yang mati dalam kurun waktu tertentu dalam populasi. Mortalitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu mortalitas ekologik dan minimun.

a.  Mortalitas ekologi
Mortalitas ekologi yaitu mortalitas yang direalisasikan atau matinya individu di bawah kondisi lingkungan tertentu.

b.  Mortalitas minimum
Mortalitas minimum yaitu mortalitas dalam kondisi lingkungan yang ideal, optimum dan mati semata - mata karena usia tua.



C.  Densitas ( Kepadatan Populasi )

Densitas atau kepadatan populasi adalah ukuran besarnya suatu populasi yang berhubungan dengan satuan ruang atau area yang umumnya diteliti dan dinyatakan dalam jumlah (cacah) individu dan biomasa persatuan luas, persatuan isi (volume) atau persatuan berat pada medium lingkungan yang ditempati. Contohnya terdapat 50 individu tikus sawah per hektar, 200 pohon per hektar hutan, 3 ton udang per hektar luas permukaan tambak, atau 50 individu kutu daun per daun. Kepadatan Populasi juga digunakan untuk mengetahui populasi yang sedang berubah (berkurang atau bertambah) pada saat tertentu dan biasanya dihubungkan dengan variabel waktu. Contoh, jumlah burung yang terlihat setiap jam.

Pengaruh populasi terhadap komunitas dan ekosistem tergantung kepada jenis organisme itu dan jumlahnya atau kepadatan populasinya. Contohnya bila ditemukan seekor ikan gabus di dalam 1 hektar kolam ikan mas tidak akan menarik perhatian pemilik kolam tersebut, hal ini tentu akan berubah jika terdapat 100 ekor ikan gabus dalam kolam tersebut, pasti akan menarik perhatian pemilik kolam ikan mas karena tentu ini akan berpengaruh pada hasil akhir dari ikan mas. Kepadatan populasi dapat dibedakan sebagai berikut :
a.  Kerapatan Kotor (kasar) yaitu jumlah kepadatan per satuan ruang total atau areal seluruhnya
b.  Kerapatan ekologi atau kerapatan jenis yaitu jumlah kepadatan per satuan ruangan habitat (ruang atau tempat atau volume yang tersedia, yang benar-benar dapat ditempati oleh populasi).


D.  Penyebaran Individu Dalam Populasi

Pola penyebaran (Dispersi) secara umum dapat dibagi menjadi 3 Macam yaitu :

1.  Acak (Random)

Merupakan pola persebaran dimana kehadiran suatu individu tidak mempengaruhi atau dipengaruhi individu lainnya. Penyebaran secara acak jarang terjadi di alam dan dapat terjadi apabila lingkungan sangat seragam dan tidak ada kecendrungan untuk berkelompok. Pada pola sebaran ini peluang suatu individu untuk menempati sesuatu situs dalam area yang di tempati adalah sama, yang memberikan indikasi bahwa kondisi lingkungan bersifat seragam.
Contoh : laba-laba serigala yang muncul dimana saja. Kutu beras, remis dalam lumpur. Hal ini terjadi karena lingkungan sangat homogen.

2.  Teratur (Seragam, Unity)

Merupakan persebaran seragam; pola persebaran dalam ruang dimana jarak individu dan pengamatannya teratur antara satu dengan yang lainnya. Pola sebaran ini terjadi apabila diantara individu-individu dalam populasi terjadi persaingan yang keras atau ada antagonisme positif oleh adanya teritori-teritori terjadi penjarakan yang kurang lebih merata. Pola sebaran teratur ini relatif jarang terdapat di alam. Penyebaran seragam (uniform) terjadi apabila kompetisi antar individu sangat hebat atau ada organisme positif yang mendorong pembagian ruang yang sama. Berkelompok dengan bermacam derajat merupakan pola yang paling umum ddalam populasi dan hampir merupakan aturan apabila dipandang dari sudut individu. Akan tetapi harap diperhatikan bahwa penyebaran berkelompok mendekati acak.

