Pada musim hujan atau ketika keadaan udara
lembab kita sering menjumpai di sekitar kita organisme seperti tumbuhan kecil
yang biasanya berbentuk payung yang memiliki warna hitam, putih kelabu atau
warna lainnya, organisme ini disebut fungi atau jamur. Para ilmuan
memperkirakan terdapat sekitar 100 ribu spesies fungi yang tersebar di seluruh
dunia.
1.
Ciri-ciri Jamur
Fungi merupakan organisme eukariotik dengan
dinding sel yang mengandung kitin. Fungi tidak memiliki klorofil sehingga
bersifat heterotrof. Sebagian besar
fungi bersifat multiseluler (bersel
banyak) yang berukuran mulai dari yang berukuran mikroskopik sampai yang
berukuran makroskopik. Fungi uniseluler memiliki berbagai bentuk seperti
payung, bola, dan kancing sedangkan fungi multiseluler berupa talus yang
tersusun atas hifa, hifa ada yang
memiliki sekat dan ada yang tidak bersekat yang disebut hifa soenositik. Hifa memiliki struktur yang bercabang-cabang ini
membentuk miselium. Miselium terbagi
menjadi dua yaitu miselium vegetatif yang berfungsi untuk menyerap makanan dan
miselium generatif yaitu miselium yang biasanya berdefrensiasi membentuk alat
reproduksi yang dapat menghasilkan spora.
Fungi menyerap zat organik dari
lingkungannya melalui hifa dan miseliumnya, sebelum diserap zat organik diurai
terlebih dahulu dengan bantuan enzim yang dikeluarkan oleh jamur, pencernaan
ini disebut pencernaan ekstraseluler. Cara fungi memperoleh makanan dapat
bersifat parasit, saprofit, dan mutual.
- Parasit
yaitu cara fungi memperoleh makanan berupa zat organik dari inangnya, hal ini dapat merugikan organisme inangnya
karena dapat menyebabkan penyakit.
- Saprofit,
yaitu mendapatkan makanan dari sisa-sisa organisme yang telah mati seperti
daun, ranting dan serasah.
- Mutual/simbiosis,
yaitu saling menguntungkan dengan organisme lainnya.
Fungi memiliki habitat yang bersifat
kosmopolit (mudah hidup di berbagai tempat) seperti di tempat lembab, hidup
pada organisme lain, di sisa organisme mati seperti bangkai dan tempat-tempat
lain. Fungi juga dapat hidup di tempat-tempat ekstrim seperti di lingkungan
yang berasam, lingkungan dengan konsentrasi gula tinggi, dan tempat dengan pH
rendah. Fungi dapat pula dijumpai di gurun, di laut (hidup bersimbiosis dengan organisme
laut), gunung bersalju, kutub dan sebagainya.
Reproduksi pada fungi berlangsung secara
seksual dan aseksual. Secara seksual melalui kontak gametangium yang mengakibatkan terjadinya singami (penyatuan sel dari dua individu). Singami terjadi dalam
dua tahap yaitu plasmogami (penyatuan
plasma sel) dan tahap kariogami
(penyatuan inti sel) yang menghasilkan hifa
dikarion (hifa berinti dua) yang haploid (n) dan setelah itu mengalami
penyatuan inti yang membentuk monokarion yang diploid (2n), lalu membelah
secara meiosis membentuk spora seksual yang haploid (n) berupa zigospora,
askospora, dan basidiospora.
Reproduksi secara aseksual terjadi dengan
pembentukan kuncup dan fragmentasi (pemutusan
benang hifa) ini terjadi pada fungi uniseluler sedangkan pada fungi
multiseluler dengan cara pembentukan
spora.
2.
Klasifikasi Jamur
Berdasarkan struktur hifa serta struktrur
penghasil sporanya, fungi dibagi menjadi empat divisi yaitu Zygomycotina,
Ascomycotina, Basidiomycotina, dan Deuteromycotina.
a.
Zygomycotina
Zygomycotina memiliki habitat di tempat-tempat lembab.
Fungi jenis ini hidup sebagai saprofit atau sebagai parasit serta mempunyai rhizoid yang digunakan untuk melekat
pada substrat. Zygomycotina memiliki hifa yang bercabang-cabang dan tidak
bersekat (soenositik) dengan dinding sel yang tersusun atas zat kitin. Ada tiga tipe hifa yaitu:
- Stolon, yaitu hifa yang menghubungkan dua
kumpulan sporangium.
- Rhizoid, yaitu hifa yang menembus substrat
untukmenyerap makanan.
