Euglenophyta berasal dari kata “eu” yang berarti sungguh-sungguh, dan “glenos” yang berarti mata. Filum
Euglenophyta merupakan organisme uniseluler yang memperlihatkan ciri seperti
tumbuhan sekaligus seperti hewan. Euglenophyta dianggap mirip tumbuhan karena
mempunyai klorofil dan dapat berfotosintesis. Selain klorofil, Euglenophyta
juga mempunyai karotenoid dan xantofil.
Euglenophyta dikatakan mirip hewan
karena selnya tidak mempunyai dinding, dapat berbentuk bebas, dan mempunyai
bintik mata.
Habitat
Divisi Euglenophyta terdiri hanya satu
kelas yaitu Euglenophyceae. Sebagian besar kelompok ini hidup di air tawar,
tetapi ada beberapa yang hidup di air laut, contohnya Eutreptia dan klepsiella.
Euglenophyceae terutama banyak hidup
di tempat yang banyak mengandung bahan organik, hidup bebas sebagai
zooplankton. Beberapa ada yang bersifat andozoik, contohnya Euglenomorpha
(hidup pada perut berudu Rana sp). (Saptasari,2007)
Secara umum mempunyai cara hidup yang
lengkap, yaitu dapat bersifat saprofit, holozoik, dan fototrofik. Oleh karena
itu, dapat hidup secara heterotrof dan autotrof. Tetapi yang lebih sering
dilakukan adalah secara heterotrof, autotrof dilakukan apabila lingkungan
kurang terdapat bahan organik. Oleh karena itu, Euglenophyceae sering disebut
bersifat miksotrof.
Susunan
tubuh
Pada umumnya susunan tubuh dari
kelompok ini adalah sel tunggal, tetapi ada juga yang hidup berkoloni contohnya
Colacium. Susunan tubuhnya dibatasi oleh perikel yang merupakan membran plasma
yang menebal, ada yang kaku contohnya Phacus dan ada yang lentur contohnya
Euglena dan Paranema. Pada yang bersifat lentur periplas juga sebagai alat
gerak, gerak periplas ini juga disebut dengan gerak euglenoid.
Organisme ini mempunyai tingkat
perkembangan lebih tinggi daripada Cyanophyta karena sudah mempunyai inti yang
tetap dan mempunyai khloroplast seperti pada tumbuhan tinggi. Karena itu
Euglena dapat melangsungkan fotosinthesis dan tumbuh seperti halnya pada
tumbuhan tinggi. Beberapa euglenoid berfotosintesis dan yang lain tidak.
Anggota-anggota yang berpigmen memiliki kloroplas yang berisi klorofil a dan b.
Hasil fotosintesis disimpan sebagai paramilon, sebuah polimer glukosa yang
berbentuk butiran dalam sitoplasma.
Dinding sel tidak dibungkus oleh
dinding selulosa, melainkan oleh perikel berprotein, yang berada didalam
plasmalema. Pada kebanyakan Euglenoid, perikel itu bersifat lentur sehingga
memungkinkan perubahan bentuk sel, tetapi pada beberapa jenis, perikel ini kaku
sehingga sel memiliki bentuk tetap, beberapa genus dari golongan ini dapat
membuat kista yang menutupi seluruh permukaan perairan dan berwarna hijau,
merah,kuning, atau warna campuran dari ketiganya.
Ujung anterior dari sel berupa
sitostoma, sel terbentuk dari ujung depan sel euglenoid melekuk kedalam
membentuk saluran yang ujung dalamnya meluas menjadi rongga membulat membentuk
reservoar. Saluran dan reservoar itu walaupun dianggap sebagai terusan tempat
partikel makanan padat masuk kedalam sel. dan dibawahnya berupa
“kerongkongan”/gullet. Pada beberapa jenis celah ini berguna untuk memasukkan
makanan berbentuk padat, tetapi pada beberapa jenis tidak demikian. Gullet
terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang membesar
berupa waduk (reservoir). Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil. Pada
genera tertentu pada gulletnya terdapat batang farink, terletak parallel dengan
panjang gullet, dan ujung bawahnya sampai setinggi dasar waduk atau memanjang
ke ujung posterior dari sel. Fungsi organ ini untuk menyokong sitostoma waktu
menelan makanan padat.
Flagella dari Euglena pangkalnya
tertanam pada dasar waduk dan keluar sepanjang sitofarinx dan sitostoma. Yang
mempunyai satu flagella, tumbuh ke muka. Genera yang mempunyai dua flagella,
flagellanya sama panjang dan tumbuh ke arah depan tetapi lebih banyak genera
yang flagellanya tidak sama panjang. Flagelanya mempunyai rumbai-rumbai
sepanjang batang (tipe tinsel).
