Jumat, 28 Desember 2012

FUNGI (JAMUR)

     Pada musim hujan atau ketika keadaan udara lembab kita sering menjumpai di sekitar kita organisme seperti tumbuhan kecil yang biasanya berbentuk payung yang memiliki warna hitam, putih kelabu atau warna lainnya, organisme ini disebut fungi atau jamur. Para ilmuan memperkirakan terdapat sekitar 100 ribu spesies fungi yang tersebar di seluruh dunia.


1.  Ciri-ciri Jamur

    Fungi merupakan organisme eukariotik dengan dinding sel yang mengandung kitin. Fungi tidak memiliki klorofil sehingga bersifat heterotrof. Sebagian besar fungi bersifat multiseluler (bersel banyak) yang berukuran mulai dari yang berukuran mikroskopik sampai yang berukuran makroskopik. Fungi uniseluler memiliki berbagai bentuk seperti payung, bola, dan kancing sedangkan fungi multiseluler berupa talus yang tersusun atas hifa, hifa ada yang memiliki sekat dan ada yang tidak bersekat yang disebut hifa soenositik. Hifa memiliki struktur yang bercabang-cabang ini membentuk miselium. Miselium terbagi menjadi dua yaitu miselium vegetatif yang berfungsi untuk menyerap makanan dan miselium generatif yaitu miselium yang biasanya berdefrensiasi membentuk alat reproduksi yang dapat menghasilkan spora.
    Fungi menyerap zat organik dari lingkungannya melalui hifa dan miseliumnya, sebelum diserap zat organik diurai terlebih dahulu dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh jamur, pencernaan ini disebut pencernaan ekstraseluler. Cara fungi memperoleh makanan dapat bersifat parasit, saprofit, dan mutual.
-  Parasit yaitu cara fungi memperoleh makanan berupa zat organik dari inangnya,  hal ini dapat merugikan organisme inangnya karena dapat menyebabkan penyakit.
-  Saprofit, yaitu mendapatkan makanan dari sisa-sisa organisme yang telah mati seperti daun, ranting dan serasah.
-  Mutual/simbiosis, yaitu saling menguntungkan dengan organisme lainnya.
    Fungi memiliki habitat yang bersifat kosmopolit (mudah hidup di berbagai tempat) seperti di tempat lembab, hidup pada organisme lain, di sisa organisme mati seperti bangkai dan tempat-tempat lain. Fungi juga dapat hidup di tempat-tempat ekstrim seperti di lingkungan yang berasam, lingkungan dengan konsentrasi gula tinggi, dan tempat dengan pH rendah. Fungi dapat pula dijumpai di gurun, di laut (hidup bersimbiosis dengan organisme laut), gunung bersalju, kutub dan sebagainya. 
    Reproduksi pada fungi berlangsung secara seksual dan aseksual. Secara seksual melalui kontak gametangium yang mengakibatkan terjadinya singami (penyatuan sel dari dua individu). Singami terjadi dalam dua tahap yaitu plasmogami (penyatuan plasma sel) dan tahap kariogami (penyatuan inti sel) yang menghasilkan hifa dikarion (hifa berinti dua) yang haploid (n) dan setelah itu mengalami penyatuan inti yang membentuk monokarion yang diploid (2n), lalu membelah secara meiosis membentuk spora seksual yang haploid (n) berupa zigospora, askospora, dan basidiospora.
    Reproduksi secara aseksual terjadi dengan pembentukan kuncup dan fragmentasi (pemutusan benang hifa) ini terjadi pada fungi uniseluler sedangkan pada fungi multiseluler dengan cara pembentukan spora.

2.  Klasifikasi Jamur

    Berdasarkan struktur hifa serta struktrur penghasil sporanya, fungi dibagi menjadi empat divisi yaitu Zygomycotina, Ascomycotina, Basidiomycotina, dan Deuteromycotina.

