Jumat, 28 Desember 2012

FUNGI (JAMUR)

     Pada musim hujan atau ketika keadaan udara lembab kita sering menjumpai di sekitar kita organisme seperti tumbuhan kecil yang biasanya berbentuk payung yang memiliki warna hitam, putih kelabu atau warna lainnya, organisme ini disebut fungi atau jamur. Para ilmuan memperkirakan terdapat sekitar 100 ribu spesies fungi yang tersebar di seluruh dunia.


1.  Ciri-ciri Jamur

    Fungi merupakan organisme eukariotik dengan dinding sel yang mengandung kitin. Fungi tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof. Sebagian besar fungi bersifat multiseluler (bersel banyak) yang berukuran mulai dari yang berukuran mikroskopik sampai yang berukuran makroskopik. Fungi uniseluler memiliki berbagai bentuk seperti payung, bola, dan kancing sedangkan fungi multiseluler berupa talus yang tersusun atas hifa, hifa ada yang memiliki sekat dan ada yang tidak bersekat yang disebut hifa soenositik. Hifa memiliki struktur yang bercabang-cabang ini membentuk miselium. Miselium terbagi menjadi dua yaitu miselium vegetatif yang berfungsi untuk menyerap makanan dan miselium generatif yaitu miselium yang biasanya berdefrensiasi membentuk alat reproduksi yang dapat menghasilkan spora.
    Fungi menyerap zat organik dari lingkungannya melalui hifa dan miseliumnya, sebelum diserap zat organik diurai terlebih dahulu dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh jamur, pencernaan ini disebut pencernaan ekstraseluler. Cara fungi memperoleh makanan dapat bersifat parasit, saprofit, dan mutual.
-  Parasit yaitu cara fungi memperoleh makanan berupa zat organik dari inangnya,  hal ini dapat merugikan organisme inangnya karena dapat menyebabkan penyakit.
-  Saprofit, yaitu mendapatkan makanan dari sisa-sisa organisme yang telah mati seperti daun, ranting dan serasah.
-  Mutual/simbiosis, yaitu saling menguntungkan dengan organisme lainnya.
    Fungi memiliki habitat yang bersifat kosmopolit (mudah hidup di berbagai tempat) seperti di tempat lembab, hidup pada organisme lain, di sisa organisme mati seperti bangkai dan tempat-tempat lain. Fungi juga dapat hidup di tempat-tempat ekstrim seperti di lingkungan yang berasam, lingkungan dengan konsentrasi gula tinggi, dan tempat dengan pH rendah. Fungi dapat pula dijumpai di gurun, di laut (hidup bersimbiosis dengan organisme laut), gunung bersalju, kutub dan sebagainya. 
    Reproduksi pada fungi berlangsung secara seksual dan aseksual. Secara seksual melalui kontak gametangium yang mengakibatkan terjadinya singami (penyatuan sel dari dua individu). Singami terjadi dalam dua tahap yaitu plasmogami (penyatuan plasma sel) dan tahap kariogami (penyatuan inti sel) yang menghasilkan hifa dikarion (hifa berinti dua) yang haploid (n) dan setelah itu mengalami penyatuan inti yang membentuk monokarion yang diploid (2n), lalu membelah secara meiosis membentuk spora seksual yang haploid (n) berupa zigospora, askospora, dan basidiospora.
    Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup dan fragmentasi (pemutusan benang hifa) ini terjadi pada fungi uniseluler sedangkan pada fungi multiseluler dengan cara pembentukan spora.

2.  Klasifikasi Jamur

    Berdasarkan struktur hifa serta struktrur penghasil sporanya, fungi dibagi menjadi empat divisi yaitu Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan Deuteromycotina.

a.  Zygomycotina
    Zygomycotina memiliki habitat di tempat-tempat lembab. Fungi jenis ini hidup sebagai saprofit atau sebagai parasit serta mempunyai rhizoid yang digunakan untuk melekat pada substrat. Zygomycotina memiliki hifa yang bercabang-cabang dan tidak bersekat (soenositik) dengan dinding sel yang tersusun atas zat kitin. Ada tiga tipe hifa yaitu:
-  Stolon, yaitu hifa yang menghubungkan dua kumpulan sporangium.
-  Rhizoid, yaitu hifa yang menembus substrat untukmenyerap makanan.
-  Sporangiofor, yaitu hifa pendukung sporangium.
    Reproduksi pada zygomycotina yaitu secara seksual dan aseksual. Secara seksual yaitu menggunakan spora vegetatif dan dengan fragmentasi. Pada pembentukan spora vegetatif beberapa hifa akan tumbuh ke atas dengan ujung yang menggembung dan membentuk sporangium, yang merupakan struktur penghasil spora vegetatif, sporangium yang telah masak kemudian pecah dan tersebar ke tempat yang cocok dan akan tumbuh menjadi miselium baru.
    Reproduksi aseksual pada zygomycotina yaitu dengan pembentukan zigospora. Dimana awalnya hifa jantan (+) dan hifa betina (-) yang masing-masing mengandung banyak inti haploid saling berdekatan membentuk gametangium (cabang hifa), setelah itu dinding gametangium kemudian pecah dan terjadi penyatuan plasma sel (plasmogami) yang diikuti dengan kariogami, yaitu bertemunya inti haploid jantan dan betina sehingga terjadi peleburan yang membentuk zigot.
    Pada proses selanjutnya zigot membentuk kotak spora (zigosporangium) dan sporanya disebut zigospora. Zigospora kemudian akan tumbuh menjadi hifa selama masa dormansi. Zigospora kemudian mengalami penebalan dinding sel untuk bertahan pada kondisi kering selama berbulan-bulan, dan jika kondisi lingkungan memungkinkan zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium yang ketika masak dindingnya akan robek sehingga spora dapat tersebar.
    Terdapat berbagai contoh organisme zygomycotina dan memiliki peranan dalam kehidupan, diantaranya adalah:
1.  Rhizopus stolonifer, merupakan fungi yang tumbuh pada roti basi.
2.  Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae adalah fungi yang membantu pembuatan tempe.
3.  Rhizopus nigricans, menghasilkan asam fumarat pada tomat.
4.  Murcor mucedo, hidup sebagai saprofit pada tumbuhan dan hewan, seperti pada kotoran hewan an roti busuk.
5.  Murcor javanicus, berperan dalam pembuatan tapai.
6.  Mucor hiemalis, berperan dalam fermentasi susu kedelai.
7.  Pilobus, hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi.
8.  Beauveria bassiana, sebagai parasit pada wereng.
9.  Metarrshisium anisopliae, berperan dalam pengendalian kumbang kolorado.