- Sporangiofor, yaitu hifa pendukung sporangium.
Reproduksi pada zygomycotina yaitu secara
seksual dan aseksual. Secara seksual yaitu menggunakan spora vegetatif dan
dengan fragmentasi. Pada pembentukan spora vegetatif beberapa hifa akan tumbuh
ke atas dengan ujung yang menggembung dan membentuk sporangium, yang merupakan
struktur penghasil spora vegetatif, sporangium yang telah masak kemudian pecah
dan tersebar ke tempat yang cocok dan akan tumbuh menjadi miselium baru.
Reproduksi aseksual pada zygomycotina yaitu
dengan pembentukan zigospora. Dimana
awalnya hifa jantan (+) dan hifa betina (-) yang masing-masing mengandung
banyak inti haploid saling berdekatan membentuk gametangium (cabang hifa),
setelah itu dinding gametangium kemudian pecah dan terjadi penyatuan plasma sel
(plasmogami) yang diikuti dengan kariogami, yaitu bertemunya inti haploid
jantan dan betina sehingga terjadi peleburan yang membentuk zigot.
Pada proses selanjutnya zigot membentuk
kotak spora (zigosporangium) dan sporanya disebut zigospora. Zigospora kemudian
akan tumbuh menjadi hifa selama masa dormansi. Zigospora kemudian mengalami
penebalan dinding sel untuk bertahan pada kondisi kering selama berbulan-bulan,
dan jika kondisi lingkungan memungkinkan zigospora akan tumbuh dan membentuk
sporangium yang ketika masak dindingnya akan robek sehingga spora dapat
tersebar.
Terdapat berbagai contoh organisme
zygomycotina dan memiliki peranan dalam kehidupan, diantaranya adalah:
1. Rhizopus
stolonifer, merupakan fungi yang tumbuh pada roti basi.
2. Rhizopus
oligosporus dan Rhizopus oryzae
adalah fungi yang membantu pembuatan tempe.
3. Rhizopus
nigricans, menghasilkan asam fumarat pada tomat.
4. Murcor
mucedo, hidup sebagai saprofit pada tumbuhan dan hewan, seperti pada
kotoran hewan an roti busuk.
5. Murcor
javanicus, berperan dalam pembuatan tapai.
6. Mucor
hiemalis, berperan dalam fermentasi susu kedelai.
7. Pilobus,
hidup pada kotoran hewan yang telah terdekomposisi.
8. Beauveria
bassiana, sebagai parasit pada wereng.
9. Metarrshisium
anisopliae, berperan dalam pengendalian kumbang kolorado.
b.
Ascomycotina
Struktur tubuh sebagian organisme ascomycotina adalah
multiseluler (bersel banyak) yang membentuk badan buah, contohnya adalah Nectria. Sedangkan sebagian lagi
bersifat uniseluler (bersel satu) seperti saccharomyces.
Ascomycotina hidup sebagai saprofit, parasit, dan juga bersimbiosis. Struktur
hifanya bersekat melintang atau bercabang dan memiliki inti banyak, sedangkan
dinding selnya mengandung zat kitin.
Ascomycotina menghasikan spora dalam askus
(askospora) yang biasanya berjumlah delapan, kumpulan-kumpulan askus membentuk
suatu struktur yang disebut askokarp.
Beberapa bentuk askokarp antara lain :
1) Askus tanpa askokarp, yaitu kelompok fungi
yang tidak membentuk askokarp, sel fungi tunggalnya berfungsi sebagai askus,
contoh Saccharomycces dan candida.
2) Askus dengan askokarp berbentuk bola, contoh
penicilium.
3) Askus dengan askokarp berbentuk botol
berleher dan memiliki ostiolum yaitu lubang untuk melepas askus dan askospora
(peritesium). Contoh : Neurospora crassa.
4) Askus dengan askokarp berbentuk mangkuk/cawan
(apotesium) contoh : Ascobolus.
Reproduksi aseksual pada ascomycotina
uniseluler adalah dengan membentuk tunas (blastophora)
yang diawali dengan dinding yang menonjol keluar dan membentuk tunas kecil.
Nukleus dalam sel induk membelah dan salah satu bergerak ke dalam sel tunas
yang akan memisahkan diri dari sel induk dan membentuk individu baru. Tapi
kadang-kadang tunas akan tetap melekat dan membentuk rantai sel yang disebut hifa semu (pseudohifa).
Reproduksi aseksual pada Ascomycotina
multiseluler terjadi dengan fragmentasi miselium dan pembentukan konidia. Konidia adalah spora aseksual
yang terbentuk pada ujung konidiofor.
