Aves (Burung) merupakan salah satu
kelas dari Subfilum Vertebrata dan tergolong hewan berdarah panas
(homoiotermik). Meskipun begitu kelas Aves berkerabat dekat dengan reptil yaitu
suku Crocodylidae atau keluarga buaya, burung membentuk kelompok hewan yang
disebut Archosauria.
Diperkirakan burung berkembang dari
sejenis reptil di masa lalu, yang memendek cakar depannya dan tumbuh bulu-bulu
yang khusus di badannya. Pada awalnya, sayap primitif yang merupakan
perkembangan dari cakar depan itu belum dapat digunakan untuk sungguh-sungguh
terbang, dan hanya membantunya untuk bisa melayang dari suatu ketinggian ke
tempat yang lebih rendah.
Burung masa kini telah berkembang
sedemikian rupa sehingga terspesialisasi untuk terbang jauh, dengan perkecualian
pada beberapa jenis yang primitif. Bulu-bulunya, terutama di sayap, telah
tumbuh semakin lebar, ringan, kuat dan bersusun rapat. Bulu-bulu ini juga
bersusun demikian rupa sehingga mampu menolak air, dan memelihara tubuh burung
tetap hangat di tengah udara dingin. Tulang belulangnya menjadi semakin ringan
karena adanya rongga-rongga udara di dalamnya, namun tetap kuat menopang tubuh.
Tulang dadanya tumbuh membesar dan memipih, sebagai tempat perlekatan otot-otot
terbang yang kuat. Gigi-giginya menghilang, digantikan oleh paruh ringan dari
zat tanduk. Semua itu menjadikan burung menjadi lebih mudah dan lebih pandai
terbang, dan mampu mengunjungi berbagai macam habitat di muka bumi. Ratusan
jenis burung dapat ditemukan di hutan-hutan tropis, mereka menghuni hutan-hutan
ini dari tepi pantai hingga ke puncak-puncak pegunungan. Burung juga ditemukan
di rawa-rawa, padang rumput, pesisir pantai, tengah lautan, gua-gua batu,
perkotaan, dan wilayah kutub. Masing-masing jenis beradaptasi dengan lingkungan
hidup dan makanan utamanya.
Maka dikenal berbagai jenis burung
yang berbeda-beda warna dan bentuknya. Ada yang warnanya cerah cemerlang atau
hitam legam, yang hijau daun, coklat gelap atau burik untuk menyamar, dan
lain-lain. Ada yang memiliki paruh kuat untuk menyobek daging, mengerkah biji
buah yang keras, runcing untuk menombak ikan, pipih untuk menyaring lumpur,
lebar untuk menangkap serangga terbang, atau kecil panjang untuk mengisap
nektar. Ada yang memiliki cakar tajam untuk mencengkeram mangsa, cakar pemanjat
pohon, cakar penggali tanah dan serasah, cakar berselaput untuk berenang, cakar
kuat untuk berlari dan merobek perut musuhnya.
A. Sistem Pernafasan (Respirasi) Pada Aves
Sistem pernapasan pada hewan menyusui
dan burung bekerja dengan cara yang sepenuhnya berbeda, terutama karena burung
membutuhkan oksigen dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan yang
dibutuhkan hewan menyusui. Sebagai contoh, burung tertentu bisa memerlukan dua
puluh kali jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Karenanya, paru-paru
hewan menyusui tidak dapat menyediakan oksigen dalam jumlah yang dibutuhkan
burung. Itulah mengapa paru-paru burung diciptakan dengan rancangan yang jauh
berbeda.
Pada hewan menyusui, aliran udara
adalah dua arah: udara melalui jaringan saluran-saluran, dan berhenti di
kantung-kantung udara yang kecil. Pertukaran oksigen-karbon dioksida terjadi di
sini. Udara yang sudah digunakan mengalir dalam arah berlawanan meninggalkan
paru-paru dan dilepaskan melalui tenggorokan.
Sebaliknya, pada burung, aliran udara
cuma satu arah. Udara baru datang pada ujung yang satu, dan udara yang telah
digunakan keluar melalui lubang lainnya. Hal ini memberikan persediaan oksigen
yang terus-menerus bagi burung, yang memenuhi kebutuhannya akan tingkat energi
yang tinggi. Michael Denton, seorang ahli biokimia Australia serta kritikus
Darwinisme yang terkenal menjelaskan
paru-paru unggas sebagai berikut:
Dalam hal burung, bronkhus (cabang
batang tenggorokan yang menuju paru-paru) utama terbelah menjadi tabung-tabung
yang sangat kecil yang tersebar pada jaringan paru-paru. Bagian yang disebut
parabronkhus ini akhirnya bergabung kembali, membentuk sebuah sistem peredaran
sesungguhnya sehingga udara mengalir dalam satu arah melalui paru-paru.
Meskipun kantung-kantung udara juga terbentuk pada kelompok reptil tertentu,
bentuk paru-paru burung dan keseluruhan fungsi sistem pernapasannya sangat
berbeda. Tidak ada paru-paru pada jenis hewan bertulang belakang lain yang
dikenal, yang mendekati sistem pada unggas dalam hal apa pun. Bahkan, sistem
ini mirip hingga seluk-beluk khususnya pada semua burung.