b.  Ascomycotina
    Struktur tubuh sebagian organisme ascomycotina adalah multiseluler (bersel banyak) yang membentuk badan buah, contohnya adalah Nectria. Sedangkan sebagian lagi bersifat uniseluler (bersel satu) seperti saccharomyces. Ascomycotina hidup sebagai saprofit, parasit, dan juga bersimbiosis. Struktur hifanya bersekat melintang atau bercabang dan memiliki inti banyak, sedangkan dinding selnya mengandung zat kitin.
    Ascomycotina menghasikan spora dalam askus (askospora) yang biasanya berjumlah delapan, kumpulan-kumpulan askus membentuk suatu struktur yang disebut askokarp. Beberapa bentuk askokarp antara lain :

1)  Askus tanpa askokarp, yaitu kelompok fungi yang tidak membentuk askokarp, sel fungi tunggalnya berfungsi sebagai askus, contoh Saccharomycces dan candida.
2)  Askus dengan askokarp berbentuk bola, contoh penicilium.
3)  Askus dengan askokarp berbentuk botol berleher dan memiliki ostiolum yaitu lubang untuk melepas askus dan askospora (peritesium). Contoh : Neurospora crassa.
4)  Askus dengan askokarp berbentuk mangkuk/cawan (apotesium) contoh : Ascobolus.
    Reproduksi aseksual pada ascomycotina uniseluler adalah dengan membentuk tunas (blastophora) yang diawali dengan dinding yang menonjol keluar dan membentuk tunas kecil. Nukleus dalam sel induk membelah dan salah satu bergerak ke dalam sel tunas yang akan memisahkan diri dari sel induk dan membentuk individu baru. Tapi kadang-kadang tunas akan tetap melekat dan membentuk rantai sel yang disebut hifa semu (pseudohifa).
    Reproduksi aseksual pada Ascomycotina multiseluler terjadi dengan fragmentasi miselium dan pembentukan konidia. Konidia adalah spora aseksual yang terbentuk pada ujung konidiofor.
    Reproduksi seksual pada ascomycotina uniseluler adalah dengan cara konjugasi yang menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi askus, selanjutnya askus mengalami pembelahan meiosis sehingga dihasilkan empat sel askospora. Sedangkan reproduksi seksual pada ascomycotina multiseluler yaitu pertama kali askospora tumbuh menjadi benang hifa, hifa kemudian membentuk miselium yang ujungnya berubah fungsi menjadi askogonium dan anteridium yang saling berpasangan, selanjutnya terjadi pembelahan mitosis membentuk hifa (2n) yang ketika dewasa membentuk askus. Inti askus kemudian membelah lagi sehingga membentuk askospora. Askospora ini yang kemudian akan tersebar dan jatuh di suatu tempat dan akan tumbuh menjadi individu baru.
    Ascomycotina memiliki peranan yang beragam dalam kehidupan manusia baik itu menguntungkan maupun merugikan, adapun beberapa jenis ascomycotina dan peranannya diantaranya adalah :
1)  Saccharomyces cerevisiae untuk pembuatan tape, bir, wine, dan roti.
2)  Saccharomyces ovale untuk pembuatan tape
3)  Penicillium notatum, penghasil antibiotik pinisilin
4)  Penicillium islandium merusak beras
5)  Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin
6)  Trichoderma resei menghasilkan enzim selulase (enzim pengurai selulosa)
7)  Aspergillus wentii untuk pembuatan kecap
8)  Ascobolus scatigenus, saprofit pada kotoran sapi
9)  Claviseps purpurea menghasilkan bahan obat-obatan.
10) Neurospora crassa dimanfaatkan dalam pembuatan oncom merah dari ampas tahu.
11)  Fusarium adalah parasit pada tebu, padi, tomat, dan kentang
12)  Nectria cinabarina adalah parasit pada kayu manis
     Selain itu masih banyak lagi organisme fungi ascomycotina yang terdapat di alam dan memiliki peranan yang beragam.

