Senin, 15 April 2013

SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN DAN MANUSIA



Ekskresi adalah pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak berguna, zat-zat-zat sisa ini dikeluarkan dari dalam tubuh melalui suatu sistem yang disebut sistem ekskresi. Zat-zat sisa ini jika tidak dibuang maka akan menjadi racun bagi tubuh.

Ekskresi melibatkan organ-organ yang disebut sistem ekskresi yang berperan dalam menjaga keseimbangan tubuh dengan cara osmoregulasi atau mengatur konsentrasi bahan yang terlarut dalam cairan tubuh.

A.  SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

Manusia memiliki organ-organ atau alat ekskresi yang berfungsi membuang zat-zat sisa hasil metabolisme. Organ-organ ekskresi pada manusia yaitu ginjal, hati, kulit, dan paru-paru.


Alat-alat Ekskresi pada manusia berupa ginjal, kulit,
paru-paru, dan kelenjar keringat


1.   Ginjal

a.   Letak dan Fungsi Ginjal
Ginjal adalah organ eksresi yang paling utama, berjumlah sepasang yang terletak disebelah kiri dan kanan di dalam rongga perut, letak ginjal kiri lebih tinggi karena diatas ginjal kanan terdapat hati.



Letak Ginjal di dalam tubuh manusia

Dalam dunia kedokteran ginjal biasa disebut dengan ‘ren’ (renal/kidney), berbentuk seperti kacang merah dengan berat kira-kira 120 - 170 gram, setiap menit 20 – 25 % darah dipompa oleh jantung yang mengalir menuju ginjal.

Ginjal memiliki fungsi penting sebagai organ ekskresi dalam tubuh manusia, fungsi ginjal antara lain :
1)   Membuang sisa-sisa metabolisme seperti urea, asam urat, serta zat lain yang bersifat merugikan tubuh atau bersifat racun.
2)   Sebagai organ homeostatis seperti menjaga keseimbangan air dalam tubuh dan mengatur volume plasma darah dan air.
3)   Menjaga keseimbangan asam dan basa cairan darah dengan mengatur pH plasma dan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan urine yang bersifat asam atau basa.
4)   Memelihara keseimbangan konsentrasi garam-garam tertentu serta menjaga tekanan osmosis.
5)   Menghasilkan zat-zat yang berguna bagi tubuh seperti Eritropoietin (EPO), Renin, dan Kalsitriol. Eritropoitin merangsang sumsum tulang untuk membentuk sel-sel darah merah.

b.   Struktur Ginjal
Ginjal tersusun atas 3 (tiga) bagian yaitu korteks (kulit) yang merupakan bagian terluar ginjal, medula (sumsum ginjal), kemudian pelvis renalis yang merupakan ruang ginjal.

Bagian-bagian pada Ginjal

Pada bagian korteks terdapat banyak sekali nefron, nefron adalah unit fungsional dan struktural terkecil pada ginjal, pada manusia terdapat kurang lebih satu juta nefron.
Nefron merupakan alat penyaring yang terdiri dari beberapa bagian antara lain :
1)   Badan Malpighi yang terdiri atas:
-      Glomerulus
-      Kapsula Bowman (menyelubungi glomerulus)
2)   Saluran Nefron (tubulus kontortus) yang terdiri atas :
-      Tubulus kontortus proksimal
-      Tubulus kontortus distal
-      Tubulus kontortus kolektifus
-      Lengkung Henle




Proses Filtrasi pada Ginjal

Glomerulus berhubungan dengan arteriola aferen dan arteriola eferen, sehingga glomerulus ikut berperan mengatur tekanan darah. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring cairan darah.

Pada medula(sumsum ginjal) terdapat piramida dan piala ginjal yang mengandung pembuluh-pembuluh yang berfungsi untuk menampung hasil ekskresi, pembuluh-pembuluh ini terhubung dengan ureter yang bermuara pada kantong kemih. Kantong kemih merupakan tempat penampungan urine sementara dan jika telah penuh urine akan dikeluarkan melalui saluran uretra.