3.  Mengelompok (Teragregasi, Clumped)

Merupakan pola sebaran yang relatif paling umum terdapat di alam pengelompokan itu sendiri dapat terjadi oleh karena perkembangbiakan, adanya atraksi sosial dan lain-lain. Penyebaran secara berkelompok terutama disebabkan oleh respon dari organisme terhadap perbedaan habitat secara lokal, respon dari organisme terhadap perubahan cuaca musiman, akibat dari cara atau proses produksi/regenerasi, sifat-sifat organisme dengan organ vegetatifnya yang menunjang untuk terbentuknya kelompok atau koloni. Kecendrungan organisme untuk berkelompok misalnya waktu berbiak, membentuk koloni
Contoh : semut, rayap.


EKOSISTEM DARAT


Ekosistem darat adalah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan dan terdiri atas bermacam - macam bioma seperti bioma gurun, bioma padang rumput, bioma hutan hujan tropis, bioma hutan mangrove (bakau), bioma sabana, bioma hutan lumut, bioma hutan musim, bioma hutan gugur, bioma hutan taiga, dan bioma tundra.


1.  Bioma Gurun

Bioma Gurun merupakan bioma yang didominasi oleh pasir dan batu dimana tumbuhan yang hidup sangat jarang, bioma ini umumnya terdapat di daerah Tropika. Di Dunia bioma gurun yang terluas terdapat  di sekitar 20 derajat LU (lintang utara) mulai dari Afrika hingga ke Asia Tengah, dimana sepanjang daerah ini terdapat beberapa gurun yang terkenal mulai dari gurun Sahara, gurun Arab dan gurun Gobi dengan luas yang mencapai 10 juta km persegi.

Pada Bioma Gurun intensitas panas matahari sangat tinggi dengan kecepatan evaporasi tinggi serta curah hujan yang sangat rendah yaitu kurang dari 25 cm per tahun yang menyebabkan bioma ini terdiri dari tanah tandus dan gersang karena tidak mampu menyimpan air dengan kelempaban udara yang sangat rendah. Pada bioma gurun terdapat perbedaan suhu antara siang dan malam hari yang sangat mencolok (suhu pada siang dapat mencapai 45oC, dan malam dapat turun sampai 0oC)


Bioma Gurun

Tumbuhan yang hidup di daerah gurun sangat jarang dan merupakan tumbuhan menahun yang dapat beradaptasi dengan daerah kering (tumbuhan xerofit), yang biasanya mempunyai daun yang kecil atau seperti duri serta memiliki akar yang panjang. Daun yang kecil berfungsi untuk mengurangi penguapan, sedangkan akar yang panjang berfungsi untuk mengambil air dari tempat yang dalam dan kemudian akan disimpan dalam jaringan spons. Contoh tumbuhan xerofit adalah pohon kaktus dan pohon kurma.

Hewan besar yang hidup di bioma gurun seperti unta yang mampu menyimpan air. Sedangkan, hewan - hewan kecil antara lain ular, kadal, tikus, dan semut yang umumnya hanya aktif pada pagi hari sementara pada siang hari yang terik mereka hidup di lubang - lubang.

2.  Bioma Padang Rumput

Bioma Padang Rumput dikenal juga sebagai Bioma Stepa. Bioma Padang Rumput terbentang dari daerah subtropis sampai tropis dengan curah hujan yang relatif rendah yaitu antara 25 - 75 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Curah hujan yang tidak teratur menyebabkan porositas (pori tanah) banyak dan sistem penyaluran yang kurang baik sehingga tumbuhan sulit mengambil air dalam tanah. Bioma Padang Rumput banyak ditemukan di Benua Afrika, Amerika Selatan, Amerika Serikat bagian barat, dan Australia.


Bioma Padang Rumput

Tumbuhan yang biasa hidup di bioma padang rumput yang memiliki kondisi tanah yang pada umumnya tidak mampu menyimpan air ini adalah rumput, meskipun ada pula tumbuhan yang lain selain rumput tetapi tumbuhan ini merupakan vegetasi yang dominan pada bioma ini sehingga bioma ini disebut bioma padang rumput. Bioma Padang rumput dikenal juga sebagai Bioma Stepa di Rusia Selatan, dan Prairi di Amerika Utara.