c.  Basidiomycotina
    Basidiomycotina kebanyakan bersifat saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup dan ada yang bersifat parasit pada tumbuhan dan manusia. Hifa basidiomycotina bersekat melintang, hifa vegetatifnya mempunyai satu inti (n) dan hifa generatif mempunyai dua inti (2n).
    Badan buah basidiomycotina disebut basidiokarp yang menjadi tempat pembentukan basidium. Basidiokarp memiliki berbagai bentuk seperti payung, kuping, atau setengah lingkaran. Struktur tubuhnya kebanyakan multiseluler dan berukuran makroskopis, pada umumnya tubuh buahnya memiliki bagian-bagian antara lain stipe (tangkai tubuh buah), pileus (tudung), volva, dan lamella (bilah).
    Pada basidiomycotina terdapat 3 macam miselium yaitu miselium primer (miselium berinti satu hasil pertumbuhan basidiospora), miselium sekunder (miselium yang sel-selnya berinti dua), dan miselium tertier.
    Reproduksi basidiomycotina adalah secara aseksual dan seksual. Secara aseksual yaitu dengan membentuk spora vegetatif berupa konidia atau dengan fragmentasi, sedangkan secara seksual dengan membentuk basidiospora yang prosesnya diawali dari hifa (+) dan hifa (-) saling mendekat dan terjadi plasmogami (peleburan dinding sel) sehingga terbentuk hifa dengan dua inti haploid berpasangan (dikariotik), hifa ini kemudian berkembang menjadi miselium sekunder, ujung miselium dikariotik berkembang menjadi basidium. Dua inti haploid dalam basidium kemudian bersatu menjadi 2n (kariogami). Selain itu terbentuk beberapa tonjolan pada ujung basidium (sterigma). Setelah itu inti 2n membelah secara meiosis menghasilkan 4 inti haploid dan bergerak menuju sterigma dan membentuk basidiospora yang akan tumbuh menjadi hifa bersekat (n).

d.  Deuteromycotina
    Deuteromycotina jarang membentuk tubuh buah dan memiliki ukuran mikroskopis, hifanya bersekat dan dinding selnya terdiri dari zat kitin. Deuteromycotina kebanyakan hidup sebagai saprofit dan parasit.
    Reproduksi seksual Deuteromycotina belum diketahui sehingga tidak dapat dikelompokan dalam klasifikasi yang lain seperti Ascomycotina atau Basidiomycotina. Oleh karena itu, fungi jenis ini juga disebut sebagai fungi imperfecti (fungi tidak sempurna). Reproduksi aseksual jamur jenis ini dengan cara membentuk konidia, blastophora (membentuk tunas), dan Arthrospora (membentuk spora dengan menggunakan hifa)
    Deuteromycotina memiliki banyak peranan dalam kehidupan manusia, walaupun kebanyakan bersifat merugikan. Beberapa jenis deuteromycotina dan peranannya antara lain:
1)  Tinea versicolor penyebab panu pada manusia
2)  Trichophyton menyebabkan penyakit kulit pada manusia
3)  Epidermophyton penyebab penyakit kurap
4)  Helminthosprium oryzae sebagai parasit pada padi.
5)  Sclerotium rolfsii sebagai parasit pada bawang merah.
     Selain itu masih banyak fungi jenis deuteromycotina yang memiliki peranannya masing-masing.

3.  Simbiosis Fungi

    Fungi dapat bersimbiosis dengan organisme lain seperti tumbuhan tingkat tinggi. Simbosis fungi dengan organisme lain adalah dengan mikoriza, selain itu, terdapat pula simbiosis lichenes atau dikenal juga dengan lumut kerak.

a.  Mikoriza
    Mikoriza adalah fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan. Biasanya  simbiosis ini bersifat saling menguntungkan, yaitu fungi memperoleh zat organik dan tumbuhan memperoleh air dan unsur hara. Beberapa fungi jenis Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina dapat bersimbiosis dengan akar tumbuhan, contohnya seperti pada tumbuhan pinus. Mikoriza dibedakan menjadi dua yaitu:
1)  Ektomikoriza, hifa fungi hanya hidup pada jaringan epidermis akar tumbuhan,misalnya mikoriza yang hidup di akar pinus.
2)  Endomikoriza, hifa pada fungi mampu menembus masuk sampai ke jaringan korteks akar, seperti mikoriza yang hidup pada akar tanaman anggrek.

b.  Lichenes
    Lichenes juga disebut dengan lumut kerak. Lichenes merupakan simbiosis mutualisme antara fungi dengan algae. Ada beberapa organisme fotosintetik yang terlibat seperti Cyanobacteria atau Algae hijau uniseluler, dimana struktur tubuh Lichenes berbentuk talus dengan bagian luar berupa miselium dan bagian dalam tersusun atas hifa. Di antara miselium dan hifa jamur terdapat sel-sel Algae. Adapun pembagiannya yaitu:
1)  Bagian dari Algae disebut phicobiont yaitu dari divisi Cyanophyta dan Chlorophyta.
2)  Bagian Fungi disebut mycobiont yaitu dari divisi Ascomycotina dan Basidiomycotina.
    Dalam simbiosis ini kedua organisme ini memperoleh keuntungan, fungi memperoleh bahan organik dari Algae dan sebaliknya Algae memperoleh air dan mineral dari fungi, sedangkan hifa fungi berperan mempertahankan kelembapan lingkungan. Lichenes memiliki habitat yang beragam seperti melekat di bebatuan,  melekat di batang pohon, atau terdapat juga di tempat-tempat lembap yang lain.
    Reproduksi seksual pada lichenes terjadi sesui dengan divisi fungi dan alga.Jika askospora atau basidiospora bertemu dengan Algae, akan terbentuk Lichenes baru. Sedangkan pada reproduksi aseksualnya dengan cara fragmentasi. Setelah terjadi fragmentasi, terbentuklah soredia yang merupakan sel alga yang diselubungi oleh hifa atau miselium jamur. Soredia kemudian membentuk tepung soredia. Tepung soredia inilah yang akan membentuk lichenes baru.
    Ada tiga macam Lichenes berdasarkan bentuk talusnya.
1)  Krustose (seperti kerak) yang tumbuh melekat pada substrat.
2)  Foliosa (seperti daun) yang tumbuh rapat pada substrat bahkan di dalam permukaannya.
3)  Fruktikosa (seperti rumpun) yang berbentuk rumpun tegak.
    Terdapat berbagai contoh lichenes dan peranannya bagi manusia seperti Cladonia rengiferina sebagai makanan hewan, dan Cetraria islandica yang digunakan sebagai bahan obat-obatan.