Aves bernafas dengan paru-paru yang
berhubungan dengan kantong udara (sakus pneumatikus) yang menyebar sampai ke
leher, perut dan sayap.
Kantong udara terdapat pada :
-
Pangkal leher (servikal)
-
Ruang dada bagian depan (toraks anterior)
-
Antar tulang selangka (korakoid)
-
Ruang dada bagian belakang (toraks posterior)
-
Rongga perut (saccus abdominalis)
-
Ketiak (saccus axillaris)
Fungsi kantong udara :
-
Membantu pernafasan terutama saat terbang
-
Menyimpan cadangan udara (oksigen)
-
Memperbesar atau memperkecil berat jenis pada saat burung berenang
-
Mencegah hilangnya panas tubuh yang terlalu banyak
Paru-Paru Khusus Pada Burung Burung
mempunyai bentuk tubuh yang jauh berbeda dengan binatang yang dianggap sebagai
nenek moyangnya, reptil. Paru-paru burung bekerja dengan cara yang sama sekali
berbeda dengan hewan menyusui. Hewan menyusui menghirup dan membuang udara
melalui batang tenggorokan yang sama. Namun pada burung, udara masuk dan keluar
melalui ujung yang berlawanan. "Rancangan" khusus semacam ini
diciptakan untuk memberikan volume udara yang diperlukan saat terbang. Evolusi
bentuk seperti ini dari reptil tidaklah mungkin.
Inspirasi : udara kaya oksigen masuk
ke paru-paru. Otot antara tulang rusuk (interkosta) berkontraksi sehingga
tulang rusuk bergerak ke luar dan tulang dada membesar. Akibatnya teklanan
udara dada menjadi kecil sehingga udara luar yang kaya oksigen akan masuk.
Udara yang masuk sebagian kecil menuju ke paru-paru dan sebagian besar menuju
ke kantong udara sebagai cadangan udara.
Ekspirasi : otot interkosta relaksasi
sehingga tulang rusuk dan tulang dada ke posisi semula. Akibatnya rongga dada
mengecil dan tekanannya menjadi lebih besar dari pada tekanan udara luar. Ini
menyebabkan udara dari paru-paru yang kaya karbondioksida ke luar.
Aliran udara searah dalam paru-paru
burung didukung oleh suatu sistem kantung udara. Kantung-kantung ini
mengumpulkan udara dan memompanya secara teratur ke dalam paru-paru. Dengan
cara ini, selalu ada udara segar dalam paru-paru. Sistem pernafasan yang rumit
seperti ini telah diciptakan untuk memenuhi kebutuhan burung akan jumlah
oksigen yang tinggi.
Pernafasan
burung saat terbang :
Saat terbang pergerakan aktif dari
rongga dada tidak dapat dilakukan karena tulang dada dan tulang rusuk merupakan
pangkal perlekatan otot yang berfungsi untuk terbang. Saat mengepakan sayap
(sayap diangkat ke atas), kantong udara di antara tulang korakoid terjepit
sehingga udara kaya oksigen pada bagian itu masuk ke paru-paru.
B. Sistem Pencernaan Pada Aves
Organ pencernaan pada burung terbagi
atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Makanan burung bervariasi
berupa biji-bijian, hewan kecil, dan buah-buahan.
Saluran pencernaan pada burung terdiri
atas:
1.
Paruh: merupakan modifikasi dari gigi,
2.
Rongga mulut: terdiri atas rahang atas yang merupakan penghubung antara
rongga mulut dan tanduk,
3. Faring: berupa saluran pendek, esofagus: pada
burung terdapat pelebaran pada bagian ini disebut tembolok, berperan sebagai
tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan cepat,
4. Lambung terdiri atas: Proventrikulus (lambung
kelenjar): banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus
(lambung pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan
biji-bijian terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang
berguna untuk membantu pencernaan dan disebut sebagai " hen’s teeth”,
5. Intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal
yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari
duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi:
hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung
empedu.
Terbang merupakan memerlukan sejumlah
besar kekuatan. Karena itulah burung memiliki perbandingan jaringan otot
terhadap massa tubuh yang terbesar daripada semua makhluk. Metabolisme tubuhnya
juga sesuai dengan kekuatan otot yang tinggi. Rata-rata, metabolisme tubuh
suatu makhluk berlipat dua kali sewaktu suhu tubuh meningkat sebesar 50°F
(10°C). Suhu tubuh burung gereja yang sebesar 108°F (42°C) serta suhu tubuh
burung murai (Turdus pilaris) setinggi 109,4°F (43,5°C) menunjukkan betapa
cepat kerja metabolisme tubuh mereka. Suhu tubuh yang tinggi seperti itu, yang
dapat membunuh makhluk darat, justru sangat penting bagi burung untuk bertahan
hidup dengan meningkatkan penggunaan energi, dan, karena itu pula, kekuatannya.