Ginjal berperan dalam proses pembentukan urine yang melewati beberapa proses yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan kembali), dan augmentasi (pengeluaran zat-zat sisa).

1)   Filtrasi
Pembentukan urine diawali melalui proses filtrasi yang terjadi di glomerulus yang diawali dari darah yang dipompa masuk melalui arteriola aferen, arteriola aferen memiliki diameter lebih besar dan lebih pendek dari arteriola eferen yang berdiameter lebih kecil dan lebih panjang, kondisi ini yang menyebabkan tekanan darah di arteriola aferen lebih tinggi daripada arteriola eferen sehingga filtrasi dapat memungkinkan terjadi. Pada proses ini berliter-liter darah didorong masuk ke dalam glomerulus yang berukuran kecil.

Di glomerulus terdapat suatu struktur sel-sel kapiler endotelium yang berpori, membran basiler dan epitel kapsula bowman yang mempermudah proses filtrasi, faktor-faktor lain yang mempermudah dan mendorong filtrasi adalah tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik.

Pada proses filtrasi, sel-sel darah, trombosit, serta sebagian protein plasma disaring serta diikat agar tidak turut dikeluarkan, sedangkan zat-zat lain seperti urea, glukosa, asam amino, natrium, kalium, serta garam-garam lain dapat melewati saringan dan dapat diendapkan. Hal ini terjadi karena ukuran zat-zat ini lebih kecil sehingga dapat melewati membran.

Hasil dari filtrasi adalah urine primer yang komposisinya masih serupa dengan darah hanya tidak mengandung beberapa elemen selular seperti sel darah merah, selanjutnya cairan filtrasi dari glomerulus akan menuju tubulus dan mengalami reabsorpsi.

2)   Reabsorpsi
Pada prosesnya reabsorpsi terjadi penyerapan kembali zat-zat berikut.
a)   Reabsorpsi Air.
Air yang dapat menebus membran filtrasi akan diabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi air terjadi di tubulus kontortus proksimal dan di tubulus kontortus distal. Di tubulus kontortus proksimal terjadi proses reabsorpsi pasif melalui proses osmosis dan di tubulus kontortus distal terjadi proses reabsorpsi aktif yang disebut reabsorpsi fakultatif yang berlangsung sesuai kebutuhan. Reabsorpsi di tubulus kontortus distal dipengaruhi oleh hormon Antidiuretik (ADH) yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis.

b)   Reabsorpsi zat-zat yang penting bagi tubuh.
Beberapa zat-zat penting bagi tubuh seperti protein, asam amino, glukosa, asam asetat dan vitamin akan direabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal sehingga tidak ditemukan lagi di lengkung Henle.

c)   Reabsorpsi zat-zat tertentu
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi, zat-zat itu antara lain Na+, K+, PO4-, NO-3. Ion-ion khususnya ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi dapat terjadi karena perbedaan konsentrasi ion di dalam dan diluar sel tubulus.

Setelah proses reabsorpsi maka tubulus akan menghasilkan urine sekunder, dimana zat-zat yang masih diperlukan tidak ditemukan lagi, sedangkan konsentrasi zat-zat yang merugikan tubuh atau bersifat racun akan bertambah.

d)   Augmentasi
Augmentasi merupakan proses penambahan zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal, peristiwa ini disebut seksresi tubular. Sel-sel tubulus mensekresikan ion hidrogen (NH3) dan ion kalium (K+) ke dalam tubulus dengan proses difusi, penambahan ion hidrogen dimaksudkan untuk menjaga pH.

Selanjutnya setelah proses-proses diatas terjadi, urine dikeluarkan dari dalam tubuh (mikturasi), biasanya ketika urine di kantong kemih mencapau 200 – 300 ml maka akan timbul refleks rasa ingin buang air kecil.