Cat : Dilarang copas artikel blog tanpa sepengetahuan pemilik blog ini.

Minggu, 09 Desember 2012

PROTISTA


    Protista adalah organisme eukariotik yaitu bahan intinya yang terdapat di dalam selnya diselubungi oleh membran inti. Protista sebagian besar bersel satu (uniseluler) sampai bersel banyak (multiseluler) dan hidup soliter atau berkoloni, besama-sama namun tidak menunjukan diferensiasi menjadi jaringan yang berbeda-beda. Protista dapat ditemukan di air laut, tawar, atau menempel pada tempat-tempat basah.
    Protista dapat digolongkan menjadi protista mirip hewan (protozoa), protista mirip tumbuhan (alga) dan protista mirip jamur, dan berdasarkan caranya memperoleh makanan protista dikelompokkan atas:
1)  Protista autotrof, yaitu protista yang mempunyai klorofil sehingga dapat membuat makanan sendiri melalui fotosintesis. Fotosintesis merupakan proses pembentukan senyawa organik dari senyawa anorganik menggunakan energi cahaya.
2)  Protista heterotrof, yaitu protista yang tidak dapat membuat makanan sendiri sehingga memerlukan makanan organik dari lingkungannya dengan cara fagositosis, fagositisis yaitu proses memakan makhluk hidup lain dengan cara memasukan makhluk hidup yang akan dimakan tersebut ke dalam sel.
3)  Protista saprofit dan parasit, saprofit artinya mencerna makanan organik di luar sel dari sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati, sedangkan parasit artinya menyerap sari-sari makanan dari makhluk hidup inangnya. Contoh : jamur.

1.  Protozoa, protista mirip hewan.

a.  Ciri-ciri Protozoa
    Protozoa berasal dari bahasa yunani yaitu protos : mula-mula, awal, dan zoon : hewan. Protozoa merupakan organisme bersel satu (uniseluler) yang mempunyai inti eukariotik, protozoa berukuran antara 100 – 300 mikron dan memiliki bentuk bervariasi mulai dari asimetris, bilateral simetris, radial simetris, dan spiral. Protozoa hidup soliter maupun berkoloni.
    Pada umumnya sel protozoa terdiri atas membran sel, sitoplasma, vakuola makanan, vakuola kontraktil, dan inti sel, dimana membran berfungsi sebagai pelindung dan pengatur pertukaran makanan dan gas, sitoplasma merupakan cairan  dalam membran sel, vakuola makanan adalah vakuola untuk pencernaan makanan yang masuk melalui membran sel atau sitoplasma, vakuola kontraktil berfungsi mengeluarkan sias makanan berbentuk cair, sedangkan inti sel berfungsi untuk mengatur aktivitas sel.
    Protozoa umumnya memiliki habitat di tempat-tempat berair dan basah seperti di air tawar, air laut, tempat lembab, bahkan dalam tubuh hewan maupun manusia. Alat gerak pada protozoa antara lain flagella (rambut/bulu cambuk), silia (rambut/bulu getar), pseudopodia (kaki semu/kaki akar) dan ada yang tidak memiliki alat gerak.
    Reproduksi pada protozoa secara aseksual maupun seksual. Reproduksi aseksual adalah dengan cara pembelahan biner, sedangkan seksual dengan cara konjugasi. Pada protozoa respirasi dilakukan di seluruh permukaan tubuh dengan cara difusi. Apabila keadaan tidak menguntungkan beberapa protozoa membentuk sel aktif yang disebut kista yang diselubungi kapsul polisakarida.

b.  Klasifikasi Protozoa
    Berdasarkan alat geraknya protozoa dapat diklasifikasikan menjadi 6 filum yaitu : Rhizopoda (sarcodina), Cilliata, Zooflagellata (zoomastigophora), Sporozoa (apicomplexa), Foraminifera, dan Actinopoda.

1)  Filum Rhizopoda (sarcodina)
    Rhizopoda berasal dari kata rhizo ; akar, dan podos ; kaki, sedangkan sarcodina berasal dari kata sarkodes : daging. Rhizopoda bergerak menggunakan kaki semu atau pseudopodia yang berfungsi juga sebagai alat untuk menangkap mangsa. Pseudopodia merupakan penjuluran dari sebagian protoplasma sel. Pada rhizopoda pseudopodia memiliki beberapa bentuk seperti lobodia, filopodia, akropodia, dan rhizopodia. Rhizopoda umumnya bersel satu dengan bentuk berubah-ubah.
Umumnya rhizopoda memiliki habitat di air tawar, air laut, di tempat-tempat basah/lembap atau hidup sebagai parasit dalam tubuh hewan dan manusia, makanannya diambil dengan cara fagosit dan dicerna di vakuola makanan. Alat eksresi pada rhizopoda adalah vakuola kontraktil dan pernapasan berlangsung di seluruh permukaan tubuh dengan cara difusi. Rhizopoda berkembang biak dengan cara pembelahan biner.
    Amoeba adalah salah satu contoh dari rhizopoda, amoeba tidak mempunyai bentuk tubuh yang tetap dan bergerak dengan menggunakan pseudopodia. Bagian luar tubuh amoeba terdapat lapisan membran sel yang berfungsi sebagai pelindung isi sel, pengatur pertukaran zat dan gas, dan penerima rangsang kimia.
Amoeba memiliki 2 lapisan sitoplasma yaitu ektoplasma (bagian luar) dan endoplasma (bagian dalam). Berdasarkan tempat hidupnya ada dua jenis amoeba yaitu ektoamoeba yang hidup di air laut, air tawar, dan tempat basah, contoh: amoeba proteus, difflugia, dan globigerina. Sedangkan entamoeba hidup di dalam organisme lain seperti entamoeba histolytica, entamoeba coli, entamoeba gingivalis.