a.  Zygomycotina
    Zygomycotina memiliki habitat di tempat-tempat lembab. Fungi jenis ini hidup sebagai saprofit atau sebagai parasit serta mempunyai rhizoid yang digunakan untuk melekat pada substrat. Zygomycotina memiliki hifa yang bercabang-cabang dan tidak bersekat (soenositik) dengan dinding sel yang tersusun atas zat kitin. Ada tiga tipe hifa yaitu:
-  Stolon, yaitu hifa yang menghubungkan dua kumpulan sporangium.
-  Rhizoid, yaitu hifa yang menembus substrat untukmenyerap makanan.
-  Sporangiofor, yaitu hifa pendukung sporangium.
    Reproduksi pada zygomycotina yaitu secara seksual dan aseksual. Secara seksual yaitu menggunakan spora vegetatif dan dengan fragmentasi. Pada pembentukan spora vegetatif beberapa hifa akan tumbuh ke atas dengan ujung yang menggembung dan membentuk sporangium, yang merupakan struktur penghasil spora vegetatif, sporangium yang telah masak kemudian pecah dan tersebar ke tempat yang cocok dan akan tumbuh menjadi miselium baru.
    Reproduksi aseksual pada zygomycotina yaitu dengan pembentukan zigospora. Dimana awalnya hifa jantan (+) dan hifa betina (-) yang masing-masing mengandung banyak inti haploid saling berdekatan membentuk gametangium (cabang hifa), setelah itu dinding gametangium kemudian pecah dan terjadi penyatuan plasma sel (plasmogami) yang diikuti dengan kariogami, yaitu bertemunya inti haploid jantan dan betina sehingga terjadi peleburan yang membentuk zigot.
    Pada proses selanjutnya zigot membentuk kotak spora (zigosporangium) dan sporanya disebut zigospora. Zigospora kemudian akan tumbuh menjadi hifa selama masa dormansi. Zigospora kemudian mengalami penebalan dinding sel untuk bertahan pada kondisi kering selama berbulan-bulan, dan jika kondisi lingkungan memungkinkan zigospora akan tumbuh dan membentuk sporangium yang ketika masak dindingnya akan robek sehingga spora dapat tersebar.
    Terdapat berbagai contoh organisme zygomycotina dan memiliki peranan dalam kehidupan, diantaranya adalah:
1.  Rhizopus stolonifer, merupakan fungi yang tumbuh pada roti basi.
2.  Rhizopus oligosporus dan Rhizopus oryzae adalah fungi yang membantu pembuatan tempe.
3.  Rhizopus nigricans, menghasilkan asam fumarat pada tomat.
4.  Murcor mucedo, hidup sebagai saprofit pada tumbuhan dan hewan, seperti pada kotoran hewan an roti busuk.
5.  Murcor javanicus, berperan dalam pembuatan tapai.
6.  Mucor hiemalis, berperan dalam fermentasi susu kedelai.
7.  Pilobus, hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi.
8.  Beauveria bassiana, sebagai parasit pada wereng.
9.  Metarrshisium anisopliae, berperan dalam pengendalian kumbang kolorado.

b.  Ascomycotina
    Struktur tubuh sebagian organisme ascomycotina adalah multiseluler (bersel banyak) yang membentuk badan buah, contohnya adalah Nectria. Sedangkan sebagian lagi bersifat uniseluler (bersel satu) seperti saccharomyces. Ascomycotina hidup sebagai saprofit, parasit, dan juga bersimbiosis. Struktur hifanya bersekat melintang atau bercabang dan memiliki inti banyak, sedangkan dinding selnya mengandung zat kitin.
    Ascomycotina menghasikan spora dalam askus (askospora) yang biasanya berjumlah delapan, kumpulan-kumpulan askus membentuk suatu struktur yang disebut askokarp. Beberapa bentuk askokarp antara lain :