Sebagai organ Ekskresi ginjal juga rentan mengalami gangguan dan penyakit berikut beberapa penyakit yang menyerang ginjal:

1)   Diabetes Mellitus (kencing manis)
Diabetes mellitus ditandai dengan sering buang air kecil, rasa haus yang terus menerus serta mudah lapar. Diabetes mellitus menyebabkan hiperglisemia (peningkatan kadar gula darah), diabetes mellitus disebabkan kurangnya produksi insulin atau kurangnya sensitifitas jaringan tubuh terhadap insulin.
Diabetes menyebabkan kadar gula darah yang tinggi, jika kadar gula darah sampai 160 – 180 mg/dl maka glukosa akan dikeluarkan bersama urine

2)   Gagal Ginjal
Gagal ginjal disebabkan kerusakan ginjal secara permanen yang menyebabkan ginjal gagal melaksanakan fungsinya, gagal ginjal ditandai dengan edema (pembengkakan) tubuh serta hipertensi.
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan memungkinkan fungsi ginjal digantikan, pengantian fungsi ginjal tersebut dikenal dengan Renal Replacement Therapy (RRT) atau Terapi Penganti Ginjal (TPG).

3)   Batu Ginjal
Batu ginjal merupakan massa keras seperti batu yang terbentuk di saluran kemih atau di ginjal. proses pembentukan batu tersebut disebut urolitiasis. Batu ginjal dapat terbentuk apabila urine mengalami jenuh terhadap garam-garam. Batu ginjal terdiri dari sekitar 80% kalsium sedangkan sisanya berupa asam urat, dan sistin.

2.   Hati (hepar)

Hati terletak di dalam rongga perut sebelah kanan dan dibawah tulang rusuk. Hati merupakan organ yang memiliki berat sekitar 1,5 – 2 kg, merupakan Organ dalam terbesar dalam tubuh manusia, hati memiliki warna merah tua.


Gambar organ Hati dan Letaknya

Hati dapat memperbaharui sel-sel yang sudah rusak karena luka atau penyakit. Sebagai organ ekskresi hati juga berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem pencernaan.

a.   Fungsi Hati

Hati mempunyai beberapa peranan penting dalam tubuh manusia. Berikut beberapa fungsi hati:

1)   Hati merupakan tempat untuk menyimpan energi
Hati menyimpan energi dalam bentuk glikogen. Ketika kadar gula (glukosa) dalam darah tinggi hati mengubah glukosa menjadi glikogen, sebaliknya bila kadar gula darah rendah maka hati akan mengubah glikogen menjadi glukosa.

2)   Hati berperan sebagai pembersih (detoksifikasi) zat-zat racun dan bibit penyakit.
Zat-zat racun yang masuk ke tubuh seperti obat-obatan dan alkohol serta organisme asing atau bibit penyakit akan dibersihkan dari aliran darah, hati akan menyerap zat-zat berbahaya tersebut dan menetralkannya menggunakan cairan empedu.

3)   Hati membentuk beberapa jenis protein dan zat tertentu
Beberapa protein dan zat-zat penting yang berguna bagi tubuh dihasilkan oleh hati. Beberapa protein itu antara lain.
-      Globin : merupakan bahan utama pembentuk hemoglobin yang berperan membawa oksigen dalam sel darah merah.
-      Globulin : merupakan protein yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh.
-      Albumin : berfungsi membantu ketersediaan unsur-unsur penting dalam darah seperti kalsium.

Selain itu hati juga memproduksi zat kimia seperti fibrinogen dan prothrombin yang berperan dalam pembekuan darah dan penyembuhan luka.

4)   Hati sebagai tempat penyimpanan vitamin
Hati mengumpulkan dan menyimpan vitamin A, B, D, E, dan K. Vitamin-vitamin ini diambil dari aliran darah yang dibawa ke hati oleh pembuluh portal hepatik.