Reproduksi seksual pada ascomycotina
uniseluler adalah dengan cara konjugasi
yang menghasilkan zigot yang tumbuh menjadi askus, selanjutnya askus mengalami
pembelahan meiosis sehingga dihasilkan empat sel askospora. Sedangkan
reproduksi seksual pada ascomycotina multiseluler yaitu pertama kali askospora
tumbuh menjadi benang hifa, hifa kemudian membentuk miselium yang ujungnya
berubah fungsi menjadi askogonium dan anteridium yang saling berpasangan,
selanjutnya terjadi pembelahan mitosis membentuk hifa (2n) yang ketika dewasa
membentuk askus. Inti askus kemudian membelah lagi sehingga membentuk askospora. Askospora ini yang kemudian
akan tersebar dan jatuh di suatu tempat dan akan tumbuh menjadi individu baru.
Ascomycotina memiliki peranan yang beragam
dalam kehidupan manusia baik itu menguntungkan maupun merugikan, adapun
beberapa jenis ascomycotina dan peranannya diantaranya adalah :
1) Saccharomyces
cerevisiae untuk pembuatan tape, bir, wine, dan roti.
2) Saccharomyces
ovale untuk pembuatan tape
3) Penicillium
notatum, penghasil antibiotik pinisilin
4) Penicillium
islandium merusak beras
5) Aspergillus
flavus menghasilkan alfatoksin
6) Trichoderma
resei menghasilkan enzim selulase (enzim pengurai selulosa)
7) Aspergillus
wentii untuk pembuatan kecap
8) Ascobolus
scatigenus, saprofit pada kotoran sapi
9) Claviseps
purpurea menghasilkan bahan obat-obatan.
10) Neurospora crassa dimanfaatkan dalam
pembuatan oncom merah dari ampas tahu.
11) Fusarium
adalah parasit pada tebu, padi, tomat, dan kentang
12) Nectria
cinabarina adalah parasit pada kayu manis
Selain itu masih banyak lagi organisme
fungi ascomycotina yang terdapat di alam dan memiliki peranan yang beragam.
c.
Basidiomycotina
Basidiomycotina kebanyakan bersifat
saprofit pada sisa-sisa makhluk hidup dan ada yang bersifat parasit pada
tumbuhan dan manusia. Hifa basidiomycotina bersekat melintang, hifa
vegetatifnya mempunyai satu inti (n) dan hifa generatif mempunyai dua inti
(2n).
Badan buah basidiomycotina disebut basidiokarp yang menjadi tempat
pembentukan basidium. Basidiokarp
memiliki berbagai bentuk seperti payung, kuping, atau setengah lingkaran.
Struktur tubuhnya kebanyakan multiseluler dan berukuran makroskopis, pada
umumnya tubuh buahnya memiliki bagian-bagian antara lain stipe (tangkai tubuh
buah), pileus (tudung), volva, dan lamella (bilah).
Pada basidiomycotina terdapat 3 macam
miselium yaitu miselium primer (miselium berinti satu hasil pertumbuhan
basidiospora), miselium sekunder (miselium yang sel-selnya berinti dua), dan
miselium tertier.
Reproduksi basidiomycotina adalah secara
aseksual dan seksual. Secara aseksual yaitu dengan membentuk spora vegetatif
berupa konidia atau dengan
fragmentasi, sedangkan secara seksual dengan membentuk basidiospora yang prosesnya diawali dari hifa (+) dan hifa (-)
saling mendekat dan terjadi plasmogami (peleburan dinding sel) sehingga
terbentuk hifa dengan dua inti haploid berpasangan (dikariotik), hifa ini
kemudian berkembang menjadi miselium sekunder, ujung miselium dikariotik
berkembang menjadi basidium. Dua inti haploid dalam basidium kemudian bersatu
menjadi 2n (kariogami). Selain itu terbentuk beberapa tonjolan pada ujung
basidium (sterigma). Setelah itu inti 2n membelah secara meiosis menghasilkan 4
inti haploid dan bergerak menuju sterigma dan membentuk basidiospora yang akan
tumbuh menjadi hifa bersekat (n).
d.
Deuteromycotina
Deuteromycotina jarang membentuk tubuh buah
dan memiliki ukuran mikroskopis, hifanya bersekat dan dinding selnya terdiri
dari zat kitin. Deuteromycotina kebanyakan hidup sebagai saprofit dan parasit.