1)  Askus tanpa askokarp, yaitu kelompok fungi yang tidak membentuk askokarp, sel fungi tunggalnya berfungsi sebagai askus, contoh Saccharomycces dan candida.
2)  Askus dengan askokarp berbentuk bola, contoh penicilium.
3)  Askus dengan askokarp berbentuk botol berleher dan memiliki ostiolum yaitu lubang untuk melepas askus dan askospora (peritesium). Contoh : Neurospora crassa.
4)  Askus dengan askokarp berbentuk mangkuk/cawan (apotesium) contoh : Ascobolus.
    Reproduksi aseksual pada ascomycotina uniseluler adalah dengan membentuk tunas (blastophora) yang diawali dengan dinding yang menonjol keluar dan membentuk tunas kecil. Nukleus dalam sel induk membelah dan salah satu bergerak ke dalam sel tunas yang akan memisahkan diri dari sel induk dan membentuk individu baru. Tapi kadang-kadang tunas akan tetap melekat dan membentuk rantai sel yang disebut hifa semu (pseudohifa).
    Reproduksi aseksual pada Ascomycotina multiseluler terjadi dengan fragmentasi miselium dan pembentukan konidia. Konidia adalah spora aseksual yang terbentuk pada ujung konidiofor.
    Reproduksi seksual pada ascomycotina uniseluler adalah dengan cara konjugasi yang menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi askus, selanjutnya askus mengalami pembelahan meiosis sehingga dihasilkan empat sel askospora. Sedangkan reproduksi seksual pada ascomycotina multiseluler yaitu pertama kali askospora tumbuh menjadi benang hifa, hifa kemudian membentuk miselium yang ujungnya berubah fungsi menjadi askogonium dan anteridium yang saling berpasangan, selanjutnya terjadi pembelahan mitosis membentuk hifa (2n) yang ketika dewasa membentuk askus. Inti askus kemudian membelah lagi sehingga membentuk askospora. Askospora ini yang kemudian akan tersebar dan jatuh di suatu tempat dan akan tumbuh menjadi individu baru.
    Ascomycotina memiliki peranan yang beragam dalam kehidupan manusia baik itu menguntungkan maupun merugikan, adapun beberapa jenis ascomycotina dan peranannya diantaranya adalah :
1)  Saccharomyces cerevisiae untuk pembuatan tape, bir, wine, dan roti.
2)  Saccharomyces ovale untuk pembuatan tape
3)  Penicillium notatum, penghasil antibiotik pinisilin
4)  Penicillium islandium merusak beras
5)  Aspergillus flavus menghasilkan alfatoksin
6)  Trichoderma resei menghasilkan enzim selulase (enzim pengurai selulosa)
7)  Aspergillus wentii untuk pembuatan kecap
8)  Ascobolus scatigenus, saprofit pada kotoran sapi
9)  Claviseps purpurea menghasilkan bahan obat-obatan.
10) Neurospora crassa dimanfaatkan dalam pembuatan oncom merah dari ampas tahu.
11)  Fusarium adalah parasit pada tebu, padi, tomat, dan kentang
12)  Nectria cinabarina adalah parasit pada kayu manis
     Selain itu masih banyak lagi organisme fungi ascomycotina yang terdapat di alam dan memiliki peranan yang beragam.

c.  Basidiomycotina
    Basidiomycotina kebanyakan bersifat saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup dan ada yang bersifat parasit pada tumbuhan dan manusia. Hifa basidiomycotina bersekat melintang, hifa vegetatifnya mempunyai satu inti (n) dan hifa generatif mempunyai dua inti (2n).
    Badan buah basidiomycotina disebut basidiokarp yang menjadi tempat pembentukan basidium. Basidiokarp memiliki berbagai bentuk seperti payung, kuping, atau setengah lingkaran. Struktur tubuhnya kebanyakan multiseluler dan berukuran makroskopis, pada umumnya tubuh buahnya memiliki bagian-bagian antara lain stipe (tangkai tubuh buah), pileus (tudung), volva, dan lamella (bilah).
    Pada basidiomycotina terdapat 3 macam miselium yaitu miselium primer (miselium berinti satu hasil pertumbuhan basidiospora), miselium sekunder (miselium yang sel-selnya berinti dua), dan miselium tertier.
    Reproduksi basidiomycotina adalah secara aseksual dan seksual. Secara aseksual yaitu dengan membentuk spora vegetatif berupa konidia atau dengan fragmentasi, sedangkan secara seksual dengan membentuk basidiospora yang prosesnya diawali dari hifa (+) dan hifa (-) saling mendekat dan terjadi plasmogami (peleburan dinding sel) sehingga terbentuk hifa dengan dua inti haploid berpasangan (dikariotik), hifa ini kemudian berkembang menjadi miselium sekunder, ujung miselium dikariotik berkembang menjadi basidium. Dua inti haploid dalam basidium kemudian bersatu menjadi 2n (kariogami). Selain itu terbentuk beberapa tonjolan pada ujung basidium (sterigma). Setelah itu inti 2n membelah secara meiosis menghasilkan 4 inti haploid dan bergerak menuju sterigma dan membentuk basidiospora yang akan tumbuh menjadi hifa bersekat (n).