2)  Filum Ciliata (Ciliophora)
    Ciliata merupakan protista bersel satu yang permukaan tubuhnya dipenuhi rambut atau bulu getar (silia) yang berfungsi sebagai alat gerak dan untuk memasukan makanan ke dalam sitoplasma, silia juga berfungsi sebagai penerima rangsang dari luar sel atau lingkungan. Habitat ciliata banyak di tempat berair dan mengandung bahan organik, sebagian ciliata hidup bersimbiosis dan lainnya sebagai parasit.
Sel ciliata mempunyai dua inti, yaitu makronukleus dan mikronukleus, makronukleus berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan sedangkan mikronukleus berfungsi pada proses reproduksi. Reproduksi ciliata secara aseksual adalah dengan pembelahan biner dan reproduksi seksual dengan konjugasi, ciliata juga memiliki trikosis untuk pertahan diri. Contoh ciliata adalah paramecium caudatum, stentor, didinum, dan vorticella.

3)  Filum Zooflagellata (Zoomastigophora)
    Zooflagellata mempunyai alat gerak berupa bulu cambuk (flagela), sebagian besar hidup soliter dan sebagian membentuk koloni. Ada zooflagellata yang hidup bersimbiosis dan ada yang sebagai parasit dalam tubuh organisme lain.
Zooflagellata mempunyai bentuk tubuh tetap karena dilindungi pelikel, habitatnya di air tawar, air laut, atau sebagai parasit di tubuh organisme lain seperti hewan dan manusia. Reproduksinya ada dua cara yaitu aseksual dengan pembelahan biner dan reproduksi seksual dengan cara konjugasi. Contoh zooflagellata adalah leishmania donovani, trypanosoma gambiense, trichomonas vaginalis, leishmania tropica.

4)  Filum Sporozoa (apicomplexa)
    Sporozoa berasal dari kata spora : benih, dan zoon : binatang, bentuk tubuh umumnya bulat atau bulat panjang. Pada umumnya sporozoa bersel satu dan tidak memiliki alat gerak, dan hampir semuanya bersifat parasit.
    Sporozoa dapat membentuk spora pada fase zigot dan menginfeksi inangnya. Reproduksi dengan dua cara yaitu aseksual (vegetatif) yang dibagi lagi menjadi schizogoni, yaitu pembelahan diri yang berlangsung dalam tubuh inang, dan sporongoni, yaitu pembentukan spora yang berlangsung di dalam tubuh inang perantaranya. Secara seksual (generatif) disebut gamogoni (gametogenesis) yang berupa pembentukan dan peleburan sel-sel gamet jantan dan betina yang terjadi di dalam tubuh inang perantara (hospes intermediate).
Salah satu contoh sporozoa yaitu Plasmodium yang bereproduksi secara metagenesis (pergiliran keturunan) yang terdiri dari dua fase berikut:

a)  Fase Generatif (Sporongoni)
    Fase ini terjadi dalam tubuh nyamuk sebagai inang perantaranya dimana nyamuk menghisap darah manusia yang menderita malaria maka makrogametosit (betina) dan mikrogametosit (jantan) akan ikut terhisap dan masuk ke dalam tubuh nyamuk, kemudian makrogametosit dan mikrogametosit berkembang menjadi makrogamet dan mikrogamet dan selanjutnya akan terjadi fertilisasi antara makrogamet (betina/ovum) dan mikrogamet (jantan/sperma) dalam saluran pencernaan nyamuk, fertilisasi ini menghasilkan zigot diploid (Ookinet), setelah itu ookinet membentuk kista dan dalam kista zigot akan berkembang menjadi sporozoit yang selanjutnya akan menuju saluran kelenjar ludah nyamuk.

b)  Fase Vegetatif (Schizogoni).
    Fase ini terjadi dalam tubuh manusia ( inang tetap) alurnya yaitu sporozoit berpindah ke tubuh manusia setelah digigit nyamuk anopheles betina, sporozoit kemudian menuju hati dan menetap selama kurang lebih tiga hari dan berkembang menjadi merozoit, merozoit menyerang sel-sel darah merah sehingga sel-sel tersebut pecah, dan dalam keadaan ini manusia (penderita) mengalami demam malaria. Merozoit kemudian berkembang menjadi gametosit (mikrogametosit dan makrogametosit).
    Plasmodium terdiri dari empat spesies yaitu :
i.  Plasmodium vivax penyebab penyakit malaria tertiana.
ii.  Plasmodium malarie penyebab penyakit malaria kuartana.
iii.  Plasmodium ovale penyebab penyakit malaria dengan gejala yang sama dengan malaria tertiana.
iv.  Plasmodium falcifarium penyebab penyakit malaria tropika.

5)  Filum Foraminifera
    Foraminifera memiliki cangkang berwarna cerah dan pada permukaannya terdapat lubang kecil. Gerakan organisme ini sangat lambat. Foraminifera hidup di laut dan menempel di bebatuan atau sebagai plankton, cangkang foraminifera sering digunakan sebagai petunjuk adanya kandungan minyak bumi dan gas alam. Contoh polistomella.

6) Filum Actinopoda
    Actinopoda memiliki pseudopodia yang ramping dan menyebar yang disebut axopodia dan umumnya berbentuk seperti bola. Contoh spesies actinopoda adalah hellozoa, radiozoa.