Reproduksi seksual Deuteromycotina belum
diketahui sehingga tidak dapat dikelompokan dalam klasifikasi yang lain seperti
Ascomycotina atau Basidiomycotina. Oleh karena itu, fungi jenis ini juga disebut
sebagai fungi imperfecti (fungi tidak sempurna). Reproduksi aseksual jamur jenis
ini dengan cara membentuk konidia, blastophora (membentuk tunas), dan
Arthrospora (membentuk spora dengan menggunakan hifa)
Deuteromycotina memiliki banyak peranan
dalam kehidupan manusia, walaupun kebanyakan bersifat merugikan. Beberapa jenis
deuteromycotina dan peranannya antara lain:
1) Tinea
versicolor penyebab panu pada manusia
2) Trichophyton
menyebabkan penyakit kulit pada manusia
3) Epidermophyton
penyebab penyakit kurap
4) Helminthosprium
oryzae sebagai parasit pada padi.
5) Sclerotium
rolfsii sebagai parasit pada bawang merah.
Selain itu masih banyak fungi jenis
deuteromycotina yang memiliki peranannya masing-masing.
3.
Simbiosis Fungi
Fungi dapat bersimbiosis dengan organisme
lain seperti tumbuhan tingkat tinggi. Simbosis fungi dengan organisme lain
adalah dengan mikoriza, selain itu,
terdapat pula simbiosis lichenes atau
dikenal juga dengan lumut kerak.
a.
Mikoriza
Mikoriza adalah fungi yang bersimbiosis
dengan akar tumbuhan. Biasanya simbiosis
ini bersifat saling menguntungkan, yaitu fungi memperoleh zat organik dan
tumbuhan memperoleh air dan unsur hara. Beberapa fungi jenis Zygomycotina,
Ascomycotina, dan Basidiomycotina dapat bersimbiosis dengan akar tumbuhan,
contohnya seperti pada tumbuhan pinus. Mikoriza dibedakan menjadi dua yaitu:
1) Ektomikoriza,
hifa fungi hanya hidup pada jaringan epidermis akar tumbuhan,misalnya mikoriza
yang hidup di akar pinus.
2) Endomikoriza,
hifa pada fungi mampu menembus masuk sampai ke jaringan korteks akar, seperti
mikoriza yang hidup pada akar tanaman anggrek.
b.
Lichenes
Lichenes juga disebut dengan lumut kerak. Lichenes
merupakan simbiosis mutualisme antara fungi dengan algae. Ada beberapa
organisme fotosintetik yang terlibat seperti Cyanobacteria atau Algae hijau
uniseluler, dimana struktur tubuh Lichenes berbentuk talus dengan bagian luar
berupa miselium dan bagian dalam tersusun atas hifa. Di antara miselium dan hifa
jamur terdapat sel-sel Algae. Adapun pembagiannya yaitu:
1) Bagian dari Algae disebut phicobiont yaitu
dari divisi Cyanophyta dan Chlorophyta.
2) Bagian Fungi disebut mycobiont yaitu dari
divisi Ascomycotina dan Basidiomycotina.
Dalam simbiosis ini kedua organisme ini
memperoleh keuntungan, fungi memperoleh bahan organik dari Algae dan sebaliknya
Algae memperoleh air dan mineral dari fungi, sedangkan hifa fungi berperan
mempertahankan kelembapan lingkungan. Lichenes memiliki habitat yang beragam
seperti melekat di bebatuan, melekat di
batang pohon, atau terdapat juga di tempat-tempat lembap yang lain.
Reproduksi seksual pada lichenes terjadi
sesui dengan divisi fungi dan alga.Jika askospora atau basidiospora bertemu
dengan Algae, akan terbentuk Lichenes baru. Sedangkan pada reproduksi
aseksualnya dengan cara fragmentasi. Setelah terjadi fragmentasi, terbentuklah soredia yang merupakan sel alga yang
diselubungi oleh hifa atau miselium jamur. Soredia kemudian membentuk tepung soredia. Tepung soredia inilah yang
akan membentuk lichenes baru.
Ada tiga macam Lichenes berdasarkan bentuk
talusnya.
1) Krustose
(seperti kerak) yang tumbuh melekat pada substrat.
2) Foliosa
(seperti daun) yang tumbuh rapat pada substrat bahkan di dalam
permukaannya.
3) Fruktikosa
(seperti rumpun) yang berbentuk rumpun tegak.
Terdapat berbagai contoh lichenes dan
peranannya bagi manusia seperti Cladonia
rengiferina sebagai makanan hewan, dan Cetraria
islandica yang digunakan sebagai bahan obat-obatan.
Cat : Dilarang copas
artikel blog tanpa sepengetahuan pemilik blog ini.
0 komentar :
Posting Komentar