Karena kebutuhan mereka akan banyak
energi, burung juga mempunyai tubuh yang mencerna makanan yang mereka makan
dalam cara yang optimal. Sistem pencernaan burung memungkinkan mereka
memanfaatkan dengan cara terbaik makanan yang mereka makan. Misalnya, seekor
bayi bangau menggunakan 2,2 lbs (1 kg) dari massa tubuhnya untuk setiap 6,6 lbs
(3 kg) makanan. Pada hewan menyusui dengan pilihan makanan yang serupa,
perbandingan ini adalah sekitar 2,2 lbs (1 kg) hingga 22 lbs (10 kg). Sistem
peredaran burung juga telah diciptakan selaras dengan kebutuhan energi tinggi
mereka. Jika jantung manusia berdetak 78 kali per menit, jumlah detakan adalah
460 untuk burung gereja dan 615 untuk burung murai. Begitu pula, peredaran
darah pada burung pun sangat cepat. Oksigen yang memasok seluruh sistem yang
bekerja cepat ini disediakan oleh paru-paru unggas khusus.
C. Sistem Reproduksi Pada Aves
Kelompok burung merupakan hewan
ovipar. Walaupun kelompok burung tidak memiliki alat kelamin luar, fertilisasi
tetap terjadi di dalam tubuh. Hal ini dilakukan dengan cara saling menempelkan
kloaka.
1. Sistem Genitalia Jantan.
a. Testis berjumlah sepasang,
berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah
ventral lobus penis bagian paling kranial. Pada musim kawin ukurannya membesar.
Di sinilah dibuat dan disimpan spermatozoa.
b. Saluran reproduksi. Tubulus
mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan
membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian
distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Dekat
glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula
yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan
dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen
tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka.
2. Sistem Genitalia Betina.
a. Ovarium. Selain pada burung elang,
ovarium aves yang berkembang hanya yang kiri, dan terletak di bagian dorsal
rongga abdomen.
b. Saluran reproduksi, oviduk yang
berkembang hanya yang sebelah kiri, bentuknya panjang, bergulung, dilekatkan
pada dinding tubuh oleh mesosilfing dan dibagi menjadi beberapa bagian; bagian
anterior adalah infundibulumyang punya bagian terbuka yang mengarah ke rongga
selom sebagai ostium yang dikelilingi oleh fimbre-fimbre. Di posteriornya
adalah magnum yang akan mensekresikan albumin, selanjutnya istmus yang
mensekresikan membrane sel telur dalam dan luar. Uterus atau shell gland untuk
menghasilkan cangkang kapur.
3. Proses Festilisasi
Pada burung betina hanya ada satu
ovarium, yaitu ovarium kiri. Ovarium kanan tidak tumbuh sempurna dan tetap
kecil yang disebut rudimenter. Ovarium dilekati oleh suatu corong penerima ovum
yang dilanjutkan oleh oviduk. Ujung oviduk membesar menjadi uterus yang
bermuara pada kloaka. Pada burung jantan terdapat sepasang testis yang
berhimpit dengan ureter dan bermuara di kloaka.
Fertilisasi akan berlangsung di daerah
ujung oviduk pada saat sperma masuk ke dalam oviduk. Ovum yang telah dibuahi
akan bergerak mendekati kloaka. Saat perjalanan menuju kloaka di daerah oviduk,
ovum yang telah dibuahi sperma akan dikelilingi oleh materi cangkang berupa zat
kapur.
Telur dapat menetas apabila dierami
oleh induknya. Suhu tubuh induk akan membantu pertumbuhan embrio menjadi anak
burung. Anak burung menetas dengan memecah kulit telur dengan menggunakan
paruhnya. Anak burung yang baru menetas masih tertutup matanya dan belum dapat
mencari makan sendiri, serta perlu dibesarkan dalam sarang.
D. Sistem Peredaran Darah Pada Aves
Alat-alat transportasi pada burung
merpati terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri atas empat
ruang yaitu serambi kiri, serambi kanan, bilik kiri dan bilik kanan. Darah yang
banyak mengandung oksigen yang berasal dari paru-paru tidak bercampur dengan
darah yang banyak mengandung karbondioksida yang berasal dari seluruh tubuh.
Peredaran darah burung merupakan peredaran darah ganda yang terdiri atas
peredaran darah kecil dan peredaran darah besar.
E. Pengaturan Suhu Tubuh Pada Aves
Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi),
pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis.
Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin (cold-blood animals)
dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka
menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas
utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari
lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung
berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah
anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah
hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini
lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.
Dalam pengaturan suhu tubuh, hewan
harus mengatur panas yang diterima atau yang hilang ke lingkungan. Mekanisme
perubahan panas tubuh hewan dapat terjadi dengan 4 proses, yaitu konduksi,
konveksi, radiasi, dan evaporasi. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya
gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh. Radiasi adalah emisi dari
energi elektromagnet. Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak
kontak langsung. Sebagai contoh, radiasi sinar matahari. Evaporasi proses
kehilangan panas dari permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi
terhadap perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia
dan burung akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon
yang terlibat di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm
(misal pada lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok
dalam sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan
panas di dalam sarangnya.
0 komentar :
Posting Komentar