2. Alga, Protista mirip tumbuhan.

a. Ciri-ciri Alga
    Di alam Alga mempunyai ukuran yang beranekaragam, mulai dari ukuran mikroskopis (hanya dapat diamati dengan bantuan alat seperti mikroskop) seperti Euglena sp dan navicula, sampai yang berukuran makroskopis (dapat dilhat tanpa bantuan alat) seperti laminaria dan euchema. Alga bersifat eukariotik karena intinya mempunyai membran dan selnya dikelilingi oleh dinding sel sehingga bentuknya bersifat tetap.
    Alga terdiri dari alga uniseluler (bersel satu) dan alga multiseluler (bersel banyak). Alga uniseluler sebagian hidup soliter dan yang lain berkoloni, berbentuk bulat, oval, atau seperti buah pir. Sedangkan alga multiseluler biasanya berupa lembaran atau berbentuk benang. Alga biasanya terdapat di air (air tawar/air laut) dan di tempat lembab dan basah.
    Pada alga terdapat plastida berupa kloroplas yang berfungsi menyerap energi cahaya matahari yang berguna dalam proses fotosintesis sehingga alga dikatakan bersifat eukariotik atau mampu membuat makanannya sendiri. Klorofil adalah pigmen yang terdapat pada kloroplas, selain klorofil yang merupakan pigmen utama dalam proses fotosintesis pada setiap jenis alga juga mempunyai pigmen tambahan yang berbeda pada setiap jenis alga seperti karoten, fikobilin, xantofil, dan fukosantin. Kandungan pigmen-pigmen inilah yang dijadikan sebagai dasar klasifikasi alga.
    Pada bagian dalam atau permukaan kloroplas terdapat struktur yang disebut pirenoid yang berfungsi menyimpan cadangan makanan, terdapat berbagai jenis cadangan makanan yang berbeda pada setiap jenis alga diantaranya paramilon, leukosin, laminarin dan zat tepung.
    Reproduksi alga berlansung secara aseksual dan seksual. Reproduksi seksual pada alga terjadi dengan tiga cara yaitu pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan spora. Pembelahan biner terjadi hanya pada alga uniseluler dimana sel induk alga membelah menjadi 2 bagian, kemudian masing-masing tumbuh menjadi alga baru, contohnya terjadi pada Chlorella, Chlamydomonas, dan navicula. Sedangkan fragmentasi terjadi pada alga multiseluler yang berbentuk benang atau lembaran dimana fragmentasi adalah putusnya sebagian tubuh alga menjadi beberapa bagian dan akan tumbuh menjadi individu-individu baru. Contohnya terjadi pada spirogyra dan volvox. Pembentukan spora terjadi pada alga uniseluler maupun multiseluler, spora dihasilkan dari pembelahan sel induk, dan setelah masak spora keluar dari dinding induk dan tumbuh menjadi alga baru yang haploid.
    Reproduksi seksual pada alga berupa konjugasi yang terjadi pada alga multiseluler yang berbentuk benang atau filamen. Sementara itu untuk alga uniseluler terjadi dengan penyatuan/peleburan gamet yang berbeda jenis untuk menghasilkan zigot yang terjadi dengan perantaraan air. Terdapat beberapa macam penyatuan gamet yaitu isogami, anisogami, dan oogami. Isogami yaitu penyatuan gamet jantan dan betina dengan bentuk dan ukuran sama. Anisogami adalah penyatuan gamet jantan dan betina yang berbentuk sama tapi berbeda ukuran, sedangkan oogami yaitu penyatuan gamet jantan dan betina yang berbeda bentuk maupun ukuran.

b.  Klasifikasi Alga
    Klasifikasi alga terutama didasarkan pada pigmen dominan yang dikandungnya, selain itu beberapa faktor penting lain seperti komponen penyusun dinding sel, struktur flagella, serta jenis makanan cadangan juga ikut diperhatikan.
Alga dikelompokkan dalam tujuh filum yaitu euglenophyta, chlorophyta, chrysophyta, phaeophyta, bacillariophyta (diatom), rhodophyta, dan pyrrophyta (alga api).

1)  Filum Euglenophyta
    Euglenophyta adalah organisme uniseluler menunjukan ciri mirip tumbuhan sekaligus seperti hewan, dikatakan mirip tumbuhan karena mempunyai klorofil untuk melangsungkan proses fotosintesis, selain klorofil euglenophyta juga mempunyai pigmen lain seperti karotenoid dan xantofil. Euglenophyta dikatakan mirip hewan karena selnya tidak mempunyai dinding sel, bergerak bebas juga terdapat bintik mata. Tidak adanya dinding sel pada euglenophyta digantikan oleh selaput protein (pelikel) yang lentur, sedangkan bintik mata pada euglenophyta berisi fotoreseptor menyebabkan pergerakannya menuju cahaya.
    Euglenophyta mempunyai habitat di air tawar, air tanah, dan tempat-tempat lembab dan banyak ditemukan di sawah atau air yang menggenang, cadangan makanan pada euglenophyta adalah paramilon (sejenis zat pati). Contoh organisme euglenophyta adalah euglena sp.
Euglena sp berbentuk oval memanjang dan di salah satu ujungnya terdapat mulut sel dan bergerak menggunakan flagella. Reproduksi euglena sp dengan cara pembelahan biner.