5)   Hati dapat memproduksi cairan empedu
Dalam sistem pencernaan hati menghasilkan cairan empedu secara terus-menerus, empedu mengandung air, asam empedu, garam empedu, kolesterol, fosfolipid (lesitin) dan zat warna empedu(bilirubin dan biliverdin). Empedu berperan dalam mencerna serta mengabsorpsi lemak dalam usus, mengaktifkan enzim lipase, serta membentuk urea dan amoniak.
Hati menghasilkan empedu dari penghancuran hemoglobin dan eritrosit yang telah tua, eritrosit akan dipecah menjadi hemin, zat besi(Fe), dan globin. Zat besi dan globin akan disimpan dan dikirim ke sumsum tulang untuk pembentukan hemoglobin dan antibodi yang baru. Sedangkan hemin akan dirombak menjadi bilirubin dan biliverdin.

b.   Struktur Hati
Hati terdiri dari dua lobus utama yaitu lobus kanan dan lobus kiri dengan posisi yang sedikit saling menindih. Setiap lobus terdiri dari banyak lobulus yang merupakan unit terkecil yang menyusun hati, lobulus memiliki panjang sekitar 1 mm dan berbentuk persegi enam. Bagian luar hati diselaputi dengan kapsula hepatika. 



Struktur Hati pada Manusia

Dalam jaringan hati terdapat beberapa pembuluh darah yaitu arteri hepatika dan vena portal hepatika. Darah mengalir dari percabangan aorta menuju ke arteri hepatika dan menuju ke vena portal hepatika lalu keluar dari hati melalui vena hepatika. Pertemuan antara arteri hepatika dan vena portal hepatika membentuk sinusoid, pada sinusoid terjadi spesialisasi sel membentuk sel kupffer yang bertugas memfagositosis organisme asing dan zat-zat berbahaya, dari aktivitas fagositosis ini dihasilkan cairan bilirubin yang diekskresikan kanalikuli menjadi empedu.

Jaringan hati tersusun atas sel-sel hepatosit yang disetiap lapisnya dipisahkan oleh lakuna, sedang kanalikuli membatasi setiap satu sel hepatosit dengan sel hepatosit lainnya.

c.   Gangguan dan Penyakit pada Hati
1)   Hepatitis(Radang Hati)
Penyakit hepatitis menyebabkan komplikasi yang parah pada organ hati, penyakit hepatitis seringkali disebabkan oleh kebiasaan komsumsi alkohol dan sering menggunakan obat-obatan yang berdosis tinggi atau karena infeksi virus hepatitis. Penyakit hepatitis yang sering diwaspadai adalah hepatitis A, B, dan hepatitis C.
-      Hepatitis A :
Disebabkan oleh virus hepatitis A, yang mengakibatkan kerusakan pada jaringan hati secara tiba-tiba,hal ini sering disebabkan lingkungan yang kotor dimana virus hepatitis A biasanya berada di air yang kotor.
-      Hepatitis B:
Disebabkan oleh virus hepatitis B yang menyebabkan kerusakan pada jaringan hati, umumnya menyerang orang dewasa atau sebagai akibat dari kekebalan tubuh yang menurun.
-      Hepatitis C:
Terjadi karena virus hepatitis C yang merusakan jaringan hati. Hepatitis C ditularkan melalui darah, jarum suntik, atau ditularkan ibu hamil kepada janinnya.
2)   Sirosis Hati
Penyakit ini sering disebabkan oleh kebiasaan mengkomsumsi minuman beralkohol dan memakai obat-obatan.
3)   Jaundice (Penyakit Kuning)
Penyakit kuning memiliki gejala antara lain mata dan kulit yang berwarna kuning. Hal ini disebabkan kadar bilirubin dalam tubuh yang meningkat.
Penyakit ini dapat menyerang anak-anak hingga dewasa dan menunjukan adanya gangguan pda hati, penyumbatan saluran empedu, atau gangguan pada metabolisme bilirubin.

d.   Cara Mengatasi kelainan pada hati
Cara mengatasi kelainan atau penyakit pada hati diantaranya dengan :
-      Pemberian Vaksinasi
-      Mengkomsumsi makanan yang sehat
-      Menghindari penggunaan obat-obat terlarang
-      Berolahraga dengan teratur
-      Penggunaan jarum suntik sebaiknya disterilisasi dahulu.