d.  Deuteromycotina
    Deuteromycotina jarang membentuk tubuh buah dan memiliki ukuran mikroskopis, hifanya bersekat dan dinding selnya terdiri dari zat kitin. Deuteromycotina kebanyakan hidup sebagai saprofit dan parasit.
    Reproduksi seksual Deuteromycotina belum diketahui sehingga tidak dapat dikelompokan dalam klasifikasi yang lain seperti Ascomycotina atau Basidiomycotina. Oleh karena itu, fungi jenis ini juga disebut sebagai fungi imperfecti (fungi tidak sempurna). Reproduksi aseksual jamur jenis ini dengan cara membentuk konidia, blastophora (membentuk tunas), dan Arthrospora (membentuk spora dengan menggunakan hifa)
    Deuteromycotina memiliki banyak peranan dalam kehidupan manusia, walaupun kebanyakan bersifat merugikan. Beberapa jenis deuteromycotina dan peranannya antara lain:
1)  Tinea versicolor penyebab panu pada manusia
2)  Trichophyton menyebabkan penyakit kulit pada manusia
3)  Epidermophyton penyebab penyakit kurap
4)  Helminthosprium oryzae sebagai parasit pada padi.
5)  Sclerotium rolfsii sebagai parasit pada bawang merah.
     Selain itu masih banyak fungi jenis deuteromycotina yang memiliki peranannya masing-masing.

3.  Simbiosis Fungi

    Fungi dapat bersimbiosis dengan organisme lain seperti tumbuhan tingkat tinggi. Simbosis fungi dengan organisme lain adalah dengan mikoriza, selain itu, terdapat pula simbiosis lichenes atau dikenal juga dengan lumut kerak.

a.  Mikoriza
    Mikoriza adalah fungi yang bersimbiosis dengan akar tumbuhan. Biasanya  simbiosis ini bersifat saling menguntungkan, yaitu fungi memperoleh zat organik dan tumbuhan memperoleh air dan unsur hara. Beberapa fungi jenis Zygomycotina, Ascomycotina, dan Basidiomycotina dapat bersimbiosis dengan akar tumbuhan, contohnya seperti pada tumbuhan pinus. Mikoriza dibedakan menjadi dua yaitu:
1)  Ektomikoriza, hifa fungi hanya hidup pada jaringan epidermis akar tumbuhan,misalnya mikoriza yang hidup di akar pinus.
2)  Endomikoriza, hifa pada fungi mampu menembus masuk sampai ke jaringan korteks akar, seperti mikoriza yang hidup pada akar tanaman anggrek.

b.  Lichenes
    Lichenes juga disebut dengan lumut kerak. Lichenes merupakan simbiosis mutualisme antara fungi dengan algae. Ada beberapa organisme fotosintetik yang terlibat seperti Cyanobacteria atau Algae hijau uniseluler, dimana struktur tubuh Lichenes berbentuk talus dengan bagian luar berupa miselium dan bagian dalam tersusun atas hifa. Di antara miselium dan hifa jamur terdapat sel-sel Algae. Adapun pembagiannya yaitu:
1)  Bagian dari Algae disebut phicobiont yaitu dari divisi Cyanophyta dan Chlorophyta.
2)  Bagian Fungi disebut mycobiont yaitu dari divisi Ascomycotina dan Basidiomycotina.
    Dalam simbiosis ini kedua organisme ini memperoleh keuntungan, fungi memperoleh bahan organik dari Algae dan sebaliknya Algae memperoleh air dan mineral dari fungi, sedangkan hifa fungi berperan mempertahankan kelembapan lingkungan. Lichenes memiliki habitat yang beragam seperti melekat di bebatuan,  melekat di batang pohon, atau terdapat juga di tempat-tempat lembap yang lain.
    Reproduksi seksual pada lichenes terjadi sesui dengan divisi fungi dan alga.Jika askospora atau basidiospora bertemu dengan Algae, akan terbentuk Lichenes baru. Sedangkan pada reproduksi aseksualnya dengan cara fragmentasi. Setelah terjadi fragmentasi, terbentuklah soredia yang merupakan sel alga yang diselubungi oleh hifa atau miselium jamur. Soredia kemudian membentuk tepung soredia. Tepung soredia inilah yang akan membentuk lichenes baru.
    Ada tiga macam Lichenes berdasarkan bentuk talusnya.
1)  Krustose (seperti kerak) yang tumbuh melekat pada substrat.
2)  Foliosa (seperti daun) yang tumbuh rapat pada substrat bahkan di dalam permukaannya.
3)  Fruktikosa (seperti rumpun) yang berbentuk rumpun tegak.
    Terdapat berbagai contoh lichenes dan peranannya bagi manusia seperti Cladonia rengiferina sebagai makanan hewan, dan Cetraria islandica yang digunakan sebagai bahan obat-obatan.




Cat : Dilarang copas artikel blog tanpa sepengetahuan pemilik blog ini.

0 komentar :

Template by : kendhin x-template.blogspot.com