Bioma Padang rumput dihuni oleh beberapa hewan herbifora seperti rusa, antelop, kerbau, zebra, bison, gajah, dan kanguru (Australia). Adanya Hewan - hewan herbifora mengundang berbagai macam hewan predator hewan Herbifora (karnivora) seperti singa, harimau, dan cheetah.


3.  Bioma Hutan Hujan Tropis

Bioma Hutan Hujan Tropis mencakup sekitar 30 % dari luas daratan di permukaan Bumi (2010). Bioma ini dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis seperti di Amerika Tengah, daerah aliran sungai Amazon, dan Asia Tenggara. Bioma hutan hujan tropis memiliki curah hujan yang tinggi yaitu antara 200 - 450 cm per tahun dengan intensitas yang merata sepanjang tahun. Bioma ini memiliki rata - rata temperatur 25oC, dengan perubahan iklim mikro dan kelembapan udara sekitar 80 %. Pada Bioma ini matahari bersinar sepanjang tahun.

Bioma Hutan Hujan Tropis merupakan bioma yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang paling tinggi. Vegetasi tumbuhannya sangat lebat dengan puncak dari pohon - pohon utama yang dapat mencapai ketinggian 20 - 40 meter, dengan cabang - cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu tudung (kanopi) dalam hutan. Dengan adanya kanopi ini dasar hutan umumnya gelap karena sinar matahari tidak dapat menembus masuk. Pada Bioma ini hidup banyak hewan yang terdiri dari berbagai spesies antara lain badak, babi hutan, kera, kukang, burung hantu, macan tutul dan lain sebagainya.

Gambar atas : Bioma Hutan Hujan Tropis yang membentuk kanopi
Gambar bawah : Dasar Hutan Hujan Tropis yang gelap dan sulit ditembus
sinar matarari

4.  Bioma Hutan Mangrove (bakau)

Bioma Hutan Mangrove(bakau) umumnya dapat ditemukan di sepanjang pantai yang landai di daerah tropis sampai dan subtropis. Bioma ini didominasi oleh tumbuhan yang menjadi cikal bakal namanya yaitu pohon bakau (Rhizophora sp), selain pohon bakau dapat ditemukan juga pohon Kayu Api(Avicennia) dan pohon Bogem (Bruguiera).

Karena berada di daerah pantai yang landai dan berhubungan langsung dengan laut menjadikan kadar garam(salinitas) air dan tanahnya tinggi, sedangkan kadar O2 pada air dan tanahnya rendah. Saat air pasang, air laut masuk dan menyebabkan daerah ini banjir dan ketika surut lingkungannya menjadi becek dan berlumpur.

Dengan kondisi lingkungan yang memiliki kadar garam tinggi, tumbuhan bakau sulit menyerap air meskipun lingkungan sekitar banyak air, keadaan ini dikenal dengan sebagai kekeringan fisiologis, dan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut tumbuhan bakau memiliki dedaunan yang tebal dan kaku, berlapiskan kutikula sehingga dapat mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar. Sementara itu untuk menyesuaikan diri dengan kadar O2 yang rendah, tumbuhan bakau memiliki akar nafas yang dapat menyerap O2 langsung dari udara.

Ada berbagai jenis hewan yang dapat ditemui pada bioma ini terutama ikan dan hewan - hewan melata seperti buaya dan biawak. Terdapat juga komunitas burung - burung yang bersarang di atas pohon-pohon bakau.

Bioma Hutan Mangrove (bakau)


5.  Bioma Sabana

Bioma Sabana Berbeda dengan Bioma Padang Rumput (Stepa) dimana Bioma Sabana merupakan padang rumput yang diselingi oleh kumpulan pepohonan besar, sementara pada Bioma padang rumput tidak diselingi oleh kumpulan - kumpulan pepohonan. Bioma ini dapat ditemukan di daerah tropis dan subtropis seperti Afrika dan Australia. Bioma Sabana memiliki suhu rata - rata yang panas sepanjang tahun dan hujan terjadi secara musiman.