2)  Filum Chlorophyta (ganggang hijau)
    Chlorophyta sebagian besar hidup di habitat air tawar (90 persen), dan dilaut (10 persen) yaitu jenis yang berukuran besar, ada yang bersifat uniseluler dan ada pula yang multiseluler. Pigmen dominan pada chlorophyta adalah klorofil a dan b, selain itu juga terdapat pigmen lain yaitu karoteniod yang menyebabkan tubuhnya berwarna hijau. Selain itu dinding selnya tersusun atas bahan selulosa, dan memiliki cadangan makanan berupa amilum yang dihasilkan dan disimpan di pirenoid.
Chlorophyta bereproduksi secara seksual dan aseksual, secara seksual dengan cara konjugasi yaitu isogami atau anisogami. Sedangkan reproduksi aseksual dengan cara pembelahan biner, fragmentasi, dan pembentukan zoospora. Beberapa contoh spesies chlorophyta adalah chlorella, chlamydomonas, volvox globator, spirogyra, hidrodictyon, chroococcus, ulva, chara, oedogonium.

a)  Chlorella
    Merupakan organisme uniseluler yang berbentuk bulat dan mempunyai kloroplas seperti mangkuk. Chlorella memiliki habitat di air tawar, air laut dan tempat lembab. Reproduksinya secara aseksual yaitu dengan pembelahan sel. Chlorella mengandung protein tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, kosmestik, dan bahan makanan.

b)  Chlamydomonas
    Berbentuk bulat telur dan memiliki dua flagella dan kloroplasnya berbentuk seperti mangkuk. Selain itu terdapat juga stigma (bintik mata) dan pirenoid sebagai tempat pembentukan dan penyimpanan zat tepung serta terdapat 2 vakuola kontraktil. Cara repoduksi seksual dengan cara konjugasi sedang reproduksi aseksualnya dengan cara membentuk zoospora.

c)  Volvox globator
    Volvox banyak ditemukan di air tawar dan hidup berkoloni dan berbentuk bola, volvox bergerak menggunakan flagella dan mempunyai bintik mata. Reproduksi seksualnya secara konjugasi dan aseksual dengan cara fragmentasi.

d)  Spirogyra
    Selnya berbentuk seperti benang serta kloroplasnya berbentuk spiral. Spirogyra memiliki habitat di air tawar yang jernih dan tenang. Spirogyra juga memiliki pirenoid dan reproduksi seksualnya dengan cara konjugasi dan aseksual secara dengan cara fragmentasi.

e)  Hidrodictyon
    Hidrodictyon hidup berkoloni membentuk jala dan banyak ditemukan di air tawar. Reproduksi seksualnya dengan cara konjugasi dan aseksual dengan melakukan fragmentasi.

f)  Chrococcus
    Merupakan organisme uniselular yang tidak mempunyai alat gerak dan memiliki habitat di air tawar. Bereproduksi secara seksual dengan cara konjugasi dan aseksual dengan membentuk zoospora.

g)  Ulva lactuca
    Ulva memiliki habitat di dasar perairan laut yang dangkal, berbentuk seperti lembaran daun, daur hidupnya mengalami metagenesis. Reproduksi seksualnya dengan cara konjugasi sedangkan reproduksi aseksualnya dengan cara membentuk zoospora, ulva memiliki manfaat sebagai bahan makanan (selada laut).

h)  Chara
    Chara memiliki habitat di air tawar dan menyerupai tumbuhan tingkat tinggi yaitu mempunyai struktur berbentuk menyerupai batang beruas-ruas dan memiliki cabang, pada ruas tubuh terdapat nukula yang mengandung arkegonium yang menghasilkan ovum serta globula yang mengandung anteridium penghasil spermatozoid, peleburan ovum dan spermatozoid menghasilkan zigospora yang akan menjadi individu baru.

i)  Oedogonium
    Memiliki habitat di air tawar. Reproduksi seksualnya yaitu dengan cara fertilisasi ovum oleh spermatozoid, sedangkan reproduksi aseksualnya dengan membentuk zoospora.

3)  Filum Chrysophyta
    Chrysophyta sebagian bersifat uniseluler (bersel satu) dan sebagian bersifat multiseluler (bersel banyak), kebanyakan sebagai fitoplankton di ekosistem perairan. Habitatnya sebagian besar berada di air tawar dan laut, pigmen utama pada chrysophyta adalah klorofil, selain itu terdapat pigmen karotenoid dan xantofil sehingga menyebabkan tubuhnya berwarna coklat keemasan.
    Sebagian Chrysophyta memiliki flagela untuk membantu pergerakan. Reproduksi seksual chrysophyta dengan cara peleburan sperma dan ovum sehingga menghasilkan zigot sedangkan reproduksi aseksual dengan pembelahan biner atau pembentukan zoospora pada organisme uniseluler dan multiseluler. Beberapa contoh organisme chrysophyta adalah ochromonas (uniseluler), vaucheria (multiseluler), dan synura.

a)  Ochromonas
    Terdapat kloroplas yang melengkung. Ochromonas berbentuk bola dan memiliki alat gerak berupa 2 flagela.

b)  Vaucheria
    Habitatnya berada di air tawar dan payau, berbentuk benang yang tak bersekat. Reproduksi seksualnya adalah secara oogonium dengan menggunakan anteridium, sedangkan reproduksi aseksual dengan membentuk zoospora.

4)  Filum Phaeophyta
    Phaeophyta adalah organisme multiseluler yang menyerupai tumbuhan tingkat tinggi karena mempunyai struktur seperti akar, batang dan daun. Phaeophyta memiliki tubuh berwarna kecoklatan karena mengandung pigmen fukosantin selain dari pigmen utama yaitu klorifil a dan c. phaeophyta sebagian besar hidup di perairan dengan talus yang terapung di permukaan, dinding selnya mengandung selulosa dan algin (asam alginat) dan memiliki cadangan makanan berupa laminarin yang disimpan dalam pirenoid.
    Reproduksi seksual phaeophyta dengan peleburan sel gamet, sedangkan secara aseksual dengan cara membentuk zoospora. Salah satu contoh spesies phaeophyta adalah laminaria, laminaria menghasilkan asam alginat sebagai bahan pembuat gel untuk industri makanan, pakaian dan kosmestik. Contoh lain phaeophyta adalah Fucus, macrocystis, ascophylum, sargassum, dan turbinaria.