Sistem pergerakan flagella pada
prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling. Pergerakan flagellum pada 1
atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau sentakan. Gelombang dari sistem
undulatori ini lewatnya dari dasar ke ujung dan langsung mengendalikan
organisme dalam arah yang berlawanan atau pergerakan gelombang lewat dari ujung
ke dasar dan ini gerakan sentakan organisme.
Sel mempunyai sebuah pigmen merah
menyerupai bintik mata. Pigmen merah ini merupakan astaxanthin yang hanya
dijumpai pada golongan Crustaceae gunanya untuk membedakan gelap dan terang .
Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakharida, jadi
bukan berupa amilum seperti pada tumbuhan tinggi atau glycogen seperti pada
binatang.
Euglenophyta dapat hidup secara
autotrof tetapi juga secara saprofit; tidak dapat hidup dalam medium yang hanya
mengandung garam-garam anorganik, tetapi akan cepat tumbuh bila dalam medium
ditambah dengan sejumlah asam amino. Beberapa jenis hidup secara obligat
saprofit sedang yang lain obligat autotrof, disamping ada yang hidup secara
holozoik yaitu dapat menangkap dan menelan mangsanya seperti pada binatang.
Hubungan antara Euglenophyta dengan
alga lainnya masih belum jelas. Melihat adanya persamaan dalam hal warnanya,
maka diduga ada persamaannya dengan Chlorophyta, tetapi organisasi protoplas
antara keduanya jauh berbeda. Dalam kenyataannya kelompok euglenoid ini
mempunyai persamaan dengan Chrysophyta, Dinoflagellata dan Volvox.
Reproduksi
a) Aseksual
Dengan pembelahan sel, baik waktu
sedang aktif bergerak atau dalam keadaan istirahat. Pada genera yang mempunyai
lorika (pembungkus sel) protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah
satu anak protoplast keluar dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang
yang satu tetap di dalam lorika lamanya dan tumbuh menjadi sel baru. Pada sel
yang bergerak aktif, pembelahan memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari
ujung anterior. Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula-mula
blepharoplast membelah menjadi dua, satu membawa flagelanya dan satu lagi akan
menghasilkan flagella baru.
Pada yang mempunyai dua flagella,
dapat terjadi salah satu sel anakan membawa dua flagel lamanya dan sel anakan
yang lain akan menghasilkan dua flagella baru atau dapat terjadi masing-masing
sel anakan membawa satu flagella dan kemudian masing-masing menghasilkan satu
flagella lagi. Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung
dalam keadaan dibungkus oleh selaput lendir. Kadang-kadang protoplast anakan
tidak keluar dari selaput pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus
seperti ini akan terbentuk koloni yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu
selnya akan bergerak aktif kembali. Pada banyak genera dijumpai bentuk berupa
siste berdinding tebal. Bentuk siste ada yang menyerupai sel vegetatifnya,
tetapi kebanyakan bentuknya berbeda, bulat atau polygonal. Protoplast dapat
menghasilkan sangat banyak euglenarhodone, sehingga berwarna sangat merah.
Biasanya siste berkecambah dengan keluarnya protoplast dari dalam dinding yang
tebal dan tumbuh manjadi sel baru yang bergerak aktif.
b) Seksual
Adanya konjugasi/penggabungan sel
vegetatif pernah dijumpai pada beberapa euglenoid, tetapi kasus ini masih
sangat kabur. Autogami (penggabungan dua inti anakan dalam sel), Inti hasil
fusi kemudian membelah meiosis membentuk empat nukleus yang masing-masing
berkembang menjadi sel vegetatif. Hal ini pernah dijumpai pada Phacus.
Contoh
spesies dari kelompok Euglenophyta
a) Euglena (berwarna hijau)
Termasuk semua anggota Euglenophyceae
yang selama hidupnya sel selalu mempunyai flagel dan dapat bergerak. Hidupnya
soliter, tidak pernah membentuk koloni. Kloroplast berbentuk cakram sampai
bentuk pita. Spesies tertentu dari Euglena yang mempunyai khloroplast juga
menghasilkan pigmen merah (euglenarhodone), yang jumlahnya dapat demikian
banyak sehingga mengaburkan isi selnya. Euglenarhodone adalah suatu keton
karetenoid.
Makanan Euglena sangat bervariasi
meliputi segala organisme.hidup. Cytostoma Euglena dapat digembungkan dengan
sangat besar untuk menelan mangsanya yang besar.
Bila Euglena tumbuh di tempat gelap
dengan substrat organik yang cocok, warnanya hilang, tetapi akan berwarna
kembali bila ada cahaya. Pada keadaan yang luar biasa, Euglena dapat
menghasilkan suatu varietas/ras yang tidak berwarna (apokhlorotik), ras ini
tetap tidak berwarna meskipun ada cahaya. Ras apokhlorotik ini dapat diperoleh
dengan memperlakukan sel Euglena dengan streptomysin dalam cahaya.