3.   Kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung terluar yang membungkus seluruh permukaan tubuh manusia.

a.   Fungsi Kulit
Kulit memiliki fungsi yang penting bagi manusia, beberapa fungsi kulit antara lain sebagai berikut:
1)   Sebagai Pelindung Tubuh
Kulit berfungsi melindungi tubuh dari kontak mekanis, serta panas, kuman, zat-zat kimia dan segala pengaruh dari luar yang bisa merusak organ di bawah kulit. Sel melanosit di bawah kulit mempunyai fungsi penting untuk melindungi tubuh dari sinar ultraviolet.

2)   Sebagai Organ Sensoris
Adanya jaringan saraf di lapisan dermis kulit memungkinkan kulit menerima rangsang dari luar seperti sentuhan.

3)   Sebagai Pengatur Suhu Tubuh
Kulit mengeluarkan keringat dengan mengkontraksikan pembuluh darah dalam kulit. Keringat yang keluar turut membawa panas dalam tubuh keluar.

4)   Dapat membentuk Vitamin D dan Penentu warna kulit
Vitamin D dibentuk dari provitamin D yang dibantu penyinaran sinar matahari, sedangkan warna kulit diatur oleh kandungan pigmen melanosit. Kulit juga merupakan tempat untuk menyimpan kelebihan lemak.

5)   Sebagai Organ Ekskresi
Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karena mempunyai kelenjar keringat(glandula sodorifera) yang mengeluarkan sisa-sisa metabolisme. Kelenjar keringat menyerap air dan garam dari dalam darah di pembuluh kapiler di bawah kulit. Keringat yang dikeluarkan melalui pori-poriakan menyerap panas tubuh sehingga suhu tubuh tetap stabil.

Beberapa faktor yang dapat memacu pengeluaran keringat antara lain aktivitas tubuh, suhu lingkungan, atau bahkan emosi. Keringat mengandung air, larutan garam, dan urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan dapat menimbulkan hilangnya melanosit garam-garam mineral sehingga menyebabkan kejang otot dan pingsan.

b.   Struktur Kulit
Kulit adalah organ terluas di tubuh, memiliki tebal berbeda-beda mulai dari 0,5 – 5 mm. Berdasarkan strukturnya kulit dibagi menjadi 3 (tiga) lapisan yaitu epidermis(lapisan luar), dermis(kulit jangat), dan hipodermis(jaringan ikat dibawah kulit).
1)   Epidermis
Epidermis terdiri dari beberapa lapisan yaitu:
a)   Stratum Korneum(Lapisan Tanduk).
Stratum korneum merupakan lapisan kulit epiermis yang paling  luar yang tersusun atas sel-sel mati yang bersifat keras dan tahan terhadap air. Lapisan ini selalu mengelupas.
b)   Stratum Lusidum
Tersusun atas sel-sel tidak berinti yang berfungsi mengganti stratum korneum
c)   Stratum Granulosum
Tersusun atas sel-sel berinti yang mengandung pigmen melanin.
d)   Stratum Germinativum
Tersusun atas sel-sel yang selalu membentuk sel-sel baru kearah luar.
e)   Dermis
Pada lapisan ini terdapat akar rambut, pembuluh darah, serabut saraf, kelenjar minyak(glandula sebasea) dan kelenjar keringat(glandula sodorifera). Di kantong rambut terdapat akar rambut dan kelenjar minyak yang berfungsi untuk menghasilkan minyak untuk rambut.
f)     Hipodermis
Lapisan ini terletak dibawah dermis,lapisan ini banyak mengandung lemak, tubuh menyimpan kelebihan lemak di lapisan ini.


Struktur kulit pada manusia

c)   Kelainan dan Gangguan pada Kulit
1)   Kanker Kulit
Merupakan penyakit kulit yang bersifat ganas, kanker kulit biasa disebabkan akibat terpaparnya kulit oleh bahan-bahan tertentu, atau menurunya daya tahan kulit.
2)   Lepra(Kusta)
Merupakan penyakit infeksi kronis pada kulit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae, penyakit ini menimbulkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.