5)  Filum Bacillariophyta (Diatom)
    Bacillariophyta adalah organisme uniseluler yang memiliki habitat di laut dan air tawar dan sebagian berperan sebagai phytoplankton. Pada dinding selnya mempunyai dua struktur yaitu belahan kotak (hipoteka) dan tutup (epiteka). Pigmen yang dikandungnya adalah klorofil a dan c, serta karotenoid dan xantofil. Pada dinding sel tersusun dari bahan silikat hidrat (zat kersik), dan memiliki cadangan makanan berupa amilum. Contoh organisme bacillariophyta adalah navicula, pinnularia, dan dermidium.

6)  Filum Rhodophyta
    Merupakan organisme multiseluler dengan bentuk tubuh seperti rumput dan sering disebut rumput laut (sea weed), habitatnya sebagian besar hidup di laut, dan sisanya hidup di air tawar. Pigmen yang dikandungnya adalah klorofil a dan b, karotenoid dan fikobilin sehingga tubuhnya berwarna merah. Cadangan makanannya berupa zat tepung florid dan dinding selnya terdiri atas selulosa dan pectin.
    Reproduksi seksual pada rhodophyta adalah adalah secara oogami sedangkan secara aseksual dengan membentuk spora. Contoh organisme rhodophyta adalah euchema spinosum, gelidium pusillum, palmaria palmate, gracillaria verrucosa.

7)  Filum Pyrrophyta (Alga api)
    Pyrrophyta sering juga disebut dinoflagelata dan mempunyai ciri uniseluler dan bergerak aktif, sebagian besar hidup di laut dan yang lain di air tawar. Pigmen yang dikandungnya adalah klorofil a dan c, karotenoid, dan xantofil. Reproduksinya secara aseksual yaitu dengan cara membelah diri. Beberapa jenis pyrrophyta seperti nocticula mampu berpendar (fluoresen) di laut sehingga tampak bercahaya pada malam hari dan jumlahnya melimpah sehingga membentuk red tide, yaitu air laut yang tampak berwarna merah kecoklatan.
    Beberapa spesies pyrrophyta dapat menghasilkan racun (toksin) yang dapat membunuh hewan laut yang berada disekitarnya seperti Gymnodinium breve, dan gonyaulax. Dinding selnya berupa selulosa submembran dan memiliki 2 flagela, sedangkan cadangan makanannya berupa amilum.

3.  Protista Mirip jamur

a.  Ciri-ciri Protista mirip jamur
    Protista yang menyerupai jamur tidak dimasukkan dalam klasifikasi jamur karena mempunyai struktur tubuh dan cara reproduksi yang tidak sama dengan kelompok jamur biasa. Pada jamur lendir, reproduksinya mirip fungi tapi pada fase vegetatifnya menyerupai amoeba, sedangkan pada jamur air (Oomycota) struktur selnya lebih menyerupai alga dibanding fungi. Protista mirip jamur ada yang bersifat uniseluler dan ada yang bersifat multiseluler selain itu juga tidak memiliki klorofil.

b.  Klasifikasi Protista mirip jamur
    Protista mirip jamur dibagi dalam 3 filum yaitu Oomycota (Jamur Air), Myxomycota ( Jamur Lendir Plasmodial), dan Acrasiomycota (Jamur Lendir Bersel).

1)  Filum Oomycota (Jamur Air)
    Jamur Air mempunyai habitat di tempat lembap dan berair. Selnya mempunyai banyak inti yang terdapat didalam benang-benang hifa yang tidak bersekat sedangkan dindingnya terdiri dari selulosa.
    Jamur Air sebagian bersifat saprofit dan sebagian bersifat parasit. Reproduksi seksualnya yaitu dengan cara fertilisasi yang membentuk zigot yang kemudian berkembang menjadi oospora, oospora ini dilengkapi dengan alat gerak berupa 2 buah flagela. Contoh Oomycota adalah Saprolegnia sp, Phytophthora sp, pythium sp.

2)  Filum Myxomycota ( Jamur Lendir Plasmodial)
    Myxomycota dapat ditemukan di hutan basah, batang kayu yang busuk, tanah lembap,dan tempat-tempat lembap lainnya. Myxomycota sebagian besar memiliki tubuh yang berwarna cerah misalnya kuning atau oranye. Myxomycota tidak memiliki klorofil, dan struktur molekul membran sel jamur mirip alga. Struktur tubuh vegetatifnya berbentuk seperti lendir dan sifat pada fase vegetatifnya mirip amoeba, sedangkan cara reproduksinya mirip fungi.
    Reproduksi seksual Myxomycota adalah dengan cara singami dan reproduksi aseksualnya dengan cara membentuk spora. Contoh Acrysia, lycogala, dan physarium.

3)  Filum Acrasiomycota (Jamur Lendir Bersel)
    Acrasiomycota memiliki habitat di air tawar, tanah lembap, dan tempat-tempat berair lainnya. Acrasiomycota bergerak dengan menggunakan kaki semu yang juga berguna untuk memfagosit bakteri dan mikroorganisme lainnya. 





Cat : Dilarang copas artikel blog tanpa sepengetahuan pemilik blog ini.

Template by : kendhin x-template.blogspot.com