Cadangan makanan Euglena berupa
paramylum, yaitu karbohidrat yang tidak larut, bentuknya dapat berupa cakram
cincin, batang atau bulat, yang kadang-kadang ukurannya relatif besar.
Paramylum berupa polysaccharida yang rumus molekulnya menyerupai tepung/pati,
tetapi tidak bereaksi dengan tes pati. Butir paramylum menyerupai butir
pati/amylum, yaitu mempunyai lapisan yang konsentris.
Euglena sering kali dapat memberi
warna pada air bila dalam jumlah yang banyak. Banyak dijumpai di dalam
kolam-kolam kecil yang banyak mengandung bahan organik. Dalam bentuk kehidupan
yang saprofit tanpa zat warna, jarang dijumpai dan bila ada biasanya terdapat
pada tempat-tempat dimana terjadi purifikasi (pembusukan). Beberapa jenis
Euglena hidup pada lumpur sepanjang tepi sungai, estuarine, atau payau-payau
bergaram. Pada tempat ini dapat tumbuh subur sehingga cukup memberi warna pada
lumpur. Jika populasinya di kolam sangat banyak, maka menyebabkan permukaan
kolam seperti tertutup lapisan hijau yang dapat berubah warna menjadi merah
dalam beberapa jam.
b) Astasia (tidak berwarna)
Astasia mempunyai bentuk mirip
Euglena, hanya tidak berwarna karena tidak memiliki kloroplas, sehingga
bersifat heterotrof.
c) Phacus
Phacus mirip juga dengan Euglena,
tetapi selnya lebih kaku karena memiliki keel, kloroplast discoid, tanpa
pirenoid, paramylum bodi besar berbentuk seperti donat dan terletak di tengah
sel. Partamylum bodi Lepocinclis berbentu cincin tetapi di kedua sisi anterior.
Tubuhnya yang memanjang dengan suatu
evaginasi (reservoir) di bagian ujung anterior. Vakuola kontraktil berupa suatu
kantung, dan dua flagella muncul dari dinding tersebut. Sebuah pigmen berupa
suatu bintik atau berupa stigma dan bertempat di area dasar flagella yang
panjang yang berfungsi untuk fotoreseptif. Pada Peranema yang tidak berwarna,
kedua flagella panjang yang muncul dari suatu alur berupa jalan kecil ke arah
belakang. Tubuh tertutup oleh pelicle dan bersifat fleksibel dan punggung yang
longitudinal akan tampak dengan mikroskop elektron.
d) Paranema
Paranema bersifat holozoik. Cara
ingesti Peranema telah dipelajari secara detail. Bagian akhir anterior tubuhnya
terdapat dua organ rod paralel dinamakan organ rod yang letaknya berdekatan
dengan reservoir. Bagian anterior organ rod yang disebut cytostoma yang
berhubungan dengan reservoir. Pada proses makannya, organ rod ditonjolkan
keluar untuk berlabuh dengan menyentakkan tubuhnya menangkap mangsanya untuk
kemudian ditelan secara keseluruhan atau organ rod tersebut dapat digunakan
untuk memotong makanan baru kemudian ditelan dan dihancurkan di dalam vacuola
makanan.
e) Colacium
Colacium calvum bersifat epizoik pada
copepoda, rotifera dan zooplankton air tawar lainnya. Sel-sel dari Colacium
dibungkus oleh selaput lendir yang melekat dengan suatu tangkai pada inangnya,
ujung anterior sel menghadap ke bawah. Tangkai lendir terbentuk karena bagian
anterior sel manghasilkan lebih banyak lendir. Mempunyai banyak khloroplast
berbentuk cakram, dengan atau tanpa pirenoid.
Inti tunggal, besar terletak pada
bagian posterior (atas) dari sel. Bagian anterior (bawah) sel/protoplast
mengandung gullet yang jelas dan juga ada bintik mata. Pada koloni bentuk
pohon, protoplastnya tidak mempunyai flagella.
Protoplast dari Colacium juga dapat
berkembang membentuk stadium telanjang yang amoeboid, dan berkembang secara
vegetatif. Dapat pula berbentuk stadium telanjang yang amoeboid dengan 4 inti.
Pada stadium ini reproduksi dengan membentuk tunas dengan satu inti dan
kemudian mengalami metamorfose menjadi sel kembar dengan satu flagella.
Bila pembelahan sel berlangsung, sel
anakan masing-masing akan membentuk tangkai yang tetap melekat pada tangkai
induknya. Pembelahan sel yang berulang-ulang akan menghasilkan koloni yang
berbentuk pohon (dendroid). Sel-sel dari koloni membentuk pohon berbentuk bulat
telur atau lonjong.
Sel dari stadium/bentuk dendroid atau
palmelloid, protoplastnya dapat menghasilkan satu flagellum dan keluar berupa
suatu zooid yang berenang bebas. Zooid ini berenang beberapa saat sebelum
menanggalkan flagellanya dan menghasilkan dinding.
0 komentar :
Posting Komentar