3)   Lentigo
Yaitu bercak-bercak berwana cokelat kehitaman yang muncul pada kulit akibat hiperpigmentasi pada kulit
4)   Eksim
Yaitu iritasi pada kulit, biasanya eksim terjadi di bagian tangan dan kaki, eksim menimbulkan rasa gatal dan dapat menimbulkan infeksi.
5)   Jerawat
Yaitu kondisi kulit dimana terjadi produksi kelenjar minyak yang berlebih dan menyebabkan saluran folikel rambut dan pori-pori tersumbat, ini menyebabkan kulit meradang.

4)   Paru-Paru




Organ Paru-paru

a.   Letak Paru-Paru
Paru-paru terletak di rongga dada sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri yang memiliki dua gelambir.

b.   Fungsi Paru-Paru
Fungsi paru-paru yang utama adalah sebagai organ pernapasan, tapi paru-paru juga merupakan organ ekskresi karena berfungsi mengeluarkan karbon dioksida (CO­2) dan uap air (H2O). Karbon dioksida dan uap air berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan melalui lubang hidung.

B.  SISTEM EKSKRESI PADA HEWAN

1.   Sistem Ekskresi pada Hewan Invertebrata

Sistem ekskresi pada hewan invertebrata berbeda dengan sistem eksresi pada hewan vertebrata dimana pada umumnya invertebrata memiliki sistem ekskresi yang masih sederhana. Beberapa contoh sistem ekskresi pada hewan invertebrata yaitu pada annellida(cacing tanah), planaria(cacing pipih), dan belalang(serangga).

a.   Sistem Ekskresi pada Anellida(cacing tanah)
Sistem ekskresi pada cacing tanah berupa organ nefridia, nefridia terdapat di setiap segmen tubuh anellida kecuali pada tiga segmen pertama dan segmen terakhir. Setiap nefridior dilengkapi dengan nefrostom (cerobong bersilia) yang terdapat pada sekat pemisah(ruas tubuh).


Struktur nefridia pada Anellida

Cairan tubuh akan ditarik ke dalam nefrostom dan kemudian masuk ke dalam tubulus yang diselaputi kapiler pembuluh darah, di sepanjang tubulus terjadi penyerapan zat-zat penting seperti nutrien dan garam-garam, sedangkan zat-zat sisa diteruskan dan dikumpulkan di  tubulus pengumpul dan selanjutnya dikeluarkan melalui nefridior.

b.   Sistem Ekskresi pada Planaria(cacing pipih)
Alat ekskresi pada planaria berupa sel api, pada setiap sel api memiliki beberapa silia yang gerakannya seperti gerakan api pada lilin. Gerakan silia inilah yang mendorong zat-zat sisa melalui nefridior menuju pembuluh ekskretori yang selanjutnya diteruskan ke permukaan tubuh.


Alat Ekskresi pada Planaria

c.   Sistem Ekskresi pada Belalang (serangga)
Alat ekskresi pada belalang adalah buluh malpighi yang berfungsi layaknya ginjal, buluh malpighi terletak antara usus tengah dan usus belakang, buluh malpighi merupakan pembuluh halus berwarna putih kekuning-kuningan yang pangkalnya melekat pada pangkal usus halus.

Disamping buluh malpighi belalang juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan karbondioksida (CO2) yang merupakan sisa hasil oksidasi. Zat-zat sisa hasil metabolisme pada serangga diambil dari cairan tubuh (hemolimfa) oleh saluran malpighi. Zat-zat seperti nitrogen akan digunakan kembali dalam pembuatan zat kitin.

Zat-zat sisa kemudian akan masuk ke bagian proksimal lalu menuju usus untuk dikeluarkan bersama feses dalam bentuk kristal asam urat.