Berdasarkan jenis tumbuhan yang menyusunnya, bioma sabana dapat dibedakan menjadi 2 yaitu Sabana Murni, dan Sabana Campuran.
a.  Sabana Murni yaitu sabana yang diselingi oleh pohon - pohon yang terdiri dari satu jenis saja. Sedangkan,
b.  Sabana Campuran yaitu sabana yang diselingi oleh pohon - pohon yang terdiri dari berbagai jenis tumbuhan.

Bioma Sabana

Hewan yang dapat ditemukan pada Bioma Sabana hampir mirip dengan yang ditemukan pada Bioma Padang Rumput seperti zebra, kijang, bison, gajah, jerapah, harimau, serigala, ular, dan singa.


6.  Bioma Hutan Lumut

Bioma ini disebut hutan lumut karena vegetasi yang dominan pada bioma ini adalah tumbuhan lumut. Bioma ini dapat ditemukan di daerah lereng gunung atau pegunungan yang terletak pada ketinggian yang melewati batas kondensasi uap air. Pada bioma ini sepanjang hari hampir selalu hujan karena kelembaban yang tinggi dan suhu rendah menyebabkan timbulnya embun terus-menerus.

Pada bioma ini lumut yang tumbuh tidak hanya di permukaan tanah dan bebatuan, tetapi mereka pun menutupi batang-batang pohon berkayu. Jadi pada hutan lumut, yang tumbuh tidak hanya lumut saja, melainkan hutan yang banyak pepohonannya yang tertutup oleh lumut.

Bioma Hutan Lumut


7.  Bioma Hutan Musim

Di daerah tropis, selain terdapat bioma hutan hujan tropis terdapat pula bioma hutan musim. Tumbuhan yang ada pada bioma ini bersifat tropofit (dapat beradaptasi terhadap kekeringan maupun lingkungan yang basah). Biasanya pohon - pohon pada hutan musim akan menggugurkan daunnya pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan daunnya lebat. Hewan yang bisa ditemukan pada bioma ini seperti babi hutan, rusa, dan harimau.

 
Hutan yang dipenuhi pohon - pohon jati yang meranggas
adalah contoh dari Bioma Hutan Musim


8.  Bioma Hutan Gugur

Bioma Hutan Gugur pada umumnya terletak di daerah beriklim sedang yaitu antara 30 - 40 derajat Lintang Utara dan Lintang Selatan. Wilayah persebarannya seperti di Amerika Serikat bagian timur, Eropa Barat, Asia bagian Timur, dan ujung selatan Amerika latin. Bioma ini memiliki ciri khas tersendiri yaitu pada pada musim dingin tumbuh – tumbuhan akan menggugurkan daunnya. Curah hujan pada bioma ini antara 75 - 150 cm per tahun dan memiliki 4 musim yaitu musim panas, musim dingin, musim gugur, dan musim semi dengan musim panas yang hangat dan musim dingin yang tak terlalu dingin.

Pada bioma hutan gugur jumlah dan jenis tumbuhan yang ada relatif sedikit jika dibandingkan dengan bioma hutan hujan tropis dan jarak antara pohon satu dengan pohon yang lainnya tidak terlalu rapat. Beberapa jenis tumbuhan yang dominan di daerah bioma hutan gugur adalah tumbuhan yang berdaun lebar misalnya pohon oak, pohon maple, elm, dan basswood.

Hewan - hewan yang terdapat di wilayah bioma hutan gugur seperti rusa, burung, bajing, rakun, beruang, dan lain sebagainya.

 
Bioma Hutan gugur

Pada setiap pergantian musim terdapat beberapa perubahan pada bioma ini. Pada musim panas, energi sinar matahari yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan curah hujan (presipitasi) dan kelembaban. Kondisi lingkungan ini menyebabkan pohon -pohon tinggi tumbuh dengan baik, walaupun cahaya masih dapat menembus ke dasar karena dedaunan yang tipis dan tidak begitu lebat. Selanjutnya musim gugur terjadi saat menjelang musim dingin, pada musim ini pancaran energi matahari berkurang dan suhu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air sehingga daun menjadi merah, coklat, dan akhirnya gugur.

Pada musim dingin, tumbuhan menjadi gundul dan tidak melakukan kegiatan fotosintesis. Beberapa jenis hewan melakukan hibernasi (tidur pada musim dingin). Selanjutnya adalah musim semi dimana suhu kembali naik dan salju mencair. Hal ini menyebabkan tumbuh - tumbuhan mulai berdaun kembali dan semak - belukar tumbuh di dasar hutan. Pada musim ini hewan - hewan yang berhibernasi mulai aktif kembali. Musim semi mengawali musim panas yang baru pada bioma hutan gugur.


9.  Bioma Hutan Taiga

Bioma Hutan Taiga banyak ditemukan di belahan bumi utara yaitu antara daerah subtropis dengan daerah kutub, bioma ini terdapat di kawasan Amerika bagian Utara (kanada), Rusia, Siberia, dan Alaska. Bioma ini juga bisa ditemukan di daerah pegunungan yang terletak pada ketinggian di daerah tropis dan subtropis.

Pada Bioma ini terdapat perbedaan yang cukup besar antara musim panas dan musim dinginnya. Pada musim panas suhunya cukup tinggi dan tanaman dapat melangsungkan pertumbuhan walaupun musim panas berlangsung lebih singkat jika dibandingkan dengan musim dingin. Hal ini sangat berbeda saat bioma ini mengalami musim dingin dimana suhu pada bioma ini menjadi sangat rendah, air tanah berubah menjadi es bahkan mencapai kira - kira 2 meter di bawah permukaan tanah, musim dingin berlangsung lebih lama daripada musim panas.

Keanekaragaman jenis tumbuhan pada bioma hutan taiga tergolong rendah, vegetasinya sangat seragam dengan semak dan tumbuhan basah yang relatif sedikit. Bioma ini pada umumnya didominasi oleh pohon jenis konifer, dan pinus sehingga dikenal juga sebagai hutan homogen. Tumbuhan pada bioma ini tetap hijau sepanjang tahun, walaupun harus melewati musim dingin dengan suhu sangat rendah.

Pohon-pohon di bioma ini mempunyai daun yang berbentuk seperti jarum dan mempunyai zat lilin dibagian luarnya sehingga tahan terhadap kekeringan. Kondisi tersebut menyebabkan hanya sedikit hewan yang dapat hidup di daerah bioma Taiga, misalnya beruang hitam, moose, burung, serigala, dan mamalia kecil seperti tupai.

Gambar Atas : Bioma Hutan Taiga
Gambar Bawah : Musim dingin yang membeku pada bioma hutan taiga


10.  Bioma Tundra

Bioma Tundra terletak di sekitar lingkaran kutub utara sehingga memiliki iklim kutub, bioma ini juga dapat ditemukan di puncak - puncak gunung yang tinggi. Istilah tundra sendiri berarti dataran tanpa pohon. Setiap tahunnya bioma ini hanya mendapat sedikit energi sinar matahari, musim dingin sangat panjang dengan suasana yang gelap, sedangkan musim panas berlangsung singkat dimana rata - rata vegetasi mengalami pertumbuhan hanya sekitar 60 hari.

Pada umumnya tumbuhan - tumbuhan yang terdapat pada Bioma tundra mampu beradaptasi dengan keadaan lingkungan yang dingin. Tumbuh - tumbuhan pada bioma ini didominasi oleh rumput - rumputan, tumbuhan kayu yang pendek, dan terdapat juga lumut kerak serta Sphagum.

Bioma Tundra memiliki iklim es abadi dan iklim tundra yang menyebabkan bioma ini selalu bersuhu dingin sehingga hewan - hewan yang terdapat di bioma ini memiliki lapisan lemak dan bulu yang tebal seperti muskoxem, beruang kutub, karibou, dan rusa kutub, selain itu terdapat juga hewan - hewan lain seperti kelinci salju, burung hantu, dan insekta (nyamuk dan lalat).

 
Bioma Tundra


Template by : kendhin x-template.blogspot.com