Sistem Ekskresi pada Serangga (Belalang)
2.   Sistem Ekskresi pada Hewan Vertebrata

Sistem ekskresi pada vertebrata melibatkan organ-organ seperti ginjal, paru-paru, dan kulit. Tapi organ ginjal merupakan organ ekskresi yang paling utama pada vertebrata.

a.   Sistem ekskresi pada ikan
Ikan memiliki sepasang ginjal yang disebut mesonefros dan ketika dewasa berkembang menjadi opistonefros. Terdapat perbedaan pada ikan air tawar dan ikan air laut. Pada ikan air tawar minum sedikit air dan mengeluarkan urine dalam jumlah besar, hal ini dikarenakan lingkungannya yang bersifat hipotonis. Pada ikan air tawar berlangsung mekanisme filtrasi dan reabsorpsi mineral dan zat-zat makanan yang lebih banyak diabsorpsi, sedangkan air hanya sedikit diserap. Pada ikan air tawar terdapat glomerulus dalam jumlah banyak dan berukuran besar.

 

Sistem Mekanisme Ekskresi pada ikan Air tawar

Pada ikan laut sangat mudah terjadi dehidrasi karena air sangat mudah keluar karena perbedaan tekanan osmotik dan ikan air laut memiliki glomerulus yang sedikit dan berukuran lebih kecil daripada ikan air tawar sehingga reabsorpsi di tubulus hanya sedikit, ini menyebabkan ikan air laut banyak meminum air dan mengeluarkan sedikit urine. Pada ikan insang juga termasuk organ ekskresi karena mengelurkan CO2 dan H­2O.


Sistem mekanisme Ekskresi pada ikan air laut.

b.   Sistem ekskresi pada amfibi (katak)
Organ ekskresi pada amfibi misalnya pada katak yaitu ginjal, paru-paru, dan kulit. Paru-paru pada katak berjumlah sepasang dan memiliki tiga lobus, tugas paru-paru untuk membuang karbondioksida dan uap air.

Terdapat ginjal yang berjumlah sepasang dan berwarna merah kecoklatan yang berfungsi sebagai alat penyaring dan mengeluarkan zat-zat sisa seperti urine, garam-garam, dan air yang berlebih.

Saluran ekskresi pada katak jantan dan betina memiliki perbedaan yaitu pada jantan saluran kelamin dan saluran urin bersatu dengan ginjal, sedangkan pada betina kedua saluran itu terpisah. Zat-zat sisa dari ginjal akan disalurkan ke ureter dan selanjutnya menuju kantong kemih dan kloaka(lubang pengeluaran).



Sistem Ekskresi pada Amfibi (Katak)

c.   Sistem ekskresi pada reptil (kadal)
Organ ekskresi pada kadal yaitu ginjal, paru-paru, dan kulit. Pada reptil terdapat sepasang ginjal yang dikenal dengan metanefros, metanefros berbentuk kecil, kompak dan permukaannya berlobi. Terdapat lubang pengeluaran sisa-sisa metabolisme yaitu kloaka dan sisa-sisa metabolisme dikeluarkan dalam bentuk asam urat.

d.   Sistem ekskresi pada Aves (burung)
Organ ekskresi pada burung yaitu paru-paru, ginjal dan kulit. Ginjal pada burung berwarna kecoklatan. Pada burung saluran ekskresi, saluran kelamin, dan saluran pencernaan menyatu dan bermuara pada kloaka.

Burung tidak mempunyai kantong urine, urine yang dihasilkan langsung bercampur dengan sisa pencernaan dan dikeluarkan melalui kloaka. Burung mempunyai kelenjar minyak yang terdapat pada ujung ekornya. Kelenjar ini untuk membasahi bulu-bulunya.


Anatomi burung dan sistem ekskresinya

e.   Sistem ekskresi pada Mamalia
Sistem ekskresi pada mamalia hanya sedikit berbeda dengan manusia organ ekskresinya antara lain paru-paru, ginjal dan kulit. Paru-paru terletak di dalam rongga dada dan mempunyai permukaan berspon dan dipenuhi liang epitelium yang memperluar permukaan paru-paru. Ginjal pada mamalia berfungsi untuk membuang zat-zat sisa hasil metabolisme.










0 komentar :

Template by : kendhin x-template.blogspot.com